Menceraikan istri lewat Whatsapp saat marah dan terpaksa

Menceraikan istri lewat Whatsapp saat marah dan terpaksa pada waktu itu saya hanya mengikuti nafsu amarah, dorongan dan paksaan.

 

Menceraikan istri lewat Whatsapp saat marah dan terpaksa

RUMAH TANGGA: Menceraikan istri lewat Whatsapp saat marah dan terpaksa

Assalamu a'laikum warohmatullohi wabarokatuh, mohon bantuannya Ustadz/Ustadzah ikhwan atau akhwat, akhy atau ukhty.

Saya sudah menikah 5 tahun dan memiliki seorang putra berusia 3 tahun. Saya mau menanyakan beberapa hal mengenai nusyuz/permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga saya apakah saya dan istri saya masih sah menjadi suami istri (pasturi) ?

1. Saya akan ceritakan kondisi awal nya di 4 bulan pertama pernikahan saya pada tahun 2013 pernikahan sirih secara agama (nikah dibawah tangan dengan tulisan kertas bermatrai) , kami menikah sirih karena dari pihak wanita tidak ada istilah pacaran dan agar tidak ada fitnah dan zina, dan saya pun tinggal dirumah mertua saya (masih numpang), singkat cerita dalam pernikahan sirih ini saya bertengkar hebat dg istri karena hal sepele dan masih tinggi nya ego kami dan minim nya ilmu agama yang kami punya dan saat itu emosi kami meluap-luap istilah bahasa nya seperti orang kesetanan, sampai istri saya meminta cerai, tapi saya tidak mau bilang cerai/talak, tetap saja istri saya maksa untuk minta diceraikan, karena terpancing emosi, amarah, dorongan dan paksaan akhirnya saya mengiyakan permintaan istri saya dengan melontarkan kata talak pada istri lalu saya pulang kerumah orang tua saya dengan membawa orang tua saya. Namun saat itu juga saya menyesal dan kedua orang tua kami bertemu dan kami rujuk atau baikan kembali dan langsung konsultasi dg habib terdekat, dan habib itu bertanya apa dengan niat mengucapkan nya, nah saya pun bingung ketika ditanya begitu karena pada waktu itu saya hanya mengikuti nafsu amarah, dorongan dan paksaan. Jadi apakah saat itu istri saya terhitung resmi dijatuhi talak 1 dalam pernikahan sirih kami meski akhir nya kami rujuk kembali.

2. Dan di bulan november tahun 2014 akhirnya kami menikah resmi secara agama dan negara dan kami pun pindah tinggal kekontrakan saudara nya istri kemudian kami bertengkar lagi klo tidak salah pada saat puasa, permasalahan sama permasalahan sepele, akhirnya kami bertengkar hebat lagi dan istri saya minta cerai lagi, selalu merongrong minta untuk di cerai atau minta di pulangin ke orang tuanya dan saya selalu dipaksa buat ngomong/telpon ke orang tuanya dengan kalimat atau perkataan seperti ini (tinggal ngomong aja ke orang tua gw buat ceraiin gw, klo gw (istri) yang ngomong ga bakalan jatuh talak, kalo lu yang ngomong langsung jatuh talak) sebenarnya saya ga pernah mau mengiyakan permintaan istri saya, jadi kalo belum di iya kan istri saya selalu buat saya emosi, jengkel, kesel dan marah, saya kalo udah marah masih sadar cuma kalo kata istri saya kaya orang kesetanan kalo udah marah, karena terpancing emosi dan akhirnya saya mengiyakan agar tidak ada pertengkaran dan agar istri saya menjadi adem, akhirnya pas saya mengiyakan istri saya langsung menangis dan menyesal, terus saya tanya kenapa setiap ribut/bertengkar kamu selalu minta di cerai kan, dia jawab dia juga ga tau kenapa seperti itu terus di dalam hatinya tidak ingin bercerai tapi di mulut nya pengen banget ngomong cerai, di dalam pertengkaran ini hanya ada kami dan Allah sebagai saksi yang, dan akhirnya kami biarkan saling maaf memaafkan dan kami kembali harmoni, apakah ini sudah termasuk talak juga?

3. Dan di tahun 2015 kami pindah kontrakan di om nya istri kemudian kami bertengkar lagi klo tidak salah pada saat bulan puasa lagi, masalah nya sama lagi, alur pertengkaran nya sama juga, pokoknya sama seperti di no 2 setiap berantem istri saya selalu merongrong minta untuk di cerai atau minta di pulangin ke orang tuanya karena merasa tidak bahagia hidup bersama saya dan saya selalu dipaksa dan di tekan sampai baju saya sobek cuma buat ngomong ke orang tuanya atau mengiyakan permintaan cerai nya, saya pun terus di paksa buat ngomong/nelpon dengan kalimat atau perkataan yang masih sama (tinggal ngomong aja ke orang tua gw buat cerai gw, klo gw (istri) yang ngomong ga bakalan jatuh talak) mungkin saya udah terlampau kesel, emosi dan marah sampai saya maen tangan/mukul istri saya karena susah untuk dibilangin nya, karena setiap ribut/bertengkar seperti ini, kalo belum di iya rasanya istri saya belum puas, dan saya akhirnya mengiyakan lagi dan saya bawa istri saya ke rumah orang tua nya, dan saya bilang ke orang tuanya mau balikin anak bapak (istri saya) , saya bermaksud seperti itu agar tidak ada pertengkaran dan agar istri saya menjadi adem dan istri saya dapat di nasehatin sama orang tua nya ya niat nya biar menjadi istri yang sholihah lah, akhirnya beberapa hari dirumah orang tuanya, istri saya pulang kekontrakan tempat yang kami tinggal menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi nya lagi, kami sama sama saling menyesal dan memaafkan, apakah ini sudah termasuk talak juga?

4. Nah tahun 2016 atau 2017 kami bertengkar hebat lagi akhirnya permasalahan yang sama masalah sepele tapi kami besar besar kan, karena saya tau kalo ribut pasti istri saya minta cerai terus akhirnya saya ke masjid bersama anak saya berniat untuk kabur atau menghindar agar tidak ada kekerasan, paksaan pokoknya sama seperti poin poin do atas yang sudah saya cerita, dan saya nunggu kaka saya buat jemput saya dan anak saya, tidak lama kemudian istri saya samperin saya disitu kami ribut hebat, dan istri saya selalu merongrong minta untuk di cerai atau minta di pulangin ke orang tuanya dengan kalimat yang sama terus dan saya selalu dipaksa buat ngomong ke orang tuanya dengan kalimat atau perkataan (tinggal ngomong aja ke orang tua gw buat cerai gw, klo gw (istri) yang ngomong ga bakalan jatuh talak) karena saking udah meluap luar emosi saya dan istri saya seperti orang yang kesetanan akhirnya saya mengiyakan dan ade ipar saya sebagai saksi atas ucapan "iya" yang saya ucapkan ke istri saya, saya melakukan hal tersebut agar tidak ada pertengkaran dan agar bisa istirahat dulu di rumah orang tua saya, akhirnya saya kembali kekontrakan, akhirnya istri saya menyesal dan berjanji untuk tidak melakukan perbuatan itu, karena kami awam atau bodoh dan ilmu agama yang kami punya sedikit dan kami konsultasi ke orang tua kami dan rujuk , dan kami kembali harmoni dan damai , apakah ini sudah termasuk talak juga?
karena sifat kemunafikan kami berdua karena kami sadar bahwa kami sebenarnya sama-sama saling takut kehilangan, kami masih sayang dan cinta, tapi kami belum bisa menahan hawa nafsu dan ego kami masing masing, karena hawa nafsu yang gede dan dangkal nya ke imanan yang membuat kami berpikir pendek.

5. Dan di bulan juni 2018 akhirnya saya memutuskan untuk berhenti bekerja karena banyak nya permasalahan dan ke cemburuan dan saya memutuskan pengen dagang bersama istri, agar bisa menghabiskan waktu bersama setiap hari dan agar tidak ada yang cemburu, berjalan waktu permasalahan ekonomi menghantam kami hingga kami bertengkar sangat hebat, dan selalu cekcok terus, dan istri saya meminta cerai dan selalu menekan saya untuk cepat cepat mengurus surat cerai, akhirnya istri saya pulang kerumah orang tua nya tanpa izin dari saya, meluap luap lah emosi saya sampai tak terkontrol sampai bahasa binatang pun keluar dan kami ribut di wa, sampai saya mengancam istri saya klo tidak balik akan saya pulang kan ke rumah orang tua nya nanti malem, ternyata istri saya malah membalas wa dengan kata "kamu ceraiin aku" disitu saya emosi dan kalangan kabut dan seperti orang yang keceplosan dengan membalas "iya" dalam hati dan niat tidak ada maksud seperti itu dan menyesal dan bertanya dalam hati kenapa dia wa seperti itu dan saya mengiyakan nya. Akhirnya malam pun tiba dan saya ketemu dengan kedua orang tua nya, dengan hati kosong dan pikiran udah entah kemana dan saya berkata kepada orang tua nya bahwa ingin memulangkan anak nya, tapi kalimat di wa yang tadi ga saya bahas, akhirnya saya pulang dengan perasaan tidak tau arah dan tidak menentu.

Pertanyaan saya, apakah kami masih menjadi suami istri atau kami memang sudah bukan suami istri lagi dan istri saya harus menikah dulu kemudian bercerai dan kami rujak kembali ?

JAWABAN

1. Kasus 1 ini tidak jatuh talak karena tiga hal:
a) Suami mengucapkan itu karena dipaksa. Baca detail: Talak Terpaksa

b) Suami saat mengucapkan dalam keadaan sangat marah. Baca detail: Cerai saat Marah 

c) Mengucapkan talak sercara tertulis via WA itu. Baca detail:  Baca detail: Pernyataan Cerai Secara Tertulis

2. Sama dg kasus pertama, tidak jatuh talak karena dalam kondisi terpaksa saat mengucapkannya. Baca detail: Talak Terpaksa

Selain itu, mengiyakan permintaan talak istri itu masuk talak kinayah yang baru jatuh talak kalau disertai niat cerai dalam hati. Baca detail: Mengiyakan Permintaan Cerai Istri

3. Tidak jatuh talak dg alasan yang sama dg di atas yakni karena terpaksa. Baca detail: Talak Terpaksa

4. Talak yang diucapkan karena terpaksa tidak jatuh talak. Baca detail: Talak Terpaksa

5. Dalam kasus ke-5 mengiyakan permintaan cerai istri termasuk talak kinayah. Kalau tidak ada niat, maka tidak jatuh cerai. Baca detail: Mengiyakan Permintaan Cerai Istri

Kesimpulan: dari kelima kasus tidak ada yang jatuh talak. Namun demikian, ke depannya hendaknya dihindari pertengkaran dan tingkatkan usaha untuk harmonis. Salahsatu caranya adalah dengan komitmen untuk saling mengalah. Baca detail: Cara Harmonis dalam Rumah Tangga


LihatTutupKomentar