Khittah Nahdlatul Ulama NU

Khittah Nahdlatul Ulama NU Mukaddimah Nahdlatul Ulama didirikan atas dasar kesadaran dan keinsyafan bahwa seti- ap manusia hanya bisa memenuhi ke- bu

Khittah Nahdlatul Ulama NU

Judul buku: Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama Keputusan Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama  Bandar Lampung, Lampung 22-24 De sember 2021 M 17-19 Jumadil Ula 1443 H

Penyusun dan Penerbit: Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Masa Khidmat 2022-2027

Alamat: Sekretariat Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Jl. Kramat Raya 164, Jakarta Pusat Telp. (021) 3916013 Fax. (021) 3914013 Website: www.nu.or.id 

Bidang:  Undang-undang Internal / AD ART Organisasi NU

DAFTAR ISI

  1. Khittah Nahdlatul Ulama   
  2. Kembali ke: Buku AD/ART NU Muktamar 2022   

 

 KHITTAH NAHDLATUL ULAMA

 (Naskah ini disalin dari dokumen resmi yang diterbitkan oleh Lajnah Ta’lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada 1 Nopember 1985, dengan penyesuaian terjemah ayat Al-Quran menggunakan Al-Quran Kementerian Agama RI)
 
KHITTAH NAHDLATUL ULAMA

Artinya:
Dan Kami telah turunkan kepadamu Kitab Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; karena itu putuskanlah perkara me- reka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan ja- lan yang terang. Sekiranya Allah menghen- daki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Karena itu berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kamu semuanya kembali, lalu diberitahukan kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Dan hen- daklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka, dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah ditu- runkan Allah kepadamu. Jika mereka ber- paling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguh- nya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan seba- gian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Maidah: 48-49)
 
1.    Mukaddimah
Nahdlatul Ulama didirikan atas dasar kesadaran dan keinsyafan bahwa seti- ap manusia hanya bisa memenuhi ke- butuhannya bila bersedia untuk hidup bermasyarakat. Dengan bermasyara- kat, manusia berusaha mewujudkan kebahagiaan dan menolak bahaya terhadapnya. Persatuan, ikatan batin, saling bantu membantu dan kese- iasekataan merupakan prasyarat dari tumbuhnya persaudaraan (al-ukhu- wah) dan kasih sayang yang menjadi landasan bagi terciptanya tata kema- syarakatan yang baik dan harmonis.
Nahdlatul Ulama sebagai jam’iy- yah diniyah adalah wadah bagi para ulama dan pengikut-pengikutnya yang didirikan pada 16 Rajab 1344 H/31 Janu- ari 1926 M dengan tujuan untuk meme-
 
lihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah dan menganut salah satu madzhab empat, masing-masing Imam Abu Hanifah An-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy- Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal; serta untuk mempersatukan langkah para ulama dan pengikut-pengikutnya dalam melakukan kegiatan-kegiatan- nya yang bertujuan untuk mencip- takan kemaslahatan masyarakat, ke- majuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat manusia.
Nahdlatul Ulama dengan demiki- an merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan ma- syarakat yang bertaqwa kepada Allah
 
SWT, cerdas, terampil, berakhlak mu- lia, tenteram, adil dan sejahtera. Nah- dlatul Ulama mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama. Inilah yang kemudian disebut sebagai Khitthah Nahdlatul Ulama.

Artinya:
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah men- ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadi- kan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku- suku agar kamu saling mengenal. Sesung- guhnya yang paling mulia di antara kamu di
 
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha- teliti. . (QS. Al-Hujurat: 13)

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu ber- saudara, karena itu damaikanlah antara ke- dua saudaramu (yang berselisih) dan bertak- walah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat: 10)

عن أبي موسى ر

Artinya:
Dari Abu Musa RA, bahwa Rasulullah ber- sabda, “Orang mukmin satu sama lain bagai- kan bangunan yang saling memperkuat (memperkuat sabdanya). Rasulullah sam- bil menjalinkan jari jemarinya.” (Muttafaq Alaih)
Artinya: 
Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, yang selamat di antara sekian itu hanya satu, sedang selebihnya akan celaka. Ditanyakan, “Siapakah yang satu itu?” Rasulullah men- jawab, “Ahlussunnah wal Jamaah!” Ditan- yakan, “Apa itu ahlussunnah wal jama’ah?” Rasulullah menjawab, “Ialah pijakanku dan
 
sahabat-sahabatku!” (Hadits Riwayat Thab- rany)
 
“Rasulullah bersabda: .. Sungguh orang yang masih hidup di antara kalian bakal melihat perselisihan yang banyak, maka pegang- lah sunnahku dan sunnah khalifah rasyidin yang mendapatkan petunjuk sesudahku, genggamlah dia kuat-kuat.” (Hadits Riwayat Tirmidzi dan Abu Daud)

 
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka meng-
 
ubah keadaan diri mereka sendiri. (QS. Ar- Ra’d: 11)

 
Artinya:
Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunan (masjid) atas dasar takwa kepada Allah dan keridaan(-Nya) itu lebih baik, ataukah orang-orang yang mendirikan ba- ngunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu (bangunan) itu roboh bersama-sama de- ngan dia ke dalam neraka Jahanam? Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. At-Taubah: 109)

 
 
Artinya:
Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur) setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfūzh), bahwa bumi ini akan diwa- risi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh. (QS. Al-Anbiya’: 105)

2.    Pengertian Khitthah Nahdlatul Ula- ma
a.    Khitthah Nahdlatul Ulama adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan mau- pun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan.
b.    Landasan tersebut adalah faham Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah yang diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia, me-
 
liputi dasar-dasar amal keaga- maan maupun kemasyarakatan.
c.    Khitthah Nahdlatul Ulama juga digali dari intisari perjalanan se- jarah khidmahnya dari masa ke masa.
3.    Dasar-dasar Faham Keagamaan Nah- dlatul Ulama
a.    Nahdlatul Ulama mendasarkan faham keagamaan kepada sumber ajaran agama Islam: Al-Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma’ dan Al-Qiyas.
b.    Dalam memahami, menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya di atas, Nahdlatul Ulama mengikuti faham Ahlussunnah Wal Jama- ’ah dan menggunakan jalan pen- dekatan (al-madzhab):
(1)    Di bidang aqidah, Nahdlatul
 
Ulama mengikuti faham Ah- lussunnah Wal Jama’ah yang dipelopori oleh Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Imam Manshur Al-Maturidi.
(2)    Di bidang fiqh, Nahdlatul Ula- ma mengikuti jalan pendekat- an (al-madzhab) salah satu dari madzhab Abu Hanifah An-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal.
(3)    Di bidang tasawuf, mengikuti antara lain Imam Al-Junaidi Al-Baghdadi dan Imam Al- Ghazali serta imam-imam yang lain.
c.    Nahdlatul Ulama mengikuti pen- dirian, bahwa Islam adalah agama
 
yang fithri, yang bersifat menyem- purnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki oleh manusia. Fa- ham keagamaan yang dianut oleh Nahdlatul Ulama bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang baik yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelom- pok manusia seperti suku mau- pun bangsa, dan tidak bertujuan menghapus nilai-nilai tersebut.

 
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Taati- lah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di
 
antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kemba- likanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibat- nya. (QS. An-Nisa: 59)

Artinya:
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagi- mu maka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr: 7)


 
 
Artinya:
Dan barangsiapa menentang Rasul (Mu- hammad) setelah jelas kebenaran bagi- nya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS. An-Nisa: 115)



Artinya:
 
 
“Sungguh umatku tidak akan bersepakat atas kesesatan.” (Hadits Riwayat Ibnu Ma- jah dari Anas)

 
Artinya:
Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi
 
pelajaran, wahai orang-orang yang mempu- nyai pandangan! (QS. Al-Hasyr : 2)

 
Artinya:
Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup. (QS. Al-Jinn: 16)

 
Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut ( fitrah) itu. Tidak ada perubahan
 
pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak me- ngetahui, (QS. Ar-Rum: 30)


4.    Sikap Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama
Dasar-dasar pendirian faham keaga- maan Nahdlatul Ulama tersebut me- numbuhkan sikap kemasyarakatan yang bercirikan pada:
a.    Sikap Tawassuth dan I’tidal
Sikap tengah yang berintikan ke- pada prinsip hidup yang men- junjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus ditengah-tengah ke- hidupan bersama. Nahdlatul Ula- ma dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun
 
serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tathar- ruf (ekstrim).
b.    Sikap Tasamuh
Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah, serta dalam masalah kemasyarakatan dan ke- budayaan.
c.    Sikap Tawazun
Sikap seimbang dalam berkhid- mah. Menyerasikan khidmah ke- pada Allah subhanahu wa ta’ala, khidmah kepada sesama ma- nusia serta kepada lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepen- tingan masa lalu, masa kini dan masa mendatang.
 
d.    Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang ba- ik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.

 
Artinya:
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan”) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (QS. Al-Baqarah: 143)
 

 

Artinya:
Maka sampaikanlah kabar gembira itu ke- pada hamba-hamba-Ku, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengi- kuti apa yang paling baik di antaranya.) Mereka itulah orang-orang yang telah di- beri petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat. (QS. Az-Zumar: 17-18)



Artinya:
 
 
“Perbedaan pendapat di antara umatku ada- lah rahmat.” (Al-Hadits)


Artinya:
Mereka diliputi kehinaan di mana saja me- reka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. (QS. Ali Imran: 112)

 

Artinya:
Dan carilah (pahala) negeri akhirat de- ngan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (ke- pada orang lain) sebagaimana Allah telah
 
berbuat baik kepadamu, dan janganlah ka- mu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qoshosh: 77)

 
Artinya:
Dan hendaklah di antara kamu ada sego- longan orang yang menyeru kepada kebajik- an, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.) Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)

5.    Perilaku yang Dibentuk oleh Dasar Keagamaan dan Sikap Kemasyarakat- an Nahdlatul Ulama
Dasar-dasar keagamaan (angka 3) dan
 
sikap kemasyarakatan tersebut (angka
4) membentuk perilaku warga Nah- dlatul Ulama, baik dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi yang:
a.    Menjunjung tinggi nilai-nilai mau- pun norma-norma ajaran Islam.
b.    Mendahulukan kepentingan ber- sama daripada kepentingan pri- badi.
c.    Menjunjung tinggi sifat keikhlas- an dan berkhidmah serta ber- juang.
d.    Menjunjung tinggi persaudaraan (al-ukhuwah), persatuan (al-itti- had) serta kasih mengasihi.
e.    Meluhurkan kemuliaan moral (al- akhlaq al-karimah), dan menjun- jung tinggi kejujuran (ash-shidqu) dalam berfikir, bersikap dan ber- tindak.
 
f.    Menjunjung tinggi kesetiaan (lo- yalitas) kepada agama, bangsa dan negara.
g.    Menjunjung tinggi nilai amal, ker- ja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
h.    Menjunjung tinggi ilmu pengeta- huan serta ahli-ahlinya.
i.    Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa manfaat bagi ke- maslahatan manusia.
j.    Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu dan mempercepat perkembangan masyarakatnya.
k.    Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
 
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Bertak- walah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecu- ali dalam keadaan Muslim. (QS. Ali Imran: 102)

 

Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Masuk- lah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah se- tan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah: 208)
 

 

Artinya:
Dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka mem- punyai keperluan yang mendesak. (QS. Al- Hasyr: 9)
 

Artinya:
 
 
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Al-Dari RA, bahwa Nabi shallallahu alayhi wa sal- lam bersabda: “Agama adalah pembelaan yang benar”. Kami (para sahabat) bertanya: “Terhadap siapa?” Nabi menjawab: “Terha- dap Allah, kitab-Nya, utusan-Nya, para
 
imam umat Islam dan segenap umat Islam.”
(Hadits Riwayat Muslim)
 

Artinya:
 
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi sesamanya.” (Hadits Riwayat Qadlaiy)

 

Artinya:
Mereka tidak diperintah, kecuali untuk me- nyembah Allah dengan mengikhlaskan keta- atan kepada-Nya lagi hanif (istikamah) (QS. Al-Bayyinah: 5)


Artinya:
 
Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah yang menguasai diriku, kalian tidak akan masuk sorga sampai kalian beriman; dan kalian belumlah beriman sampai mengasihi sesa- manya…” (Hadits Riwayat Muslim)
 
Rasulullah bersabda: “Belumlah beriman salah seorang di antara kamu sampai ia mencintai saudaranya seperti halnya ia mencintai dirinya sendiri.” (Muttafaq Alaih)

Artinya:
Rasulullah bersabda: “Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mu- lia.” (Hadits Riwayat Ahmad)

 
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Bertak- walah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar. (QS. At- Taubah: 119)

 
Artinya:
“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan...” (QS. Ali Imran: 195)
 

 

Artinya:
niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa de- rajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah: 11)
ّ    ّ    ّ
Artinya:
Rasulullah bersabda: Barang siapa yang me- niti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memberikan kemudahan baginya jalan menuju surga.” (Hadits Riwayat Muslim).
 Artinya:
 
Dari Aisyah RA berkata: “Rasulullah tidak dihadapkan pada dua pilihan kecuali selalu mengambil yang lebih sederhana di antara keduanya asal tidak berupa dosa. Apabila pilihan itu berupa dosa, maka dia adalah manusia yang paling jauh daripadanya.” (Muttafaq Alaih)

 
Artinya:
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang- orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahte- raan)nya. (QS. An-Nisa: 9)
 

 

Artinya:
Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah ka- mu bercerai berai. (QS. Ali Imron: 103)


6.    Ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan Nah- dlatul Ulama
Sejak berdirinya Nahdlatul Ulama memilih beberapa bidang utama ke- giatannya sebagai ikhtiar mewujudkan cita-cita dan tujuan berdirinya, baik tu- juan yang bersifat keagamaan maupun kemasyarakatan.

Ikhtiar-ikhtiar tersebut adalah:
a.    Peningkatan silaturahim/komuni-
 
kasi/inter-relasi antar ulama.
(Dalam Statoeten Nahdlatoel Oe- lama 1926 disebutkan: menga- dakan perhoeboengan diantara oelama-oelama jang bermadz- hab).
b.    Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan/pengkajian/pendidik- an.
(Dalam Statoeten Nahdlatoel Oe- lama 1926 disebutkan: Memeriksa kitab-kitab sebeloemnya dipakai oentoek mengadjar, soepadja di- ketahoei apakah itoe daripada kitab-kitab ahli soennah wal djama’ah ataoe kirab-kitab ahli bid’ah, memperbanjak madrasah- madrasah jang berdasar agama Is- lam).
c.    Peningkatan kegiatan penyiaran
 
Islam, pembangunan sarana-sa- rana peribadatan dan pelayanan sosial.
(Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan: Menji- arkan agama Islam dengan djalan apa sadja jang halal; memperhati- kan hal-hal jang berhoeboengan dengan masdjid-masdjid, soeraoe- soeraoe dan pondok-pondok, be- gitoe djoega dengan ikhwalnja anak-anak jatim dan orang-orang jang fakir miskin).
d.    Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui kegiat- an yang terarah.
(Dalam Statoeten Nahdlatoel Oe- lama 1926 disebutkan: Mendiri- kan badan-badan oentoek me- madjoekan oeroesan pertanian,
 
perniagaan dan peroesahaan jang tiada dilarang oleh sjara’ agama Is- lam).
Kegiatan-kegiatan yang dipilih oleh Nahdlatul Ulama pada awal berdiri dan khidmahnya menunjukkan pandang- an dasar yang peka terhadap penting- nya terus-menerus dibina hubungan dan komunikasi antar para ulama se- bagai pemimpin masyarakat serta ada- nya keprihatinan atas nasib manusia yang terjerat oleh keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan. Sejak semula Nahdlatul Ulama melihat ma- salah ini sebagai bidang garapan yang harus dilaksanakan melalui kegiatan- kegiatan nyata.
Pilihan akan ikhtiar yang dilaku- kan mendasari kegiatan Nahdlatul Ula- ma dari masa ke masa dengan tujuan
 
untuk melakukan perbaikan, perubah- an dan pembaharuan masyarakat, ter- utama dengan mendorong swadaya masyarakat sendiri.
Nahdlatul Ulama sejak semula meyakini bahwa persatuan dan kesatu- an para ulama dan pengikutnya, ma- salah pendidikan, dakwah Islamiyah, kegiatan sosial serta perekonomian adalah masalah yang tidak bisa dipi- sahkan untuk mengubah masyarakat yang terbelakang, bodoh dan miskin menjadi masyarakat yang maju, se- jahtera dan berakhlak mulia.
Pilihan kegiatan Nahdlatul Ulama tersebut sekaligus menumbuhkan si- kap partisipatif kepada setiap usaha yang bertujuan membawa masyarakat kepada kehidupan yang maslahat.
Setiap kegiatan Nahdlatul Ulama
 
untuk kemaslahatan manusia dipan- dang sebagai perwujudan amal ibadah yang didasarkan pada faham keaga- maan yang dianutnya.

 
Artinya:
Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang yang memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian, dan orang-orang yang meng- hubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan,) dan mereka takut kepa- da Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (QS. Ar-Ra’d: 19-21)
 

 

Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah) dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl: 125)

 
 
Artinya:
Tidak ada kebaikan dari banyak pembicara- an rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manu- sia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar. (QS. An-Nisa: 114)

7.    Fungsi Organisasi dan Kepemimpin- an Ulama di Dalamnya
Dalam rangka melaksanakan ikhtiar- ikhtiarnya, Nahdlatul Ulama memben- tuk organisasi yang mempunyai struk- tur tertentu yang berfungsi sebagai alat untuk melakukan koordinasi bagi tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditentukan, baik tujuan yang bersifat keagamaan maupun kemasyarakatan.
 
Karena pada dasarnya Nahdlatul Ulama adalah Jam’iyyah Diniyyah yang membawakan faham keagamaan, ma- ka Ulama sebagai mata rantai pem- bawa faham Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah, selalu ditempatkan sebagai pengelola, pengendali, pengawas, dan pembimbing utama jalannya organi- sasi.
Untuk melaksanakan kegiatan- kegiatannya, Nahdlatul Ulama menem- patkan tenaga-tenaga yang sesuai de- ngan bidangnya untuk menanganinya.


Artinya:
 
 
“Ulama adalah pewaris Nabi.” (Hadits Ri- wayat Turmudzi)

Artinya:
 
 
“Sungguh Allah tidak mencabut ilmu de- ngan begitu saja, melainkan dengan men- cabut para ulamanya. Sehingga tatkala mereka telah tiada, maka orang-orang akan mengambil pemimpin dari kalangan orang- orang jahil yang dengan gampang suka mengambil keputusan tanpa dasar ilmu, mereka pun tersesat lagi menyesatkan.” (Muttafaq Alaih).

8.    Nahdlatul Ulama dan Kehidupan Ber- bangsa
Sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari
 
keseluruhan bangsa Indonesia, Nah- dlatul Ulama senantiasa menyatukan diri dengan perjuangan nasional bang- sa Indonesia. Nahdlatul Ulama secara sadar mengambil posisi yang aktif dalam proses perjuangan mencapai dan mempertahankan kemerdekaan, serta ikut aktif dalam penyusunan UUD 1945 dan perumusan Pancasila sebagai dasar negara.
Keberadaan Nahdlatul Ulama yang senantiasa menyatukan diri dengan perjuangan bangsa, menempatkan Nah- dlatul Ulama dan segenap warganya un- tuk senantiasa aktif mengambil bagian dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat adil dan makmur yang di- ridlai Allah subhanahu wa ta’ala.
Karenanya, setiap warga Nahdla- tul Ulama harus menjadi warga negara yang senantiasa menjunjung tinggi
 
Pancasila dan UUD 1945.
Sebagai organisasi keagamaan, Nahdlatul Ulama merupakan bagian tak terpisahkan dari umat Islam Indo- nesia yang senantiasa berusaha me- megang teguh prinsip persaudaraan (al-ukhuwwah), toleransi (tasamuh), kebersamaan dan hidup berdamping- an baik dengan sesama umat Islam maupun dengan sesama warga negara yang mempunyai keyakinan/agama lain untuk bersama-sama mewujud- kan cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh dan dinamis.
Sebagai organisasi yang mempu- nyai fungsi pendidikan, Nahdlatul Ula- ma senantiasa berusaha secara sadar untuk menciptakan warga negara yang menyadari akan hak dan kewajibannya terhadap bangsa dan negara.
Nahdlatul Ulama sebagai jam-
 
’iyyah secara organisatoris tidak terikat dengan organisasi politik dan organi- sasi kemasyarakatan manapun juga.
Setiap warga Nahdlatul Ulama ada- lah warga negara yang mempunyai hak-hak politik yang dilindungi oleh Undang-undang. Di dalam hal warga Nahdlatul Ulama menggunakan hak- hak politiknya harus dilakukan secara bertanggung jawab, sehingga dengan demikian dapat ditumbuhkan sikap hidup yang demokratis, konstitusional, taat hukum dan mampu mengem- bangkan mekanisme musyawarah dan mufakat dalam memecahkan perma- salahan yang dihadapi bersama.

Artinya:
 
 
“Cinta tanah air adalah sebagian dari iman.”
(Al-Hikmah)
 

 

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak men- jadikan khalifah) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)


 

Artinya:
Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah)
 
dan menjadikanmu pemakmurnya,) karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya...” (QS. Hud: 61)

 

 
Artinya:
Mereka diliputi kehinaan di mana saja me- reka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.... (QS. Ali Imran: 112)


9.    Khotimah
Khitthah Nahdlatul Ulama ini meru- pakan landasan dan patokan-patokan dasar yang perwujudannya dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala terutama tergantung kepada semangat pemimpin warga Nahdlatul Ulama. Jam’iyyah Nah-
 
dlatul Ulama hanya akan memperoleh dan mencapai cita-citanya jika pe- mimpin dan warganya benar-benar meresapi dan mengamalkan Khitthah Nahdlatul Ulama ini.
َ
Artinya:
 
Dari Ibnu Umar RA katanya: Aku mendengar Rasulullah bersabda: Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggung jawab tentang gembalaannya. Pemimpin
 
adalah penggembala yang bertanggung jawab atas rakyat pimpinannya. Seorang lelaki bertanggung jawab dalam kehidupan keluarganya dan ia bertanggung jawab atas gembalaannya (dalam keluarga). Seorang wanita adalah penggembala dalam rumah suaminya, dan ia bertanggung jawab atas gembalaannya (dalam rumah itu). Seorang pembantu adalah penggembala untuk har- ta tuannya, dan ia bertanggung jawab atas gembalannya itu. Setiap kamu adalah penggembala, dan bertanggung jawab atas gembalannya.” (Muttafaq Alaih).


Hasbunallah wa ni’mal wakil. Ni’mal maula wani’man nashir.

LihatTutupKomentar