Mengapa Kitab Abnaul Imam dan Bahrul Ansab Tidak Bisa Jadi Dalil Kitab Sezaman Abad Ke-5
Surat edaran yang berlogo Rabitah Alawiyah , yaitu perkumpulan para
habaib di Indonesia . Edaran itu bernomor: 180/MD RA/XI/2022 dengan judul
"Jawaban terhadap masalah tidak adanya nama Ubaidilah Bin Ahmad Al-Muhajir di
Kitab Al-Syajarah Al-Mubarokah ". Edaran itu di posting di channel Bahar Smith
dan di bacakan oleh Mahdi bin Yahya di channel youtubenya.
Daftar Isi
- Surat Edaran R.A. (Rabithah Alawiyah)
- Tanggapan KH Imaduddin Usman Al-Bantani
- Penjelasan Detail tentang Kitab Abnaul Imam fi Mishr was Syam
- Sejarah
Jika dilihat dari titimangsa surat ini, yaitu 8 November 2022,
maka jelas surat edaran ini dalam rangka menjawab tulisan penulis yang di ulas
DR. Syafik Hasyim di Cokro TV pada 6 November 2022. Berarti hanya berselang
dua hari, rabitah telah menjawab tulisan penulis tentang bahwa Ubaidillah
tidak dicatat sebagai anak Ahmad bin Isa berdasar kitab-kitab nasab abad ke 5
dan ke 6.
Adapun kutipan lengkap surat edaran itu adalah sebagai
berikut: Jawaban terhadap masalah tidak adanya nama Ubaidillah Bin Ahmad
Al-Muhajir di Kitab Al Syajarah Al-Mubarokah
SURAT EDARAN RA: 180/MD-RA/XI/2022
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan ini kami dari Maktab Daimi- Rabitah
Alawiyah memberitahukan bahwa Kitab Al-Syajarah Al-Mubarokah yang
dikarang oleh Imam Al-Fakhrurozi yang wafat pada tahun 606 Hijriah (Abad
ke VI) adalah bukan satu-satunya kitab nasab yang menjadi sandaran para ahli
nasab. Masih ada kitab kitab lain yang ditulis pada abad yang lebih awal
seperti:
1. Kitab Bahrul Ansab atau Al-Musyajjar al-Kasyaf
Yang dikarang oleh Al-Sayyid Muhammad bin Ahmad Amiduddin Al-Husaini Al Najafi yang wafat pada tahun 433 Hijriah (Abad ke IV) [sic!] pada halaman 46 dan 52 beliau telah menuliskan keturunan dari pada Isa Arrumi bin Muhammad Al-Azraq (Annaqib) Yaitu Ahmad dan anak keturunannya, disebutkan bahwa nama anaknya salah satunya adalah Ubaidillah.
2. Kitab Abnaul Imam Fi Misro Wa Syam (Alhasan Wal
Husain)
Yang dikarang oleh Abil Muammar Yahya bin Muhammad bin Al-Qasim Al Husaini
Al-Alawi yang dikenal dengan Ibnu Thoba Thoba yang wafat pada tahun 478
Hijriah (abad ke IV) [sic!] pada halaman 167-169 beliau menuliskan
tentang keturunan Ja'far bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin dan
menuliskan Ubaidillah bin Ahmad bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin
Ali bin Jafar shodiq.
Semoga tulisan ini dapat menjawab masalah
keturunan dari Ubaidillah (Abdullah) bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumi
bin Muhammad Al Naqib bin Ali Al-Uraidi.
Atas perhatiannya dan
pemahamannya kami ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta,
8 November 2022
Hormat kami Maktabah Daimi Rabitah Alawiyah
Ahmad
Muhammad Al-athas, Ketua harian; M. Baqir Alhaddad, Sekretaris.
Tanggapan Kyai Imaduddin Utsman Al-Bantani
Dua kitab ini yang disebut oleh Rabitah Alawiyah tersebut tidak dapat
dijadikan hujjah bahwa Ubaidillah adalah anak Ahmad, kenapa?
1. Kitab Bahrul Ansab
Kitab Bahrul Ansab yang disebut oleh surat edaran itu sebagai kitab yang yang dikarang abad ke lima adalah dusta. Kitab itu dikarang oleh Al-Sayyid Muhammad bin Ahmad Amiduddin Al-Husaini Al-Najafi yang wafat pada pada abad 10 Hijriah. Keterangan itu dapat dilihat dalam kitab Tabaqatunnassabin karya Bakar Abu Zaid, dalam kitab itu disebutkan:
396- محمد بن احمد بن عميد الدين علي الحسيني النجفي (القرن العاشر) له بحر
الانساب او المشجر الكشاف لأصول السادات الأشراف طبع بالقاهرة عام 1356 هجرية
"Nomor ke 396 (dari para ahli nasab adalah Muhammad bin Ahmad bin Amididdin
Ali Al Husaini Al Najafi (Abad ke 10) ia memiliki kitab
Bahrul Ansab atau
Al Musyajjar Al-Kasyaf Li-Ushuli Al-Sadati Al-Asyraf, dicetak di
Kairo tahun 1356 H." (Tabaqatunnassabin: Bakar Abu Zaed: h.
162)
Lalu dalam cover kitab Tahdzibul Ansab cetakan penerbit Daar
Al-Mujtaba, Saudi Arabia tahun 1419 H yang di tahqiq oleh Al-Syarif Anas
Al-Kutubi Al Hasani, ditulis:
بحر الانساب المسمى المشجر الكشاف لأصول السادات الأشراف للعلامة النسابة
السيد محمد بن احمد بن عميد الدين علي الحسيني النجفي من أعلام القرن
التاسع و العاشر الهجري
"Bahrul Ansab yang dinamai (pula ) Al-Musyajjar Al-Kasyaf Li Ushuli Al-Sadat
Al-Asyraf (dikarang) oleh Annasabah (ahli nasab) Al-Sayid
Muhammad bin Ahmad bin Amididdin Ali Al Husaini Al Najafi sebagian
dari para tokoh abad 9 dan 10 H."
2. Kitab Abnaul Imam (Abna al-Imam) fi Mishra wasy Syam
Untuk kitab kedua yaitu kitab
Abnaul Imam fi Mishra Wa-Syam (Al-hasan Wal Husain) telah dijelaskan
dalam tulisan penulis "Muhhammad Ludfi Rahman Mempertahankan Nasab Habib
Dengan Kitab Palsu". Intinya kitab itu termasuk kitab palsu
yang isinya telah di rubah atau ditambah. Penambahan itu telah diketahui
oleh para ulama, dan kitab ini tidak layak menjadi hujjah ilmiyah. Lebih detail, lihat di sini!
Sampai
saat ini nasab habib di Indonesia belum mendapatkan pijakan dalil kesahihan
nasab mereka. Bahkan beberapa kasus pemalsuan tahun wafat pengarang kitab oleh
oknum tertentu, semakin menjadikan pembela nasab ini mencurigakan secara
moral.[]
Penjelasan Lebih Detail tentang Kitab Abnaul Imam fi Mishra was Syam
Kitab "Abna'ul imam fl Misra was Syam" [أبناء الإمام في مصر والشام], untuk selanjutnya ditulis
"Abna'ul Imam ". Kitab ini dicetak tahun 2004 M oleh maktabah
At-taubah. Menurut MLR, Ubaidillah sah sebagai
anak Ahmad bin Isa karena disebutkan dalam kitab tersebut.
Namun
sayang, kitab itu adalah kitab palsu, tidak layak disebutkan sebagai
salah satu referensi dalam ranah ilmiyah. Oleh karena itu walaupun penulis telah
lama mengenal kitab ini, penulis tidak pernah menyinggungnya, karena kitab ini
tidak layak di letakan di atas meja ilmiyah dalam diskursus para ulama.
Kenapa
demikian?
Karena kitab ini judulnya palsu. Pengarangnya palsu.
Tahunnya palsu. Isinya palsu.
Darimana mengetahuinya? Kitab ini
judulnya palsu karena kitab ini tertulis dengan judul "Abna'ul imam'', namun
isinya bukan semata kitab tersebut, karena telah ditambahi kalimat para penyalin
dan pentahqiq. Yusuf jamalulail, sang pentahqiq, memberi judul kitab ini
adalah "Al-Aqdul Masi Fi Ansabi Ali Baitinnabawi (2) ".
Pengarangnya
palsu, karena seakan-akan seluruhnya karangan Toba-toba [Ibnu Thaba Thaba, Ibn Taba Taba, طباطبا], padahal, di
dalamnya ditambahkan oleh 4 orang yaitu: Ibnu
Shodaqoh al-Halabi (w. 1180), Abul Aon As-sifarini (1188 h.), Muhammad bin
Nashar al-Maqdisi (w. 1350 H) dan Yusuf Jamalullail yang kemudian
mencetaknya dan memberi judul baru dengan nama "Al-Aqdul Masi Ji
Ansabi Ali Baitinnabawi (2)" . Mereka berempat menambahkan di dalamnya sesuai
nama-nama yang ada pada zamannya.
Tahunnya palsu, karena kitab ini ditulis ulama yang wafat tahun 199 H. sebagaimana disebut dalam kitab ini pada halaman 17 namun kemudian di judul ditulis wafat 478 H. Nampaknya ada kesengajaan pengkaburan tahun pengarang dengan memanfaatkan nama Ibnu Toba-toba yang bukan hanya satu.
Ket. gambar: Abu al-Muammar Ibnu Thaba Thaba / Ibn Taba Taba, pengarang kitab Abna'ul Imam, wafat pada 199 (Kitab Abna'ul Imam, hlm. 24). Namun di Cover kitab ditulis wafat 478 H. Jadi, kitab ini dikarang jauh sebelum Ahmad bin Isa yang wafat pada 345 H . Pemalsuan yang tidak sempurna.
Isinya
palsu karena isinya tidak sesuai judulnya. Judulnya
kitab " Abnaul Imam " tapi isinya penuh tambahan dari penyalin
dan muhaqiq.
Termasuk yang disebut RML, bahwa dalam kitab tersebut
ditulis Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Abdullah, itu adalah palsu bukan
tulisan Ibnu Tobatoba pengarang kitab Abnaul Imam, tetapi tulisan penyalin atau
pentahqiq yaitu Yusuf Jamalullail , seorang habib (turunan Ba Aalawi) yang hidup
tahun 1938 M.
Jadi kitab yang disebut RML menjadi syahid [bukti] bagi
nasab Ba Alawi itu tertolak secara ilmiyah. Sampai saat
ini, MRL harus lebih gigih lagi untuk mencari kitab nasab primer yang
menyebutkan bahwa Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Ubaidillah . Semoga
berhasil. Sumber: Tanggapan untuk RML
Dikutip dari buku: Terputusnya Nasab Habib Kepada Nabi Muhammad Saw karya KH Imaduddin Utsman al-Bantani



