Hukum Taqlid menurut Imam Syafi'i dan Ulama Lain
Hukum Taqlid menurut Imam Syafi'i dan Al-Mawardi dan ulama yang lain
[ القول في التقليد ] :
Pernyataan Mengenai Taqlid
مسألة : قال الشافعي - رحمه الله - : " فأما أن يقلده فلم يجعل الله ذلك لأحد بعد رسول الله - صلى الله عليه وسلم - .
Masalah: Imam Syafi'i—semoga Allah merahmatinya—berkata: "Adapun bertaqlid (meniru), maka Allah tidak menjadikan hal itu dibolehkan bagi siapa pun setelah Rasulullah—shallallahu 'alaihi wa sallam."
أما التقليد فهو قبول قول بغير دليل . مأخوذ من قلادة العنق ، لأنه قد جعل قبول قوله كالقلادة في عنقه .
Adapun taqlid, yaitu menerima perkataan seseorang tanpa dalil. Diambil dari kata kaladah (kalung leher), karena penerimaan perkataannya dijadikan seperti kalung di lehernya.
وهو ضربان : ضرب : أمرنا به وضرب نهينا عنه .
Dan taqlid itu ada dua jenis: jenis yang diperintahkan kepadanya dan jenis yang dilarang darinya.
فأما المأمور به فالتقليد في الأخبار والشهادة وتقليد العامي للعالم فيما يختص به من علم ، وقد استوفيناه مشروحا في أول كتابنا هذا .
Adapun yang diperintahkan, yaitu taqlid dalam berita dan kesaksian, serta taqlid orang awam kepada orang alim dalam hal-hal yang khusus bagi ilmunya. Dan kami telah membahasnya secara lengkap dengan penjelasan di awal kitab kami ini.
فأما المنهي عنه : فهو التقليد فيما يعتقده علما ، أو يقضي به حكما ، ويفتي به إخبارا ، فهو محظور ، لا يستقر به علم ، ولا يصح به حكم ، ولا تجوز به فتيا ، ويستوي في حظره تقليد من عاصره ومن تقدمه وسواء ساواه في العلم أو زاد عليه .
Adapun yang dilarang: yaitu taqlid dalam hal yang diyakini sebagai ilmu, atau diputuskan sebagai hukum, dan difatwakan sebagai pemberitahuan. Maka itu adalah sesuatu yang dilarang, tidak menjadikan ilmu yang mantap, tidak sah hukum dengannya, dan tidak boleh difatwakan dengannya. Larangannya sama saja, baik meniru orang yang sesama zamannya maupun yang mendahuluinya, dan sama saja apakah ilmunya setara atau lebih banyak darinya.
وجوز بعض الفقهاء تقليد علماء السلف . ومن عاصره من المتقدمين عليه في العلم لقول الله تعالى فاسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون [ النحل : 43 ] .
Dan sebagian fuqaha membolehkan taqlid terhadap ulama salaf. Dan terhadap orang yang sesama zamannya dari kalangan yang lebih dahulu dalam ilmu, berdasarkan firman Allah Ta'ala: Maka tanyakanlah kepada ahli dzikir (ulama) jika kamu tidak mengetahui An-Nahl: 43.
وجوز بعض أصحاب الحديث تقليد الصحابة والتابعين دون غيرهم ، لقول النبي - صلى الله عليه وسلم - " خير الناس قرني ثم الذين يلونهم " .
Dan sebagian ahli hadis membolehkan taqlid terhadap para sahabat dan tabi'in, tidak selain mereka, berdasarkan sabda Nabi—shallallahu 'alaihi wa sallam—: "Sebaik-baik manusia adalah kaumku, kemudian yang mengikuti mereka."
وجوز آخرون منهم تقليد الصحابة دون التابعين لقول النبي - صلى الله عليه وسلم - : " أصحابي كالنجوم بأيهم اقتديتم اهتديتم " .
Dan yang lain dari mereka membolehkan taqlid terhadap para sahabat saja, tidak terhadap tabi'in, berdasarkan sabda Nabi—shallallahu 'alaihi wa sallam—: "Sahabatku seperti bintang-bintang, barangsiapa mengikuti salah seorang dari mereka, maka ia akan mendapat petunjuk."
[ وجوز آخرون منهم تقليد الخلفاء الأربعة من الصحابة دون غيرهم لقول النبي - صلى الله عليه وسلم - : " عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين من بعدي " .
Dan yang lain dari mereka membolehkan taqlid terhadap empat khalifah dari kalangan sahabat, tidak selain mereka, berdasarkan sabda Nabi—shallallahu 'alaihi wa sallam—: "Ikutilah sunnahku dan sunnah khalifah rasyidin setelahku."
وجوز آخرون تقليد أبي بكر وعمر - رضي الله عنهما - خاصة لقول النبي - صلى الله عليه وسلم - " اقتدوا باللذين من بعدي أبي بكر وعمر " .
Dan yang lain membolehkan taqlid khusus terhadap Abu Bakar dan Umar—radiyallahu 'anhuma—berdasarkan sabda Nabi—shallallahu 'alaihi wa sallam—: "Ikutilah keduanya setelahku: Abu Bakar dan Umar."
والدليل على فساد التقليد ، ووجوب الرجوع إلى أدلة الأصول ، قول الله تعالى : وما اختلفتم فيه من شيء فحكمه إلى الله [ الشورى : 10 ] . وقوله تعالى : لعلمه الذين يستنبطونه منهم " [ النساء : 83 ] . فنفى أن يكون لغير المستنبط علم .
Dan dalil atas kebatilan taqlid dan kewajiban kembali kepada dalil-dalil ushul adalah firman Allah Ta'ala: Dan apa saja yang kamu berbeda pendapat mengenainya, maka keputusannya/penguasaannya tertuju kepada Allah Asy-Syura: 10. Dan firman-Nya Ta'ala: kecuali kepada orang-orang yang menyelami (ilmu) dari mereka An-Nisa': 83. Maka Dia menafikan bahwa ilmu itu ada bagi selain yang menyelami (menggali) ilmu.
وروي أن عدي بن حاتم أتى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وفي عنقه صليب أو وثن فقال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - اتخذوا أحبارهم ورهبانهم أربابا من دون الله . فقال عدي : ما اتخذوهم أربابا فقال : أليس يحرمون عليهم ما حل ويحلون لهم ما حرم ؟ " قال : نعم ، قال " فتلك العبادة .
Dan diriwayatkan bahwa Adi bin Hatim datang kepada Rasulullah—shallallahu 'alaihi wa sallam—sedangkan di lehernya ada salib atau berhala. Maka Rasulullah—shallallahu 'alaihi wa sallam—bersabda: "Mereka menjadikan para rahib dan pendeta mereka sebagai tuhan selain Allah." Adi berkata: "Mereka tidak menjadikannya sebagai tuhan." Beliau bersabda: "Bukankah mereka mengharamkan bagi mereka apa yang dihalalkan (oleh Allah) dan menghalalkan bagi mereka apa yang diharamkan (oleh Allah)?" Ia menjawab: "Benar." Beliau bersabda: "Maka itulah penyembahan (mereka)."
ولأنه لا يخلو حال المقلد من أن يقلد جميع الناس أو بعضهم فإن قلد جميع الناس لم يمكنه لاختلافهم ، وإن قلد بعضهم لم يكن قول من قلده بأولى من تركه فإن رجح صار مستدلا .
Dan karena kondisi orang yang bertaqlid tidak lepas dari meniru seluruh manusia atau sebagiannya. Jika meniru seluruh manusia, maka tidak mungkin baginya karena perbedaan mereka. Dan jika meniru sebagiannya, maka perkataan orang yang ditirunya tidak lebih utama daripada meninggalkannya. Maka jika ia memilih (satu di antara mereka), ia menjadi orang yang berhujah (bukan taqlid).
ثم يقال لمن قلد : صرت إلى التقليد بدليل أو بغير دليل ؟ فإن قال بدليل ناقض قوله صار مستدلا وغير مقلد .
Kemudian dikatakan kepada orang yang bertaqlid: "Apakah kamu sampai kepada taqlid dengan dalil atau tanpa dalil?" Jika ia berkata: "Dengan dalil," maka ia telah menyangkal perkataannya sendiri, menjadi orang yang berhujah dan bukan muqallid.
وإن قال بغير دليل قيل : فهلا قلدت من قال بإبطال التقليد فلا يجد منه انفصالا إلا بدليل فبطل التقليد بالدليل .
Dan jika ia berkata: "Tanpa dalil," maka dikatakan kepadanya: "Mengapa engkau tidak meniru orang yang mengatakan membatalkan taqlid?" Maka ia tidak akan menemukan jalan keluar darinya kecuali dengan dalil, sehingga taqlid batal dengan dalil.
وفي أمر رسول الله - صلى الله عليه وسلم - بالاقتداء بأصحابه ما يوجب ترك التقليد لأنهم حين اختلفوا في الجد والعول وغيره استدلوا ولم يقلد بعضهم بعضا .
Dan dalam perintah Rasulullah—shallallahu 'alaihi wa sallam—untuk mengikuti para sahabatnya, terdapat apa yang mewajibkan meninggalkan taqlid, karena ketika mereka berbeda pendapat dalam masalah zakkah (zakat) dan 'aul (pembagian waris) serta yang semisalnya, mereka berhujah dan tidak ada yang meniru yang lain.
الحاوي الكبير في فقه مذهب الإمام الشافعيكتاب أدب القاضيالقول في التقليد
Al-Hawi al-Kabir fi Fiqh Madzhab al-Imam asy-Syafi'i
Kitab Adab al-Qadhi
الماوردي - أبو الحسن علي بن محمد بن حبيب الماوردي 16/53
Al-Mawardi—Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi hal. 16/53
