Talak Tafwidh Perwakilan Cerai
Talak Tafwidh adalah mewakilkan dan mendelegasikan hak talak yang
dimiliki seorang suami kepada orang lain termasuk kepada istrinya
sendiri.
Daftar Isi
- Apa itu Tafwidh Talak
- Bentuk-bentuk Pendelegasian (Tafwidh) Talak
- Pemberian Kuasa (Tawkil)
- Kasus-kasus di Mana Hakim Menceraikan
- Tata Cara Konsultasi Agama
التفويض والتوكيل في الطلاق :
الطلاق حق من حقوق الزوج، فله أن
يطلق زوجته بنفسه، وله أن يفوضها في تطليق نفسها، وله أن يوكل غيره في
التطليق.
ولك من التفويض والتوكيل لا يسقط حقه ولا يمنعه من استعماله متى
شاء، وخالف في ذلك الظاهرية، فقالوا: إنه لا يجوز للزوج أن يفوض زوجته تطليق
نفسها، أو يوكل غيره في تطليقها.
قال ابن حزم: ومن جعل إلى امرأته أن تطلق
نفسها لم يلزمه ذلك ولا
تكون طالقا، طلقت نفسها أو لم تطلق، لان الله تعالى
جعل الطلاق للرجال لا للنساء.
Pendelegasian dan Pemberian Kuasa dalam Perceraian
Perceraian adalah hak dari hak-hak suami, sehingga ia boleh menceraikan istrinya sendiri, dan ia boleh mendelegasikan kepada istrinya untuk menceraikan dirinya sendiri, dan ia boleh memberi kuasa kepada orang lain untuk menceraikannya.
Dan pendelegasian serta pemberian kuasa kepadanya tidak menghilangkan haknya
dan tidak menghalanginya untuk menggunakannya kapan pun ia mau. Hal ini
bertentangan dengan pendapat mazhab Zahiriyah, yang mengatakan: Tidak boleh
bagi suami untuk mendelegasikan kepada istrinya agar menceraikan dirinya
sendiri, atau memberi kuasa kepada orang lain untuk
menceraikannya.
Kata Ibn Hazm: Dan barangsiapa yang
menyerahkan kepada istrinya agar menceraikan dirinya sendiri, maka hal itu
tidak mengikatnya dan tidak menjadikannya bercerai, baik ia menceraikan
dirinya sendiri atau tidak, karena Allah Ta'ala menjadikan perceraian untuk
laki-laki, bukan untuk perempuan.
(2/281)
صيغ التفويض:
وصيغ التفويض هي:
1 - اختاري نفسك.
2 - أمرك
بيدك.
3 - طلقي نفسك إن شئت.
Contoh Bentuk-bentuk Pendelegasian (Tafwidh) Talak:
Bentuk-bentuk pendelegasian adalah:
1 - Pilihlah dirimu
sendiri.
2 - Urusanmu ada di tanganmu.
3
- Ceraikan dirimu sendiri jika engkau mau.
وقد اختلف الفقهاء في كل صيغة من هذه الصيغ وذهبوا مذاهب متعددة نجملها فيما يلي:
(1) اختاري نفسك: ذهب الفقهاء إلى وقوع الطلاق بهذه الصيغة: لان الشرع جعلها من
صيغ الطلاق، وفي ذلك يقول الله تعالى: " يا أيها النبي قل لازواجك إن كنتن
تردن الحياة الدنيا وزينتها فتعالين أمتعكن وأسرحكن سراحا جميلا.
وإن كنتن
تردن الله ورسوله والدارالآخرة فإن الله أعد للمحسنات منكن أجرا عظيما " (1).
Para fuqaha berbeda pendapat mengenai setiap bentuk dari bentuk-bentuk ini dan mereka memiliki berbagai mazhab yang dirangkum sebagai berikut:
(1) Pilihlah dirimu sendiri: Para fuqaha sepakat bahwa perceraian terjadi dengan bentuk ini: karena syariat menjadikannya sebagai salah satu bentuk perceraian, dan mengenai hal itu Allah Ta'ala berfirman: "Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu: Jika kamu hendak kehidupan dunia dan perhiasannya, maka kemarilah, Aku akan memberi kenyamanan kepadamu lalu memerdekakanmu dengan pembebasan yang baik. Dan jika kamu hendak (mendapatkan pahala) dari Allah dan Rasul-Nya serta (kediaman) negeri akhirat, maka sungguh Allah telah menyediakan untuk orang-orang yang berbuat kebajikan di antara kamu pahala yang besar." (1).
__________
(1) المحلى ص 223 ج 10.
ولما نزلت هذه الآية دخل الرسول صلى الله عليه وسلم على عائشة فقال لها: "
إني ذاكر لك أمرا من الله على لسان رسوله، فلا تعجلي حتى تستأمري أبويك "، قالت:
وما هذا يا رسول الله؟ فتلا عليها الآية.
قالت: فيك يا رسول الله أستأمر
أبوي؟...بل أريد الله ورسوله، والدار الآخرة، وأسألك ألا تخبر امرأة من نسائك
بالذي قلت.
قال: لا تسألني امرأة منهن إلا أخبرتها.
إن الله لم
يبعثني...الخ ثم فعل أزواج النبي صلى الله عليه وسلم مثلما فعلت عائشة، فكلهن
اخترن الله ورسوله والدار الآخرة.
روى البخاري ومسلم وأبو داود والترمذي
والنسائي وابن ماجه عن عائشة رضي الله عنها قالت: " خيرنا رسول الله صلى الله
عليه وسلم فاخترناه. فلم يعد ذلك شيئا ".
وفي لفظ لمسلم: " أن رسول الله صلى
الله عليه وسلم خير نساءه فلم يكن طلاقا ".
وفي هذا دلالة على أنهن لو أخترن
أنفسهن: كان ذلك طلاقا.
وأن هذا اللفظ يستعمل في الطلاق (2).
Ketika ayat ini diturunkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke
kamar Aisyah dan berkata kepadanya: "Sesungguhnya aku ingin memberitahumu
sesuatu dari Allah melalui lisan Rasul-Nya, maka janganlah engkau tergesa-gesa
hingga engkau meminta pendapat kedua orang tuamu." Ia bertanya: "Apa itu wahai
Rasulullah?" Maka beliau membacakan ayat itu kepadanya.
Ia
berkata: "Bagaimana aku meminta pendapat kedua orang tuaku padamu wahai
Rasulullah?... Bahkan aku menginginkan Allah dan Rasul-Nya, serta negeri
akhirat, dan aku memohon kepadamu agar jangan memberitahu seorang pun dari
istri-istrimu tentang apa yang engkau katakan."
Beliau
bersabda: "Janganlah engkau meminta agar aku tidak memberitahu salah seorang
dari mereka."
"Sungguh Allah tidak mengutusku... dst."
Kemudian istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan seperti yang
dilakukan Aisyah, sehingga semuanya memilih Allah dan Rasul-Nya serta negeri
akhirat.
Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibn Majah
dari Aisyah radhiyallahu 'anha yang berkata: "Kami adalah yang terbaik bagi
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka kami memilihnya, sehingga hal
itu tidak dihitung sebagai apa-apa."
Dan dalam riwayat
Muslim: "Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah yang terbaik
bagi istri-istrinya, sehingga tidak menjadi perceraian."
Dan
dalam hal ini terdapat dalil bahwa jika mereka memilih diri mereka sendiri,
maka itu menjadi perceraian.
Dan bahwa lafal ini digunakan
dalam perceraian (2).
ولم يختلف في ذلك أحد من الفقهاء.
بينما اختلفوا فيما يقع إذا اختارت المرأة
نفسها: فقال بعضهم إنه يقع طلقة واحدة رجعية. وهو مروي عن عمر وابن مسعود وابن
عباس.
وهو قول عمر بن عبد العزيز، وابن أبي ليلى، وسفيان، والشافعي، وأحمد،
وإسحاق.
وقال بعضهم: إذا اختارت نفسها يقع واحدة بائنة، وهو مروي عن علي بن
أبي طالب رضي الله عنه، وبه قال الاحناف. وقال مالك بن أنس: إن اختارت نفسها فهي
ثلاث، وإن اختارت زوجها يكون واحدة.
Dan tidak ada perbedaan pendapat di kalangan fuqaha mengenai hal
itu.
Sedangkan mereka berbeda pendapat mengenai apa yang
terjadi jika istri memilih dirinya sendiri: sebagian mengatakan bahwa itu
menjadi satu talak raji'.
Dan itu diriwayatkan dari Umar, Ibn
Mas'ud, dan Ibn Abbas.
Dan itu pendapat Umar bin Abdul Aziz,
Ibn Abi Laila, Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq.
Dan sebagian
mengatakan: Jika ia memilih dirinya sendiri, maka menjadi satu talak ba'in,
dan itu diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, dan dengan
itu pula pendapat mazhab Hanafi.
Dan Malik bin Anas berkata:
Jika ia memilih dirinya sendiri, maka tiga talak, dan jika ia memilih
suaminya, maka satu talak.
__________
(1) سورة الاحزاب آية 29.
(2) أهل الظاهر يرون أن معنى ذلك
أنهن لو اخترن أنفسهن طلقهن رسول الله صلى الله عليه وسلم، لا أنهن كن يطلقن بنفس
اختيار الطلاق.
(2/282)
ويشترط الاحناف في
وقوع الطلاق بهذه الصيغة ذكر النفس في كلامه أو في كلامها، فلو قال لها: اختاري،
فقالت اخترت، فهو باطل لا يقع بها شئ. (2) أمرك بيدك (1): إذا قال الرجل لزوجته
أمرك بيدك، فطلقت نفسها، فهي طلقة واحدة، عند عمر، وعبد الله بن مسعود.
وهو
مذهب سفيان، والشافعي، وأحمد. روي أنه جاء بن مسعود رجل فقال: كان بيني وبين
امرأتي بعص ما يكون بين الناس.
فقالت: لو أن الذي بيدك من أمري بيدي. لعلمت
كيف أصنع. قال: فإن الذي بيدي من أمرك بيدك.
قالت: فأنت طالق ثلاثا.
قال:
أراها واحدة وأنت أحق بها مادامت في عدتها.
وسألقى أمير المؤمنين عمر، ثم
لقيه فقص عليه القصة.
فقال صنع الله بالرجال وفعل. يعمدون إلى ما جعل الله
في أيديهم. فيجعلونه بأيدي النساء. بفيها التراب. ماذا قلت فيها؟ قال: قلت أراها
واحدة. وهو أحق بها.
قال: وأنا أرى ذلك، ولو رأيت غير ذلك علمت أنك لم تصب
(2).
وقال الاحناف: يقع طلقة واحدة بائنة، لان تمليكه أمرها لها يقتضي زوال
سلطانه عنها، وإذا قبلت ذلك بالاختيار وجب أن يزول عنها، ولا يحصل ذلك مع بقاء
الرجعة. هل المعتبر نية الزوج أم نية الزوجة؟: ذهب الشافعي إلى أن المعتبر هو نية
الزوج. فإن نوى واحدة فواحدة، وإن نوى ثلاثا فثلاث. وله أن يناكرها في الطلاق
نفسه، وفي العدد: في الخيار أو التمليك.
Dan mazhab Hanafi mewajibkan penyebutan diri (nafs) dalam perkataannya atau perkataannya, sehingga jika ia berkata kepadanya: "Pilihlah," lalu ia menjawab "Aku memilih," maka itu batal dan tidak terjadi apa-apa dengannya.
(2) Urusanmu ada di tanganmu (1): Jika seorang laki-laki berkata kepada
istrinya "Urusanmu ada di tanganmu," lalu ia menceraikan dirinya sendiri, maka
itu satu talak menurut Umar dan Abdullah bin Mas'ud.
Dan itu
mazhab Syafi'i, Ahmad, dan Sufyan.
Diriwayatkan bahwa seorang
laki-laki datang kepada Ibn Mas'ud dan berkata: "Ada perselisihan antara aku
dan istrinya seperti yang biasa terjadi di antara manusia."
Lalu
istrinya berkata: "Seandainya apa yang ada di tanganmu dari urusanku ada di
tanganku, niscaya engkau tahu bagaimana aku bertindak."
Ia
berkata: "Maka apa yang ada di tanganku dari urusanmu ada di
tanganmu."
Ia berkata: "Maka engkau bercerai tiga
kali."
Ia berkata: "Aku menganggapnya satu, dan engkau lebih
berhak kepadanya selama ia masih dalam iddahnya.
Dan aku akan
bertemu dengan Amirul Mukminin Umar." Kemudian ia bertemu dengannya dan
menceritakan kisah itu.
Umar berkata: "Allah telah berbuat
kepada laki-laki dan telah melakukan.
Mereka sengaja
menyerahkan apa yang Allah jadikan di tangan mereka kepada tangan perempuan,
maka ditaburkan debu di wajah mereka.
Apa yang engkau katakan
tentangnya?" Ia berkata: "Aku katakan bahwa aku menganggapnya satu, dan ia
lebih berhak kepadanya."
Umar berkata: "Dan aku juga melihat
demikian, dan jika aku melihat selain itu, niscaya aku tahu bahwa engkau tidak
benar" (2).
Dan mazhab Hanafi berkata: Terjadi satu talak
ba'in, karena pemberian urusannya kepadanya mengharuskan hilangnya
kekuasaannya atasnya, dan jika ia menerima itu dengan pilihan, wajib hilang
darinya, dan hal itu tidak terjadi dengan adanya hak rujuk.
Apakah
yang diperhitungkan adalah niat suami atau niat istri?: Mazhab Syafi'i
berpendapat bahwa yang diperhitungkan adalah niat suami.
Jika
ia berniat satu, maka satu, dan jika berniat tiga, maka tiga.
Dan
ia boleh menyangkalnya dalam perceraian itu sendiri, dan dalam jumlahnya:
dalam pilihan atau pemberian kuasa.
(1) Yaitu urusanmu
yang ada di tanganku, yaitu perceraian, kujadikan di tanganmu.
(2)
Bidayah al-Mujtahid hlm. 67 jilid 2.
__________
(1) أي أمرك الذي بيدي، وهو الطلاق، جعلته بيدك.
(2) بداية
المجتهد ص 67 ص 2.
وذهب غيره إلى أنها إن نوت أكثر من واحدة وقع ما
نوت، لانها تملك الثلاثة بالتصريح، فتملكها بالكناية كالزوج.
فإن طلقت نفسها
ثلاثا، وقال الزوج لم أجعل لها إلا واحدة، لم يلتفت إلى قوله.
والقضاء ما
قضت، وهذا مذهب عثمان، وابن عمر، وابن عباس، وقال عمر وابن مسعود: تقع طلقة واحدة
كما سبق في قصة عبد الله بن مسعود.
هل جعل الامر باليد مقيد بالمجلس؟ أم هو
على التراخي: قال ابن قدامة في المغني: ومتى جعل أمر امرأته بيدها فهو بيدها أبدا
لا يتقيد بذلك المجلس.
روي ذلك عن علي رضي الله عنه، وبه قال أبو ثور، وابن
المنذر، والحكم.
Dan yang selain Syafi'i berpendapat bahwa jika ia berniat lebih dari satu,
maka terjadi apa yang diniatkan, karena ia memegang tiga talak secara tegas,
maka memegangnya secara kiasan seperti suami.
Jika ia
menceraikan dirinya sendiri tiga kali, dan suami berkata "Aku hanya
memberikannya satu," maka perkataannya tidak diindahkan.
Dan
keputusan hakim apa yang diputuskan, dan ini mazhab Utsman, Ibn Umar, Ibn
Abbas, dan Umar serta Ibn Mas'ud berkata: Terjadi satu talak seperti yang
disebutkan sebelumnya dalam kisah Abdullah bin Mas'ud.
Apakah
pemberian urusan ke tangan dibatasi oleh majelis?: Atau itu berlaku
terus-menerus? Ibn Qudamah berkata dalam al-Mughni: Dan bila suatu ketika ia
menjadikan urusan istrinya di tangannya, maka itu di tangannya selamanya,
tidak dibatasi oleh majelis itu.
Hal itu diriwayatkan dari
Ali radhiyallahu 'anhu, dan dengan itu pula pendapat Abu Tsur, Ibn al-Mundzir,
dan al-Hakam.
وقال مالك والشافعي وأصحاب الرأي: هو مقصور على المجلس، ولا طلاق لها بعد
مفارقته، لانه تخيير لها فكان مقصورا على المجلس كقوله: اختاري.
ورجح الرأي
الاول لقول علي رضي الله عنه في رجل جعل أمر امرأته بيدها.
قال: هو لها حتى
تكل.
قال: ولا نعرف له في الصحابة مخالفا، فيكون إجماعا.
ولانه نوع
توكيل في الطلاق.
فكان على التراخي كما لو جعله لاجنبي.
رجوع الزوج:
قال: فإن رجع الزوج فيما جعل إليها أو قال: فسخت ما جعلت إليك ، بطل.
وبذلك
قال عطاء، ومجاهد، والشعبي، والنخعي، والاوزاعي، وإسحاق.
وقال الزهري،
والثوري، ومالك، وأصحاب الرأي: ليس له الرجوع لانه ملكها ذلك، فلم يملك
الرجوع.
قال: وإن وطئها الزوج، كان رجوعا، لانه نوع توكيل.
والتصرف
فيما وكل فيه يبطل الوكالة.
وإن ردت المرأة ما جعل إليها بطل كما تبطل
الوكالة بفسخ التوكيل (1).
(3) طلقي نفسك إن شئت: قالت الاحناف: " من قال
لامرأته طلقي نفسك، ولا نية له، أو نوى طلقة واحدة فقالت: طلقت نفسي، فهي واحدة
رجعية.
Dan Malik, Syafi'i, dan Ahl al-Ra'yi berkata: Itu terbatas pada majelis, dan
tidak ada perceraian baginya setelah berpisah, karena itu pilihan baginya
sehingga terbatas pada majelis seperti ucapannya: "Pilihlah."
Dan
pendapat pertama lebih kuat karena ucapan Ali radhiyallahu 'anhu mengenai
seorang laki-laki yang menjadikan urusan istrinya di tangannya.
Ia
berkata: "Itu miliknya hingga ia menyerahkannya."
Ia berkata:
"Dan kami tidak mengetahui ada yang menentangnya di kalangan sahabat, sehingga
menjadi ijma'."
Dan karena itu jenis pemberian kuasa dalam
perceraian, sehingga berlaku terus-menerus seperti jika memberikannya kepada
orang asing.
Rujuk suami: Ia berkata: Maka jika suami rujuk
dari apa yang ia berikan kepadanya atau berkata: "Aku batalkan apa yang
kuberikan kepadamu," maka batal.
Dan dengan itu pula pendapat
Atha', Mujahid, Syu'bi, Nakh'i, Awza'i, dan Ishaq.
Dan Zuhri,
Tsauri, Malik, dan Ahl al-Ra'yi berkata: Ia tidak boleh rujuk karena ia telah
memilikinya, sehingga ia tidak memegang hak rujuk.
Ia
berkata: Dan jika suami berhubungan badan dengannya, maka itu rujuk, karena
jenis pemberian kuasa.
Dan tindakan dalam apa yang dikuasakan
membatalkan kuasa.
Dan jika istri menolak apa yang diberikan
kepadanya, maka batal seperti pembatalan kuasa dengan pembatalan pemberian
kuasa (1).
(3) Ceraikan dirimu sendiri jika engkau mau: Mazhab Hanafi berkata:
"Barangsiapa yang berkata kepada istrinya 'Ceraikan dirimu sendiri,' dan tidak
ada niatnya, atau berniat satu talak lalu ia berkata: 'Aku menceraikan diriku
sendiri,' maka itu satu talak raji'.
وإن طلقت نفسها ثلاثا، وقد أراد الزوج ذلك، وقعن عليها، وإن قال لها طلقي
نفسك، فقالت أبنت نفسي، طلقت، وإن قالت قد اخترت نفسي لم تطلق، وإن قال لها: طلقي
نفسك متى شئت.
فلها أن تطلق نفسها في المجلس وبعده.
وإذا قال لرجل: طلق
امرأتي، فله أن يطلقها في المجلس وبعده.
ولو قال لرجل طلقها إن شئت، فله أن
يطلقها في المجلس خاصة.
Dan jika ia menceraikan dirinya sendiri tiga kali, dan suami menginginkannya,
maka terjadi kepadanya, dan jika ia berkata kepadanya 'Ceraikan dirimu
sendiri,' lalu ia berkata 'Aku pisahkan diriku, bercerai,' dan jika ia berkata
'Aku telah memilih diriku sendiri,' maka tidak bercerai, dan jika ia berkata
kepadanya: 'Ceraikan dirimu sendiri kapan pun engkau mau,' maka ia boleh
menceraikan dirinya sendiri di majelis dan sesudahnya.
Dan
jika ia berkata kepada seorang laki-laki: 'Ceraikan istrinya,' maka ia boleh
menceraikannya di majelis dan sesudahnya.
Dan jika ia berkata
kepada seorang laki-laki 'Ceraikannya jika engkau mau,' maka ia boleh
menceraikannya hanya di majelis.
التوكيل:
إذا جعل أمر امرأته بيد غيره صح.
وحكمه حكم ما لو جعله بيدها،
في أنه بيده في المجلس وبعده.
ووافق الشافعي على هذا في حق غيرها لانه
توكيل، وسواء قال: أمر امرأتي بيدك، أو قال: جعلت لك الخيار في طلاق امرأتي، أو
قال طلق امرأتي.
وقال أصحاب أبي حنيفة: ذلك مقصور على المجلس لانه نوع تخيير
أشبه ما لو قال اختاري.
قال صاحب المغني: ولنا أنه توكيل مطلق: فكان على
التراخي: كالتوكيل في البيع، وإذا ثبت هذا فإن له أن يطلقها ما لم يفسخ أو يطأها،
وله أن يطلق واحدة وثلاثا، كالمرأة، وليس له أن يجعل الامر إلا بيد من يجوز
توكيله وهو العاقل.
فأما الطفل والمجنون، فلا يصح أن يجعل الامر بأيديهم فإن
فعل فطلق واحد منهم لم يقع طلاقه.
وقال أصحاب الرأي: يصح (2).
Pemberian Kuasa (Tawkil):
Jika ia menjadikan urusan istrinya di tangan orang lain, maka
sah.
Dan hukumnya seperti jika menjadikannya di tangannya,
yaitu di tangannya di majelis dan sesudahnya.
Dan Syafi'i
setuju dengan ini mengenai orang lain karena itu pemberian kuasa, dan sama
saja ia berkata: "Urusan istrinya di tanganmu," atau "Aku berikan kepadamu
pilihan dalam perceraian istrinya," atau "Ceraikan istrinya."
Dan
pengikut Abu Hanifah berkata: Itu terbatas pada majelis karena jenis pilihan
yang lebih mirip dengan ucapannya "Pilihlah."
Pemilik
al-Mughni berkata: Dan bagi kami, itu pemberian kuasa mutlak: sehingga berlaku
terus-menerus: seperti pemberian kuasa dalam jual beli, dan jika ini terbukti,
maka ia boleh menceraikannya selama tidak dibatalkan atau berhubungan badan
dengannya, dan ia boleh menceraikan satu atau tiga, seperti istri, dan ia
tidak boleh menjadikan urusan itu kecuali di tangan orang yang boleh diberi
kuasa yaitu yang berakal.
Adapun anak kecil dan orang gila,
maka tidak sah menjadikannya di tangan mereka, jika ia melakukannya dan salah
seorang dari mereka menceraikan, maka perceraiannya tidak
terjadi.
Dan Ahl al-Ra'yi berkata: Sah (2).
(1)
Al-Mughni hlm. 288 jilid 8.
(2) Al-Mughni: hlm.
292
__________
(1) المغني ص 288 ج 8.
(2) المغني: ص 292
(2/285)
التعميم
(1) والتقييد في هذه الصيغ:
هذه الصيغ قد تكون مطلقة، بأن يجعل أمرها بيدها،
أو أن تختار نفسها دون تقييد بشئ يزيد على الصيغة.
وفي هذه الحالة للزوجة أن
تطلق نفسها في مجلس التفويض فقط إن كانت حاضرة فيه، وإن كانت غائبة عنه كان لها
ذلك الحق في مجلس علمها به فقط، حتى لو انتهى أو تغير مجلس التفويض أو مجلس
العلم، ولم تطلق نفسها لم يكن لها هذا الحق بعد ذلك، لان الصيغة مطلقة، فتنصرف
إلى المجلس، فإذا فات فلا تملكه.
وهذا الحكم في حالة ما إذا لم تقم قرينة
تدل على تعميم التفويض، كأن يكون هذا التفويض حين عقد الزواج، لانه لا يعقل أن
يقصد المفوض تمليكها تطليق نفسها في نفس مجلس زوجها، فالصيغة تفيد التعميم بدلالة
الحال.
وقد صدر من بعض الحاكم الشرعية المصرية الجزئية حكم بني على أن
التفويض
إذا كان في حين عقد الزواج وبصيغة مطلقة، لا يتقيد بالمجلس، وللزوجة أن تطلق
نفسها متى شاءت، وإلا خلا التفويض من الفائدة، وأيد هذا الحكم استئنافيا.
Penggeneralan (1) dan Pembatasan dalam Bentuk-bentuk Ini:
Bentuk-bentuk
ini bisa bersifat mutlak, yaitu menjadikan urusannya di tangannya, atau
memilih dirinya sendiri tanpa pembatasan dengan sesuatu yang menambah bentuk
itu.
Dan dalam keadaan ini, istri boleh menceraikan dirinya
sendiri hanya di majelis pendelegasian jika ia hadir di dalamnya, dan jika ia
غائب darinya, maka hak itu baginya di majelis pengetahuan saja, hingga jika
majelis pendelegasian atau majelis pengetahuan berakhir atau berubah, dan ia
tidak menceraikan dirinya sendiri, maka tidak ada hak baginya setelah itu,
karena bentuk itu mutlak, sehingga tertuju pada majelis, jika lewat maka tidak
dimilikinya.
Dan hukum ini dalam keadaan jika tidak ada
petunjuk yang menunjukkan penggeneralan pendelegasian, seperti jika
pendelegasian ini saat akad nikah, karena tidak masuk akal bahwa yang
mendelegasikan bermaksud memilikikannya menceraikan dirinya sendiri di majelis
suaminya, sehingga bentuk itu menunjukkan penggeneralan karena
keadaan.
Dan telah keluar dari sebagian pengadilan syariah
Mesir yang parsial putusan bahwa pendelegasian jika saat akad nikah dan dengan
bentuk mutlak, tidak dibatasi majelis, dan istri boleh menceraikan dirinya
sendiri kapan pun ia mau, jika tidak pendelegasian itu kehilangan manfaatnya,
dan putusan ini disahkan secara banding.
وقد تكون هذه الصيغ عامة.
كأن يقول لها اختاري نفسك متى شئت، أو أمرك بيدك
كلما أردت، وفي هذه الحال لها أن تطلق نفسها في أي وقت، لانه ملكها حق تطليق
نفسها ملكا عاما، فلها أن تستعمل هذا الحق فتطلق نفسها في أي وقت.
وقد تكون
هذه الصيغ مؤقتة بوقت معين، كأن يجعل أمرها بيدها مدة سنة، وفي هذه الحال للزوجة
أن تطلق نفسها في الوقت المعين فقط، وأما بعد مضيه فلا حق لها في التطليق.
التفويض (2) حين العقد وبعده: ويجوز التفويض حين عقد الزواج أو بعده، إلا أنه
يشترط فيه حين عقد الزواج عند الاحناف أن يكون البادئ به هو الزوجة، مثل أن تقول
المرأة للرجل: زوجت نفسي منك على أن يكون أمري بيدي أطلق نفسي كلما أريد.
__________
(1،
2) أحكام الاحوال الشخصية في الشريعة الاسلامية ص 152.
فيقول
لها: قبلت، فبهذا القبول يتم الزواج، ويصح التطليق، ويكون لها الحق في أن تطلق
نفسها كلما أرادت، لان قبوله ينصرف إلى الزواج ثم إلى التفويض.
أما إذا كان
البادئ بالايجاب المقترن بالتفويض هو الزوج كأن يقول رجل لامرأته: تزوجتك على أن
تكون عصمتك بيدك تطلقين نفسك كلما أردت.
فتقول: قبلت، فبهذا يتم الزواج ولا
يصح التفويض، ولا يكون للزوجة الحق في أن تطلق نفسها.
والفرق بين الصورتين
أنه في الصورة الاولى، قبل الزوج التفويض بعد تمام العقد، فيكون قد ملك التطليق
بعد أن ملكه بتمام عقد الزواج.
أما في الثانية، فإن ملك التطليق قبل أن
يملكه لانه ملكه قبل تمام عقد الزواج إذ لم يصدر إلا الايجاب وحده.
Dan bentuk-bentuk ini bisa umum.
Seperti ia berkata kepadanya
"Pilihlah dirimu sendiri kapan pun engkau mau," atau "Urusanmu di tanganmu
kapan pun engkau mau," dan dalam keadaan ini ia boleh menceraikan dirinya
sendiri kapan pun, karena ia memilikinya hak menceraikan dirinya sendiri
secara umum, sehingga ia boleh menggunakan hak ini dan menceraikan dirinya
sendiri kapan pun.
Dan bentuk-bentuk ini bisa sementara
dengan waktu tertentu, seperti menjadikan urusannya di tangannya selama
setahun, dan dalam keadaan ini istri boleh menceraikan dirinya sendiri hanya
pada waktu yang ditentukan, dan setelah lewat tidak ada hak baginya dalam
perceraian.
Pendelegasian (2) Saat Akad dan Sesudahnya:
Dan boleh pendelegasian saat akad nikah atau sesudahnya, kecuali bahwa saat
akad nikah menurut mazhab Hanafi diwajibkan bahwa yang memulai adalah istri,
seperti istri berkata kepada laki-laki: "Aku nikahkan diriku kepadamu dengan
syarat urusanku di tanganku, aku ceraikan diriku sendiri kapan pun aku
mau."
Maka ia berkata kepadanya: "Aku terima," maka dengan
penerimaan ini nikah sempurna, dan perceraian sah, dan baginya hak untuk
menceraikan dirinya sendiri kapan pun ia mau, karena penerimaannya tertuju
pada nikah kemudian pada pendelegasian.
Adapun jika yang
memulai dengan ijab yang disertai pendelegasian adalah suami seperti seorang
laki-laki berkata kepada istrinya: "Aku nikahi engkau dengan syarat ketaatanmu
di tanganmu, engkau ceraikan dirimu sendiri kapan pun engkau
mau."
Lalu ia berkata: "Aku terima," maka dengan ini nikah
sempurna dan pendelegasian tidak sah, dan istri tidak berhak menceraikan
dirinya sendiri.
Dan perbedaan antara kedua gambarannya
adalah bahwa dalam gambar pertama, suami menerima pendelegasian setelah
sempurnanya akad, sehingga ia telah memilikinya perceraian setelah memilikinya
dengan sempurnanya akad nikah.
Adapun dalam yang kedua,
pemilikan perceraian sebelum ia memilikinya karena dimiliki sebelum
sempurnanya akad nikah, yaitu hanya ijab yang keluar.
الحالات التي يطلق فيها القاضي الحالات التي يطلق فيها القاضي صدر بها قانون سنة
1920 وسنة 1929، وهي مستمدة من اجتهاد الفقهاء، حيث لم يرد بها نص صحيح صريح، وقد
روعي فيها التيسير على الناس تجنبا للحرج، وتمشيا مع روح الاسلام السمحة.
جاء
في القانون رقم 25 لسنة 1920 النص على التطليق لعدم النفقة، والتطليق للعيب.
وجاء
في القانون رقم 25 سنة 1929 النص على التطليق للضرر، والتطليق لغيبة الزوج بلا
عذر، والتطليق لحبسه.
ونورد فيما يلي حكم كل، مع مواد القانون الخاصة به ما
عدا حكم التطليق للعيب، فقد تقدم الكلام عليه في أول هذا المجلد.
Kasus-kasus di Mana Hakim Dapat Menceraikan Pasangan Suami-Istri
Kasus-kasus di mana
hakim menceraikan telah diatur dalam undang-undang tahun 1920 dan 1929, dan
itu diambil dari ijtihad para fuqaha, karena tidak ada nash yang shahih dan
tegas mengenai itu, dan telah diperhatikan di dalamnya kemudahan bagi manusia
untuk menghindari kesulitan, dan sejalan dengan semangat Islam yang penuh
rahmat.
Dalam undang-undang nomor 25 tahun 1920 disebutkan
perceraian karena tidak ada nafkah, dan perceraian karena
cacat.
Dan dalam undang-undang nomor 25 tahun 1929 disebutkan
perceraian karena mudarat, perceraian karena ketidakhadiran suami tanpa uzur,
dan perceraian karena penahanannya.
Dan kami sebutkan di
bawah ini hukum masing-masing, dengan pasal undang-undang khususnya kecuali
hukum perceraian karena cacat, karena pembahasan tentangnya telah didahului di
awal jilid ini.
________
(1)
Al-Muhallā hlm. 223 jilid 10.
(1) Surah Al-Ahzab ayat
29.
(2) Ahl al-Zahir berpendapat bahwa makna itu adalah bahwa
jika mereka memilih diri mereka sendiri, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam menceraikannya, bukan bahwa mereka menceraikan diri sendiri dengan
pilihan perceraian.
(1, 2) Aḥkām al-Aḥwāl
al-Syakhṣiyyah fī al-Syarī'ah al-Islāmiyyah hlm. 152.