Terhapusnya Amal karena Tidak Salat Ashar dan Jumat 3 kali

Terhapusnya Amal karena Tidak Salat Ashar dan tidak Jumat 3 kali dianggap munafik kafir murtad apakah benar demikian? Bagaimana pandangan para ulama?

Terhapusnya Amal karena Tidak Salat Ashar dan Jumat 3 kali

 HADITS TENTANG IBADAH SHALAT JUMAT

Assalamualailum Ustadz
Izin bertanya

1.)
Dalam sebuah hadits sahih Nabi bersabda:

مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ الْعَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ

Artinya: “Barangsiapa meninggalkan shalat Ashar, maka terhapuslah amalannya” (HR. Bukhari no. 594).

Dan 

Dalam sebuah hadits sahih Nabi bersabda:

. من ترك ثلاث جمعات من غير عذر كتب من المنافقين



Artinya: Siapa saja yang meninggalkan tiga kali ibadah shalat Jumat tanpa uzur, niscaya ia ditulis sebagai orang kafir nifaq/munafiq. (HR At-Thabarani)

Pertanyaannya :
1) Jika 3 kali melaksanakan Sholat Jum’at, dan pada hari yg sama terlambat / meninggalkan Sholat Ashar
Bagaimana hukumnya Ustadz ?

2.) 
Melaksanakan Sholat Jum’at, mendapati imam di raka’at kedua sedang rukuk, lalu makmum masbuk, dan ketika makmum takbir, imam masih rukuk, ketika makmum rukuk, disaat yg bersamaan imam mulai bangun i’tidal,
Apakah termasuk mendapat satu raka’at Ustadz ?
Dan bagaimana dengan Sholat Jum’atnya makmum ?

JAWABAN

Setiap hadits selalu ada konteksnya. Jadi, adalah tidak tepat memaknainya secara literal. Khususnya hadits yang terkait masalah hukum (halal, haram,dll) seperti dua hadits yang anda kutip di atas. 

Ada dua cara untuk memahami konteks suatu hadits atau Quran yang terkait hukum. Pertama, dengan menganalisa sendiri semua hadits atau ayat. Ini perlu keahlian dan kepakaran tidak saja dalam bahasa Arab tapi juga dalam ilmu hadits,ilmu quran dan ushul fikih. Kedua, dengan membaca analisa para muhaddis (ahli hadis) yang sudah melakukan penelitian mendalam. Ini cara termudah dan paling logis.

A. Maksud hadits: مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ الْعَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ

Al-Munawi dalam kitab Faidul Qadir, hlm. 6/102, menjelaskan maksud hadits ini sbb:

 قال المناوي رحمه الله: (من ترك صلاة العصر حبط عمله) أي بطل ثوابه، وليس ذلك من إحباط ما سبق من عمله؛ فإنه في حق من مات مرتدا، بل يحمل الحبوط على نقصان عمله في يومه ذلك، وحمله الدميري على المستحل، أو من تعود الترك، أو على حبوط الأجر. انتهى.

Artinya: Hadis "Siapa yang meninggalkan salat Asar maka terhapus amalnya" maksudnya adalah batal pahalanya. Bukan menghapus amal yang telah lalu. Karena, terhapusnya amal masa lalu itu hanya bagi yang mati dalam keadaan murtad. Bahkan, bisa jadi maksud hadis ini adalah berkuranya pahala amalnya pada hari itu. Al-Damiri memaknai hadits itu (kalau diartikan secara literal) hanya berlaku bagi orang yang menghalalkan perkara haram atau orang yang biasa tidak shalat atau terhapusnya pahala.

Mulla Ali Al-Qari dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarah Misykatul Masabih, hlm. 2/529, menjelaskan maksud hadits ini sbb:

 فقد حبط (عَمَلُهُ): أَيْ بَطُلَ كَمَالُ عَمَلِ يَوْمِهِ ذَلِكَ؛ إِذْ لَمْ يُثَبْ ثَوَابًا مُوَفَّرًا بِتَرْكِ الصَّلَاةِ الْوُسْطَى، فَتَعْبِيرُهُ بِالْحُبُوطِ وَهُوَ الْبُطْلَانُ، لِلتَّهْدِيدِ. قَالَهُ ابْنُ الْمَلَكِ. يَعْنِي: لَيْسَ ذَلِكَ مِنْ إِبْطَالِ مَا سَبَقَ مِنْ عَمَلِهِ، فَإِنَّ ذَلِكَ فِي حَقِّ مَنْ مَاتَ مُرْتَدًّا لِقَوْلِهِ: " {وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ} [البقرة: 217] " بَلْ يُحْمَلُ الْحُبُوطُ عَلَى نُقْصَانِ عَمَلِهِ فِي يَوْمِهِ، لَا سِيَّمَا فِي الْوَقْتِ الَّذِي تَقَرَّرَ أَنْ يُرْفَعَ أَعْمَالُ الْعِبَادِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى فِيهِ. انتهى.

Artinya: Maksud hadits "terhapus amalnya" adalah batal kesempurnaan amalnya pada hari itu. Karena, tidak mendapat pahala yang sempurna bagi yang meninggalkan salat Asar. Maksud dari "terhapus" adalah batal sebagai bentuk ancaman. Ini pendapat Ibnu al-Malak. Intinya, hadits ini bukan bermakna batalnya amal yang telah lalu karena untuk kasus ini hanya berlaku bagi orang yang mati secara murtad sebagaimana disebut dalam QS Al-Baqarah 2:217. Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa kata "batal" itu maksudnya adalah berkurangnya pahala amalnya pada hari itu. Terutama di waktu akan diangkatnya amal hamba pada Allah swt.

Ibnu Abdil Bar dalam kitab Al-Tamhid lima fi al-Muwatta' min al-Ma'ani wa al-Asanid, hlm. 14/125, menjelaskan:

 [حبط عمله، أي: حبط عمله فيها فلم يحصل على أجر من صلاها في وقتها، يعني: أنه إذا عملها بعد خروج وقتها فَقَدَ أَجْرَ عملها في وقتها وفضله، والله أعلم، لا أنه حبط عمله جملة في سائر الصلوات وسائر أعمال البر، أعوذ بالله من مثل هذا التأويل فإنه مذهب الخوارج] اهـ.

Artinya: Maksud "terhapus amalnya" itu maksudnya terhapus amalnya di waktu itu sehingga dia tidak mendapat pahala seperti orang yang shalat Ashar pada waktunya. Yakni, apabila dia melakukan shalat Ashar setelah keluar waktunya maka dia tidak mendapat pahala dan keutamaan seperti yang shalat pada waktunya. Wallahu a'lam. Jadi bukan terhapus semua pahalanya baik pahala shalat-shalat dan amal-amal baik yang lain (bukan itu maksudnya). Orang yang berpendapat seperti ini adalah mazhab Khawarij. 

B. Maksud hadits: من ترك ثلاث جمعات من غير عذر كتب من المنافقين (siapa yang meninggalkan tiga jumat tanpa udzur maka dia ditulis sebagai golongan munafik).

B.1. Ada beberapa hadits yang serupa dengan hadits ini sbb:

Hadits pertama:

عن أسامة بن زيد عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: من ترك ثلاث جمعاتٍ من غير عذرٍ كتب من المنافقين" صحيح الجامع 6144 

Hadits kedua:

عن أبي الجعد الضمري أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "من ترك ثلاث جمعٍ تهاوناً بها طبع الله على قلبه" رواه الترمذي وابن ماجه وأبو داود بإسناد حسن صحيح.

Maksud dari hadits ini adalah orang yang tidak salat Jumat tiga kali berturut-turut secara sengaja karena malas dan meremehkan tanpa ada alasan syar'i seperti sakit dll maka Allah akan mengunci hatiny dari pintu kebaikan dan hatinya akan seperti hati orang munafik. Pendapat lain menyatakan hatinya menjadi seperti hati orang munafik. 

Maksud hadis ini dapat dilihat dari penjelasan Ar-Ramli dalam Kitab Nihayatul Muhtaj, hlm. 6/450:

. قَوْلُهُ (مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمْعٍ تَهَاوُنًا) أَيْ بِأَنْ لَا يَكُونَ لِعُذْرٍ وَلَا يَمْنَعُ مِنْ ذَلِكَ اعْتِرَافُهُ بِوُجُوبِهَا وَأَنَّ تَرْكَهَا مَعْصِيَةٌ، وَظَاهِرُ إطْلَاقِهِ أَنَّهُ لَا فَرْقَ فِي ذَلِكَ بَيْنَ الْمُتَوَالِيَةِ وَغَيْرِهَا، وَلَعَلَّهُ غَيْرُ مُرَادٍ وَإِنَّمَا الْمُرَادُ الْمُتَوَالِيَةُ (قَوْلُهُ : طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ) أَيْ أَلْقَى عَلَى قَلْبِهِ شَيْئًا كَالْخَاتَمِ يَمْنَعُ مِنْ قَبُولِ الْمَوَاعِظِ وَالْحَقِّ 

Artinya, “(Siapa meninggalkan tiga kali shalat Jumat karena meremehkan) dalam arti tidak ada uzur. Pengakuan atas kewajiban Jumat tidak menghalanginya dari konsekuensi tindakannya. Tindakan meninggalkan Jumat adalah maksiat. Secara zahir kemutlakannya bahwa tidak ada perbedaan antara meninggalkan berturut-turut atau tidak. Tetapi bisa jadi bukan itu yang dimaksud. Yang dimaksud adalah ‘berturut-turut’ (niscaya Allah menutup hatinya) Allah menyegel hatinya dengan sesuatu seperti cincin yang dapat menghalanginya dari nasihat dan kebenaran.” 

Kesimpulan: Hadits ini sama sekali tidak menyatakan adanya dampak hukum murtad. Melainkan wajibnya Jumat dan berdosa bagi yang meninggalkannya.

Terkait pertanyaan Anda, berikut jawabannya:

1. Hukum terlambat shalat Asar ada dua kasus: a) terlambat shalat di awal waktu tapi tetap shalat di akhir waktu (tapi masih waktu Asar) maka hukumnya tidak masalah; b) terlambat shalat Ashar sampai masuk waktu maghrib, maka hukumnya berdosa dan harus segera mengqadha/mengganti shalat asar tersebut pada waktu maghrib sebagai shalat qadha. Baca detail:  Hukum Qadha Shalat 

2. Menurut mazhab Syafi'i, tidak mendapat satu raka'at. Tapi masih tetap mendapat satu rakaat menurut mazhab Hanafi. Karena menurut mazhab Hanafi, makmum masbuq dapat satu rakaat selagi masih bisa mengikuti i'tidal-nya imam. Dalam kondisi ini anda bisa ikut pendapat mazhab Hanafi. Baca detail: Hukum Makmum Masbuq menurut mazhab Syafi'i 

Adapun pandangan mazhab Hanafi sebagaimana dikutip Imam Nawawi dalam al-Majmuk sbb:

 إذا أدرك المأموم الإمام في الاعتدال اعتد بتلك الركعة

Artinya: Apabila makmum mendapatkan imam saat i'tidal (bangun dari rukuk) maka itu dianggap mendapat satu raka'at. 

LihatTutupKomentar