Ucapan cerai untuk informasi, apa jatuh talak?

Ucapan cerai untuk informasi, apa jatuh talak? Sekitar bulan agustus 2018 saya menukil kata2 anak kecil yg cadel yg sempat booming disosial media.. an

 

Ucapan cerai untuk informasi, apa jatuh talak?

HUKUM MENGUCAPKAN KATA 'MINTA TERAI' APA JATUH TALAK?

Assalamualaikum ustadz

Maaf ustadz, sy sebulan ini merasakan kacau luar biasa..

1.Sekitar bulan agustus 2018 saya menukil kata2 anak kecil yg cadel yg sempat booming disosial media.. anak tersebut menirukan gaya sinteron.. kalimatnya "Minta terai... kalimat itu saya ucapkan di depan istri saya dengan maksud menginformasikan ke istri saya.. hingga tak sadar saya ucapkan sampai hampir 4 kali.. karena istri saya kaget dan minta diulang kalimatnya..

Semenjak itu saya langsung sadar dan kaget bukan main.. bahwa saya telah mengucapkan kalimat yg terlarang didepan istri saya..

Yakni kalimat cer*i yg cadel.. menjadi terai..

Beberapa hari kemudian saya sangat cemas... kemudian sy bingung konsultasikan kemana.. akhirnya saya konsultasikan online.. dan mendapatkan jawaban.. dijawab bahwa perkataan sy kepada istri dianggap ucapan tal*k kinayah, krna menanggalkan salah satu huruf yg harusnya cer*i jadi terai.. sampai disana saya hanya tenang beberapa hari.. kemudian kembali cemas.. karena cari refensi lain tidak ada jawaban serupa.. yg serupa hanya ucapan tal*k 3 kali dihitung 1 kali..

Akhirnya krna cemas.. saya cari aman.. dengan merujuk istri.. tanpa ucapan langsung... hanya mengatakan.. kamu istriku.. aku cinta kamu.. setelah itu.. beberapa bulan sampai Desember 2018 saya terus kirim email konsultasi.. dalam 4 bulan saya kirim sekitar 6-7 email konsultasi...untuk dapat jawaban yg lebih menenangkan saya...

Bagaimana hukumnya ini? Krna saya sudah merujuk untuk cari aman ?

2. Sepanjang Agustus - Desember 2018 saya jadi mempelajar bahwa ucapan tal*k terbagi 2.. yakni kinayah dan sharih.. awalnya saya hanya tau sharih.. dan prinsip saya haram diucapkan didepan istri.. dan kinayah yg saya pelajari ternyata kalimatnya hampir tidak terbatas.. selama ada niat cer*i maka dianggap sah...

Semenjak saya belajar tentang cer*i kinayah... saya jadi sangat hati2 bicara ke istri..

Sekitar 10 November malam saya solat sunnah sebelum tidur
Selesai solat saya guyon ke istri.. Sambil bertanya " Dicabut sekarang kah? " ( maksudnya cabut sesuatu ) sepintas ketika itu saya terpikir cer*i

"Kah" di kalimantan dipakai untuk kalimat tanya
Awalnya pikiran itu saya abaikan.. setelah solat saya baring disamping istri tanpa perasaan bersalah.. dll

Maaf 10 Desember, setelah beberapa hari saya baru cemas.. dan kepikiran.. apakah lintasan pikiran tersebut termasuk niat atau bukan? Bukan kah pertanyaan saya ke istri ketika itu "cabut" bisa berarti kalimat kinayah.. dan ketika itu saya terpintas pikiran kesana.. padahal motivasi awal adalah untuk guyon ke istri.. saya cari referensi tentang niat.. disebutkan bahwa niat adalah sesuatu yg ada didalam hati.. semenjak itu saya cemas..dan khawatir saya telah menjatuhkan tal*k ke istri saya.. karena ketakutan...kembalilah saya cari aman.. sebelum mencumbu istri saya katakan "kamu istriku..aku cinta kamu.." dan selanjutnya 17 Desember saya berdiskusi ke teman2 di kantor.. saat itu bercerita tentang hal lain.. tp karena didalam cerita itu ada kalimat "sudah gak cocok" seketika ada lintasan pikiran cer*i lagi..

Bagaimana juga yg ini ??

3. Semenjak itu saya merasakan cemas luar biasa..tgl 19 saya ceritakan semua kronologi yg sy alami.. mulai dari nukilan kata "minta terai" sampai lintasan2 pikiran cer*i.. ustadz tersebut bilang kalau semua itu tidak ada yg sah... saya masih kurang yakin.. tgl 20 desember saya ajak ustadz tersebut bertembu.. minta dijelaskan.. jawaban beliau sama.. sepulangnya dari bertemu saya masih cemas memikirkan.. sampai rumah sampai pusing.. dan mual.. krna beratnya pikiran saya...

Tgl 21 saya dikantor browsing2 sendiri... tidak ada jawaban yg memuaskan saya... sampai saya linglung di kantor...teman saya melihat saya seperti jiwa saya tidak ditempat....sepulang dari kantor sampai di rumah.. setelah magrib.. mulai lah bisikan2 yg kalimatnya jelas.. cer*i

Bisikan tersebut terjadi berulang2.. hampir setiap saya berkomunikasi ke istri.. misalkan ketika istri bertanya... sayang sudah bla bla bla.? Sya jawab.. sudah... kemudian dihati ada kalimat cer*i yg tidak saya inginkan.. semua terjadi berulang2 sampai saya tidak berani menjawab istri..

Tgl 21 Desember pagi.. bisikan itu terjadi lagi.. setiap saya bicara ke istri.. ketika istri menanyakan teman yg mau pulang ke luat kota setelah dzuhur.. saya bilang iya..namun didalam hati ada bisikan.. (iya.. setelah dzuhur kita cer*i) semnjak itu saya makin cemas.. browsing terus menerus.. tp tak dapat jawaban..

Bagaimana yang ini ?

4. Sampai seterusnya... akhirnya saya jadi terpikir.. dan mencari2.. apakah saya pernah mengucapkan cer*i ke istri saya... seharian saya berpikir.. sambil mengingat2 tak sadar saya mengucapkan kata2 cer*i sambil berbisik.. dan hati saya makin hancur semenjak itu... itu terjadi berkali2 setiap saya coba mengingat2 kata2 yg pernah saya ucapkan ke istri... sampai istri saya risih saya tanya.. istri saya cuma bilang... gak pernah... saya terus memaksa.. sampai mencari riwayat SMS dan WA.. hingga akhirnya ditemukan kalau istri pernah minta cer*i.. beberapa kali..dan istri malu.. beberapa kali melakukan itu karena khilaf.. Alhamdulillah saya tidak pernah mengiyakan permintaan istri di WA maupun SMS...

Namun itu tidak buat saya tenang.. akhirnya saya teringat beberapa kali ke istri saya marah besar... diawal tahun 2018 sekitar januari.. ketika istri pergi tanpa ijin. Hingga saya merasa seolah2 pernah mengucapkan..tp sampai sekarang tidak bisa saya pastikan.. apakah sudah keluar dari mulut saya.. ataukah hanya di hati...

Dan sampai skrg.. perasaan itu terus bertambah.. di waktu lain ketika marah.. Semua saya menduga pernah mengucapkan walaupun tidak didepan istri.. saya tidak tau.. apakah ini petunjuk Allah ataukah bisikan syeitan... sampai saya tersiksa..

Bagaiman hukumnya?

5. Di tanggal 23 desember saya sudah mulai linglung.. dan putus asa karena kelepasan saat mengingat2 apakah saya pernah ucapkan ketika berantem ke istri.. hingga tak sengaja ucapkan kalimat sharih berkali2
Bagaimana hukumnya ?

6. Tgl 24 saya inisiatif untuk meruqyah diri saya ke ustadz.. karena waktu itu saya merasa hidup saya sudah hancur.... ketika diruqyah.. saya merasakan tegang.. dikepala bagian belakang...agak turun sedikit ke leher
.. setiap dibacakan ayat ruqyah kepala saya memutar ke kanan dan kiri... semakin kencang...

Saya menikah sudah 2 tahun, desember 2016.. 1 atau 2 bulan pertama sama merasa cemas.. saya merasa ada yg tidak sah dari ijab kabul kami.
.padahal sudah dijawab seorang ustadz tidak ada masalah dari ijab kabul kami... tapi saya terus2an mencari jawaban hingga setengah tahun pernikahan.. atau lebih.. saya masih menanyakan apakah ijab kabul kami sah
Ada kah kebiasaan ini dikatakan cemas berlebihan ?

7. Semalam saya ribut dengan istri... dikarenakan sudah hampir sebulan kekacauan yg saya alami.. istri saya sudah pusing.. karena tidak kuat, dan mau mengajukan ke pengadilan, tapi saya tidak mau..
Krna kemarin hari lahir dia dan berdekatan tanggal pernikahan kami, Saya memberinya hadiah yg saya belanjakan secara online.. dan disela2 pertengkaran, saya memberi tau istri kalo saya membelikannya hadiah.. ketika itu pikiran saya sudah kacau.. membayangkan kalau rumah tangga saya sudah hanc*r..

Saya bilang.. ini hadiah untuk kamu.. sudah jadi hak kamu.. terserah kamu kamu apakan.. ( sambil terbayang rumah tangga kami yg diambang kehancuran ) apakah tal*k bisa jatuh dengan saya mengatakan SUDAH JADI HAK KAMU TERSERAH MAU KAMU APAKAN ?

mohon penjelasannya ustadz.. setiap poin dengan perincian dalil dan qiyas ulama yg lurus..

Jazakallah khair.. semoga Allah membalas kebaikan semua ustadz Alkhoirot

JAWABAN

1. Kata 'terai' berbeda dengan kata 'cerai' dan tidak berefek apapun pada status pernikahan.

2. Anda salah dalam memahami talak sharih dan kinayah. Talak sharih adalah kata yg dibuat untuk menceraikan istri yg tidak ada makna lain selain untuk cerai. Kata sharih ada dua yaitu talak dan cerai. Sedangkan kata kinayah adalah kata yang dipakai untuk menceraikan istri namun mengandung unsur makna lain sehingga perlu ada niat.

Jadi, kata sharih pun kalau diucapkan tidak dalam konteks bercerai maka tidak jatuh cerai. Contoh, Anda bercerita pada istri tentang teman anda sbb: "Si Budi bercerai dengan istrinya kemarin" maka kata ini tidak berakibat cerai pada istri anda karena dalam konteks bercerita, tidak dalam konteks menceraikan istri anda. Baca detail: Cerita Talak

Begitu juga talak kinayah. Tidak semua kata berfungsi kinayah. Kata yg berfungsi kinayah hanyalah kata yg mengandung unsur cerai tapi juga mengandung makna lain. Contoh, kata "Pergi" kata 'pergi' bisa bermakna pergi ke rumah teman dll tapi juga bisa bermakna menyuruh pergi istri dari rumah suami. Apabila saat mengucapkan kata pergi ini sedang dalam konteks bertengkar dengan istri maka itu bisa bermakna talak kinayah.

Sementara itu, suatu kata yang sama sekali tidak mengandung makna yg mengarah ke cerai seperti kata "makan", maka walaupun anda niati cerai pun tidak terjadi talak karena jauh dari konotasi makna talak.

3. Ustadz tersebut benar. Tidak ada yg jatuh talak. Termasuk lintasan cerai dll. Anda tidak perlu takut menuliskan kata 'cerai' atau 'talak' asalkan kedua kata itu diucapkan bukan dengan maksud menceraikan istri, maka tidak jatuh talak. Bahkan bertanya pada istri "Apakah kamu mau cerai?" itu tidak jatuh talak. Baca detail: Cerai dalam Kalimat Tanya

4. Asumsi dalam syariah Islam dianggap tidak ada. Seperti orang shalat yang berasumsi dia keluar angin (kentut), maka tidak dianggap batal shalatnya kecuali ada bukti otentik seperti terdengar suara kentut atau bau kentut. Baca detail: Mengatasi Was-was Ibadah dan Iman

5. Anda sudah memasuki tahap was-was berat yang termasuk dalam kategori OCD. Penderita OCD tidak dianggap kata-katanya karena itu di luar kehendaknya yang normal. Baca detail: Was-was karena OCD

6. Ya, itu panik yang berlebihan yg sama sekali tidak perlu. Karena agama tidak menyuruh kita untuk terlalu berhati-hati. Asalkan syarat dan rukun pernikahan sudah dilaksanakan, maka sudah sah dan tidak perlu lagi dipertanyakan. Baca detail: Pernikahan Islam

7. Tidak. Ucapan tersebut jauh dari dampak talak. Apalagi konteksnya adalah pemberian hadiah.

LihatTutupKomentar