Melenceng dari Kiblat Saat Shalat yang Dibolehkan

Melenceng dari Kiblat Saat Shalat yang Dibolehkan Pendapat yang dipilih dalam menentukan besarnya penyimpangan yang diperbolehkan adalah: pendapat yan

Melenceng dari Kiblat Saat Shalat yang Dibolehkan

Berapa derajat Melenceng menyimpang dari arah Kiblat Saat Shalat yang Dibolehkan

Selamat pagi.
Saya memiliki beberapa pertanyaan karena saya masih sering merasa was-was saat Sholat:

1. Menurut situs di link ini air cebok yang masuk ke lubang kemaluan pria dan keluar lagi adalah suci hukumnya, tapi apakah itu membatalkan wudhu dan sholat ya? Karena jujur, saya menganggap tidak masuk akal jika air cebok tidak keluar lagi dari kemaluan pria, karena secara logika dan berdasarkan pengetahuan medis, hal tersebut pasti akan terjadi karena tekanan dari celana kita sendiri, karena duduk,dll.

2. Apakah bisa saya mengambil hukum nomor 1 tersebut jika air cebok keluar lagi itu suci? Karena jika saya mengambil hukum cairan suci (misalnya air cebok) masuk ke dalam kemaluan pria lalu keluar lagi dianggap najis membuat saya merasa hampir tidak waras.

3. Berapa ya toleransi kiblat Sholat di Jawa ya? Jika misalnya tepatnya 294,7 derajat, jika melenceng 2-5 derajat dengan sengaja apakah sah Sholat kita ya?

Terima kasih.

JAWABAN

1. Masuknya air suci lalu air tersebut keluar lagi dari kemaluan hukumnya tidak membatalkan wudhu sebagaimana masuknya benda padat suci lalu dikeluarkan lagi itu tidak membatalkan wudhu.

Dirya Atiyah dalam Kitab al-Ibadat ala al-Mazhab al-Syafi'i, hlm. 1/128, menjelaskan:

أما الداخل من أحد السبيلين - كالتحميلة والقطنة والمسبار وغير ذلك- فلا ينقض الوضوء حين يخرج 

Artinya: Adapun benda yang masuk dari salah satu dua jalan (kemaluan) seperti supositoria (pemasangan obat perangsang buang air ke dalam anus), kapas, misbar (Alat yang digunakan untuk pemeriksaan), dll itu tidak membatalkan wudhu saat keluar/dikeluarkan. 

Pendapat lain menyatakan itu najis dan membatalkan wudhu. Ibnu Qudamah dalam al-Mughni (mazhab Hanbali), 1/125, menjelaskan:

.  " وإن قطر في إحليله دهنا، ثم عاد فخرج نقض الوضوء؛ لأنه خارج من السبيل، ولا يخلو من بلة نجسة تصحبه فينتقض بها الوضوء، كما لو خرجت منفردة" انتهى من المغني (1/ 125).

Artinya: Jika ia meneteskan minyak ke dalam uretra, kemudian keluar lagi, maka wudhunya batal, karena minyak itu keluar melalui uretra dan tidak bersih dari air najis yang menyertainya, yang membatalkan wudhunya, sebagaimana keluarnya dengan sendirinya.

2. Boleh. Orang awam tidak wajib ikut satu mazhab. Ambil pendapat yang dapat memberi solusi bagi anda. Baca detail: Orang Awam Tidak Wajib Ikut Satu Madzhab 

3. Sah. 

Saleh al-Da'kik dalam kitab al-Inhiraf an al-Ka'bah al-Musyarafah wa Miqdar al-Jaiz wa al-Mamnu', menjelaskan:

القول المختار في تحديد مقدار الانحراف الجائز هو: الاتجاه القائل بتقسيم الجهات الأربع، فكل ربع منها جهة، وهو ما جرى عليه عرف عامة الفقهاء، وأهل الفلك، ويقدر ذلك بـ   45درجة لكل جهة من جهات المصلي عن يمينه، وعن يساره، وهو الذي اختاره جماعة من العلماء والباحثين المعاصري 

Artinya: Pendapat yang dipilih dalam menentukan besarnya penyimpangan yang diperbolehkan adalah: pendapat yang membagi empat arah, sehingga setiap seperempatnya merupakan satu arah, sebagaimana yang menjadi kebiasaan umum di kalangan para fuqaha dan ahli falak, dan diperkirakan sebesar 45 derajat untuk setiap arah dari arah shalat seseorang di sebelah kanan dan kirinya, dan ini adalah pendapat yang dipilih oleh sekelompok ulama dan peneliti kontemporer.
Baca detail: Panduan Shalat 5 Waktu    

Berikut pandangan sejumlah ulama terkait penyimpangan arah kiblat saat shalat dari berbagai referensi kitab klasik

Ibnu Abdil Bar dalam al-Tamhid

 يشهد النظر لقول من قال في المنحرف عن القبلة يمينًا أو شمالًا، ولم يكن انحرافه ذلك فاحشًا، فيشرق، أو يغرب: أنه لا شيء عليه؛ لأن السعة في القبلة لأهل الآفاق مبسوطة مسنونة. وهذا معنى قول رسول الله صلى الله عليه وسلم، وقول أصحابه: "ما بين المشرق والمغرب قبلة". اهـ.

Artinya: "Pandangan menyaksikan pendapat orang yang berkata tentang seseorang yang menyimpang dari arah kiblat ke kanan atau ke kiri, selama penyimpangan tersebut tidak terlalu jauh, baik ke arah timur maupun barat: bahwa tidak ada kewajiban apa pun baginya. Sebab, kelonggaran dalam menentukan arah kiblat bagi penduduk berbagai wilayah telah ditetapkan dan disunnahkan. Ini adalah makna dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya: 'Apa yang berada di antara timur dan barat adalah kiblat.'"

Ibnu Abdil Bar dalam Al-Istidzkar

 قال الأثرم: سألت أحمد بن حنبل عن قول عمر: "ما بين المشرق والمغرب قبلة"؟ فقال: هذا في كل البلدان، إلا مكة عند البيت، فإنه إن زال عنه بشيء -وإن قلّ-، فقد ترك القبلة. قال: ‌وليس ‌كذلك ‌قبلة ‌البلدان. ثم قال: هذا المشرق -وأشار بيده-، وهذا المغرب، -وأشار بيده-، وما بينهما قبلة. قلت له: فصلاة من صلى بينهما جائزة؟ قال: نعم، وينبغي أن يتحرّى الوسط

Artinya:  "Al-Athram berkata: Aku bertanya kepada Ahmad bin Hanbal tentang perkataan Umar: "Apa yang berada di antara timur dan barat adalah kiblat." Ia menjawab: "Ini berlaku untuk semua negeri, kecuali di Makkah di dekat Ka'bah. Jika seseorang menyimpang sedikit saja dari Ka'bah, meskipun hanya sedikit, maka ia telah meninggalkan kiblat. Tetapi, kiblat di negeri-negeri lain tidak demikian." Kemudian ia berkata: "Ini adalah timur," –sambil menunjuk dengan tangannya– "dan ini adalah barat," –sambil menunjuk dengan tangannya– "dan apa yang ada di antara keduanya adalah kiblat." Aku bertanya kepadanya: "Jadi, shalat seseorang yang shalat di antara keduanya sah?" Ia menjawab: "Ya, tetapi sebaiknya ia berusaha mencari arah tengahnya."

Ibnu Rajab dalam Fathul Bari Syarah Al-Bukhari:

  قال أحمد في رواية جعفر بن محمد: بين المشرق والمغرب قبلة، ولا يبالي مغرب الصيف، ولا مغرب الشتاء، إذا صلى بينهما، فصلاته صحيحة جائزة، إلا أنا نستحب أن يتوسط القبلة، ويجعل المغرب عن يمينه والمشرق عن يساره، يكون وسطًا بين ذلك، وإن هو صلى فيما بينهما، وكان إلى أحد الشقين أميل، فصلاته تامة، إذا كان بين المشرق والمغرب، ولم يخرج بينهما. ونقل عنه جماعة كثيرون هذا المعنى. وروي عنه أنه سئل عن قوله: ما بين المشرق والمغرب قبلة، فأقام وجهه نحو القبلة، ونحا بيده اليمنى إلى الشفق، واليسرى إلى الفجر، وقال: القبلة ما بين هذين. اهـ 

Artinya:  Ahmad berkata dalam riwayat Ja'far bin Muhammad: "Antara timur dan barat adalah kiblat, dan tidak masalah apakah itu matahari terbenam di musim panas atau musim dingin. Jika seseorang shalat di antara keduanya, maka shalatnya sah dan diperbolehkan. Namun, kami lebih menyukai agar ia mengambil posisi tengah kiblat, menjadikan barat di sisi kanannya dan timur di sisi kirinya, sehingga ia berada di tengah-tengah. Jika ia shalat di antara keduanya, meskipun cenderung ke salah satu sisi, shalatnya tetap sempurna, selama ia berada di antara timur dan barat tanpa melampaui batas keduanya." Banyak orang meriwayatkan makna ini darinya. Juga diriwayatkan bahwa ia ditanya tentang sabdanya: "Apa yang berada di antara timur dan barat adalah kiblat." Lalu ia menghadapkan wajahnya ke arah kiblat, mengarahkan tangan kanannya ke arah senja (barat) dan tangan kirinya ke arah fajar (timur), lalu berkata: "Kiblat adalah apa yang berada di antara kedua ini."

LihatTutupKomentar