Karomah para Wali Allah

Karomah (karamah, keramat) para Wali Allah dikenal dalam dunia tasawuf sebagai peristiwa luar biasa (khariq al-adah, khawariq) mirip dengan mukjizat
Karomah para Wali Allah

Karomah (karamah, keramat) para Wali Allah dikenal dalam dunia tasawuf sebagai peristiwa luar biasa (khariq al-adah, khawariq) mirip dengan mukjizat untuk Nabi dan Rasul. Pertanyaannya, adakah karomah itu? Kalau ada, haruskah ada karomah bagi seseorang agar bisa disebut waliullah (aulia')? Apakah seorang yang alim dan saleh tapi tanpa karomah tidak disebut auliullah?

Allah Ta'ala berfirman mengenai Nabi-Nya Isa alaihissalam: 


 قال تعالى في حق نبيه عيسى عليه السلام: وَرَسُولًا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِ الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ {آل عمران: 49}.

Dan (Allah menjadikan Nabi Isa) seorang Rasul kepada Bani Israil (berfirman),

 "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan suatu tanda (yang nyata) dari Tuhanmu, yaitu aku membuatkan sesuatu yang menyerupai bentuk burung untukmu dari tanah liat, lalu aku meniupnya, maka jadilah ia burung (yang hidup) dengan izin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sebelah dan yang kusta, dan aku menghidupkan orang-orang mati dengan izin Allah; dan aku memberitahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagimu, jika kamu orang-orang yang beriman" {Ali Imran: 49}.

وقال: وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي وَتُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَى بِإِذْنِي {المائدة: 110}. 

Dan Allah berfirman: Dan (ingatlah kisah) ketika engkau (Isa) membuat dari tanah liat (bentuk) menyerupai bentuk burung dengan izin-Ku, lalu engkau meniup ke dalamnya, maka jadilah ia burung dengan izin-Ku; dan engkau menyembuhkan orang yang buta sebelah dan yang kusta dengan izin-Ku; dan ketika engkau menghidupkan orang-orang mati dengan izin-Ku {Al-Maidah: 110}.

Dan di antaranya adalah apa yang terkenal dalam tarjamah Sahabat yang mulia al-Barra' bin Malik radhiyallahu 'anhu. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam al-Isabah: 

روى التّرمذيّ من طريق ثابت وعلي بن زيد، عن أنس أن النبيّ صلّى اللَّه عليه وسلم قال: ربّ أشعث أغبر لا يؤبه له لو أقسم على اللَّه لأبرّه، منهم البراء بن مالك ـ فلما كان يوم تستر من بلاد فارس انكشف الناس، فقال المسلمون: يا براء، أقسم على ربك! فقال: أقسم عليك يا رب لما منحتنا أكتافهم، وألحقتني بنبيّك، فحمل وحمل الناس معه فقتل مرزبان الزّارة من عظماء الفرس، وأخذ سلبه، فانهزم الفرس، وقتل البراء. اهـ. 

At-Tirmidzi meriwayatkan dari jalan ats-Tsaabit dan Ali bin Zaid, dari Anas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai Tuhan, (berikanlah kekuatan kepada) orang yang berambut acak-acakan, berdebu, yang tidak diperhatikan, (sehingga) jika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah memenuhinya," di antaranya al-Barra' bin Malik—maka ketika tiba hari Tustar dari negeri-negeri Persia, orang-orang mundur, maka orang-orang Muslim berkata: Wahai Barra', bersumpahlah kepada Tuhanmu! Maka ia bersabda: "Aku bersumpah kepadamu wahai Tuhan, karena apa yang Engkau berikan kepada kami bahu-bahu mereka (musuh), dan Engkau satukan aku dengan Nabi-Mu." Maka ia maju dan orang-orang maju bersamanya lalu membunuh Marzaban az-Zarah dari para bangsawan Persia, dan mengambil rampasannya, maka orang-orang Persia lari, dan al-Barra' terbunuh. Selesai.

An-Nawawi berkata dalam Syarh Muslim:

 قوله: يسلم علي ـ هو بفتح اللام المشددة، وقوله: فتركت ـ هو بضم التاء، أي انقطع السلام علي: ثم تركت ـ بفتح التاء، أي تركت الكي فعاد السلام علي، ومعنى الحديث أن عمران بن الحصين ـ رضي الله عنه ـ كانت به بواسير فكان يصبر على المهمات وكانت الملائكة تسلم عليه، فاكتوى فانقطع سلامهم عليه، ثم ترك الكي، فعاد سلامهم عليه. انتهى.

 Sabdanya: "yusallamu 'alay" —dengan fathah pada lam yang ditasydid, dan sabdanya: "faturiktu" —ia dengan dammah pada ta', yaitu terputus salam kepadaku: kemudian "tarakta" —dengan fathah pada ta', yaitu meninggalkan pembakaran maka kembali salam kepadaku. Dan makna hadits itu adalah bahwa Imran bin al-Hushain —radhiyallahu 'anhu— menderita wasir sehingga ia sabar atas yang berat-berat, dan para malaikat memberi salam kepadanya, maka ia dibakar (dikobong) sehingga terputus salam mereka kepadanya, kemudian ia meninggalkan pembakaran, maka kembali salam mereka kepadanya. Selesai.

وهذا أسعد بن زرارة ـ وهو رضي الله عنه من النقباء ـ أخذه وجع في حلقه، يقال له: الذبحة، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: لأبلغن أو لأبلين في أبي أمامة عذرا، فكواه بيده صلى الله عليه وسلم فمات، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: ميتة سوء لليهود ـ أو بئس الميت ليهود ـ يقولون: أفلا دفع عن صاحبه، وما أملك له، ولا لنفسي شيئا. رواه أحمد وابن ماجه. 

Dan ini As'ad bin Zurarah —dan ia radhiyallahu 'anhu dari para pemimpin— terkena sakit di tenggorokannya, yang disebut: udzdzhabah (sakit radang tenggorokan), maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Demi ayah Abu Umamah, sungguh aku akan menyampaikan (kabar) atau (menguji) untuknya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membakarnya dengan tangan-Nya lalu ia meninggal, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kematian yang buruk bagi orang Yahudi —atau seburuk-buruk kematian bagi orang Yahudi— mereka mengatakan: Mengapa tidak mencegah bagi sahabatnya, padahal aku tidak berkuasa baginya, dan tidak pula bagi diriku sesuatu." Diriwatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah.

Dr. Muhammad al-Asyqar berkata dalam risalah ilmiahnya:

 أفعال الرسول صلى الله عليه وسلم ودلالتها على الأحكام الشرعية ـ في مبحث الأفعال الخارقة للعادة: خرق السنن الكونية على أيدي الأولياء: اختلفت الآراء في الأمة الإسلامية حول هذه النقطة، فالمعتزلة وأبو إسحاق الإسفراييني والحليمي، يرون أن النواميس الكونية لا تنخرق إلا لنبيّ، لتكون معجزة له، وأما ما عدا ذلك، فالسنن مطردة اطّراداً منضبطاً لا يتخلّف مطلقاً، فأنكروا بذلك كرامات الأولياء الخارقة للعادة، وسواء أكانت صغيرة أم كبيرة، وأجازوا أن ييسر للأولياء نحو إجابة دعاء، وموافاة ماء في أرض فلاة مما ينحطّ عن رتبة خرق العادات.... وأهل السنة والصوفية وجمهور الأمة، على إثبات كرامات الأولياء، إلاّ أنهم في ذلك على قولين:
الأول: أن كل ما جاز أن يكون معجزة لنبي جاز أن يكون كرامة لوليّ، ولا فرق بينهما، إلا أن النبي يتحدّى بخرق العادة ليثبت نبوته، والولي لا يتحدّى، ونسب هذا القول إلى جمهور العلماء، وممن صرّح به النووي في شرح صحيح مسلم، والجويني في الإرشاد.

الثاني: أن كرامات الأولياء بخرق العادات ثابتة، إلاّ أنها لا ترقى إلى مثل وجود ولد دون والد، وقلب جماد بهيمة، وممن قال بهذا القول القشيري، وابن السبكي، وابن حجر العسقلاني، ويظهر أن الباقلاني يقول به في كتابه في التفريق بين المعجزات والكرامات، حيث يرى أن السّحرة يقدرون على كل ما يقدر عليه الأنبياء، ما عدا ما أُجمع على أنهم لا يقدرون عليه، كإخراج ناقة من صخرة، وفلق البحر، وآيات موسى التسع، وإنما يقدرون على نحو الطيران في الهواء، وموت المسحور وحبّه أو بغضه، فيظهر أن قوله في خوارق الأولياء مثل ذلك. اهـ.

Perbuatan-perbuatan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam dan dalalatnya atas hukum-hukum syar'i —dalam pembahasan aksi-aksi yang melampaui kebiasaan: Melanggar sunnah-sunnah kosmik di tangan para wali: Berbeda pendapat dalam umat Islam mengenai poin ini, maka kaum Mu'tazilah dan Abu Ishaq al-Isfarayini dan al-Halimi, berpendapat bahwa hukum-hukum kosmik tidak dilanggar kecuali untuk seorang nabi, untuk menjadi mukjizat baginya, sedangkan selain itu, sunnah-sunnah itu berlaku secara mutlak tanpa pernah tertinggal, maka mereka menyangkal dengan itu karamah-karamah para wali yang melampaui kebiasaan, baik yang kecil maupun yang besar, dan mereka membolehkan bahwa disunahkan bagi para wali semisal dijawab doanya, dan datangnya air di tanah tandus yang turun dari derajat pelanggaran kebiasaan.... Dan Ahlus Sunnah dan kaum Shufiyah dan mayoritas umat, atas pembuktian karamah-karamah para wali, kecuali bahwa mereka dalam hal itu atas dua pendapat:

Yang pertama: Bahwa segala apa yang boleh menjadi mukjizat bagi nabi boleh menjadi karamah bagi wali, dan tidak ada perbedaan di antara keduanya, kecuali bahwa nabi menantang dengan pelanggaran kebiasaan untuk membuktikan kenabiannya, sedangkan wali tidak menantang. Dan pendapat ini dinisbatkan kepada mayoritas ulama, dan di antaranya yang menyatakan secara tegas an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, dan al-Juwaini dalam al-Irsyad.

Yang kedua: Bahwa karamah-karamah para wali dengan pelanggaran kebiasaan terbukti, kecuali bahwa itu tidak mencapai semisal adanya anak tanpa ayah, dan membalikkan hewan yang diam menjadi berbicara, dan di antaranya yang mengatakan pendapat ini al-Qusyairi, dan Ibnu as-Sabki, dan Ibnu Hajar al-'Asqalani, dan tampak bahwa al-Baqillani mengatakan itu dalam kitabnya tentang perbedaan antara mukjizat dan karamah, di mana ia berpendapat bahwa para penyihir mampu atas segala apa yang mampu atasnya para nabi, kecuali apa yang disepakati bahwa mereka tidak mampu atasnya, seperti mengeluarkan unta dari batu, dan membelah laut, dan ayat-ayat Musa yang sembilan, dan yang mereka mampu semisal terbang di udara, dan mati yang terpesona dan cintanya atau kebenciannya, maka tampak bahwa sabdanya mengenai pelanggaran kebiasaan para wali semisal itu. Selesai.

ثم فصل في ذلك وذكر أدلة كل فريق، ونصر قول الجمهور، ثم قال: إلاّ أننا مع ذلك نرى أن أكثر ما ينقل عن كثير ممن يدعون الولاية، أو تُدّعَى لهم، من خرقهم للعادات والسنن الكونية، كذب مفترى لا أصل له، أو له أصل من الحق وقد عظمه الأتباع المغلوبون على عقولهم وأفهامهم، أو هو من الباطل من الألاعيب والمخرقات، أو من تصرفات الجن والشياطين، بمعاونتهم أولياءهم وإيحائهم إليهم... وزاد بعض الصوفية المسألة عنفاً، بدعواهم أن الخارق يقع بقوة ذاتية في نفس الولي، وادّعوا أنها قوة إلهية... اهـ.

Kemudian ia memisahkan dalam hal itu dan menyebutkan dalil-dalil setiap kelompok, dan mendukung pendapat mayoritas, kemudian ia berkata: Kecuali bahwa kami dengan itu melihat bahwa sebagian besar apa yang diriwayatkan tentang banyak orang yang mengaku wali, atau diklaim bagi mereka, dari pelanggaran mereka terhadap kebiasaan dan sunnah-sunnah kosmik, adalah dusta yang dipalsukan tanpa asal, atau memiliki asal dari kebenaran dan pengikut-pengikutnya yang kalah akal dan pemahamannya telah membesar-besarkannya, atau itu dari kebatilan dari tipu daya dan sulap-sulap, atau dari perbuatan jin dan setan, dengan bantuan para wali mereka dan isyarat kepada mereka... Dan sebagian kaum Shufiyah menambah masalah itu dengan keras, dengan klaim mereka bahwa pelanggaran itu terjadi dengan kekuatan zat yang di jiwa wali, dan mereka mengklaim bahwa itu kekuatan ilahi... Selesai.

وجاء في الموسوعة الفقهية: الاستغاثة بالملائكة استغاثة بغير الله تعالى، وكل استغاثة بغير الله ممنوعة، لحديث رسول الله صلى الله عليه وسلم: إنه لا يستغاث بي، ولكن يستغاث بالله ـ ولحديثه أيضا عليه السلام: لما ألقي إبراهيم في النار اعترضه جبريل، فقال له: ألك حاجة؟ فقال: أما إليك فلا. اهـ.

Disebutkan dalam Al-Mawsu'ah al-Fiqhiyyah: Meminta pertolongan kepada malaikat adalah meminta pertolongan selain Allah Ta'ala, dan segala permohonan pertolongan selain Allah dilarang, berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Sesungguhnya tidak diminta pertolongan kepadaku, tetapi diminta pertolongan kepada Allah" —dan berdasarkan haditsnya juga alaihissalam: Ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam api, Jibril menghadangnya, lalu berkata kepadanya: Apakah engkau punya kebutuhan? Maka ia berkata: Adapun kepadamu, tidak. Selesai.

Ibnu Hajar al-Haitami ditanya sebagaimana dalam al-Fatawa al-Haditsiyyah dengan lafadznya:

وسئل ابن حجر الهيتمي كما في الفتاوى الحديثية بما لفظه: كرامات الأولياء حق، فهل تنتهي إلى إحياء الموتى وغيره من معجزات الأنبياء صلوات الله وسلامه عليهم، ومن أحيي كرامة لولي هل له حكم الأحياء أو الأموات؟ فأجاب بقوله: كرامات الأولياء حق عند أهل السنة والجماعة، خلافا للمخاذيل المعتزلة والزيدية، وقول الفخر الرازي إن أبا إسحاق الإسفرايني أنكرها أيضا مردود بأنه إنما أنكر منها ما كان معجزة لنبي كإحياء الموتى لئلا تختلط الكرامة بالمعجزة، وغلطه النووي كابن الصلاح بأنه ليس في كراماتهم معارضة للنبوة، لأن الولي إنما أعطى ذلك ببركة اتباعه للنبي صلى الله عليه وسلم وشرف وكرم، فلا تظهر حقيقة الكرامة عليه إلا إذا كان داعيا لاتباع النبي صلى الله عليه وسلم، بريئا من كل بدعة وانحراف عن شريعة النبي صلى الله عليه وسلم، فببركة اتباعه صلى الله عليه وسلم يؤيده الله تعالى بملائكته وروح منه ويقذف في قلبه من أنواره. والحاصل أن كرامة الولي من بعض معجزات النبي صلى الله عليه وسلم؛ لكن لعظم اتباعه له أظهر الله بعض خواص النبي على يدي وارثه ومتبعه في سائر حركاته وسكناته، وقد تنزلت الملائكة لاستماع قراءة أسيد بن حضير الكندي، وكان سلمان وأبو الدرداء يأكلون في صحفة فسبحت الصحفة وما فيها، ثم الصحيح أنهم ينتهون إلى إحياء الموتى خلافا لأبي القاسم القشيري... اهـ إلى آخر ما قال.

Sebagian dari karamah-karamah para wali adalah hak (kebenaran), apakah itu mencapai menghidupkan orang mati dan semisalnya dari mukjizat-mukjizat para nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan barangsiapa yang dihidupkan sebagai karamah bagi wali, apakah baginya hukum yang hidup atau yang mati? Maka ia menjawab dengan sabdanya: Karamah-karamah para wali adalah hak menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah, bertentangan dengan para Mu'tazilah yang hina dan Zaidiyah, dan qaul al-Fakhr ar-Razi bahwa Abu Ishaq al-Isfarayini juga menyangkalnya dibantah karena ia hanya menyangkal darinya apa yang menjadi mukjizat bagi nabi seperti menghidupkan orang mati agar karamah tidak tercampur dengan mukjizat, dan kesalahannya an-Nawawi dan Ibnu ash-Shalah bahwa tidak ada dalam karamah-karamah mereka yang menentang kenabian, karena wali hanya diberi itu dengan berkah mengikuti nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan kemuliaan serta karamah, maka hakikat karamah tidak tampak padanya kecuali jika ia dakwah untuk mengikuti nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, suci dari segala bid'ah dan penyimpangan dari syariat nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka dengan berkah mengikuti shallallahu 'alaihi wa sallam Allah Ta'ala menguatkannya dengan malaikat-Nya dan ruh daripada-Nya dan melemparkan ke dalam hatinya dari cahaya-cahaya-Nya. Dan yang terkumpul adalah bahwa karamah wali adalah sebagian dari mukjizat-mukjizat nabi shallallahu 'alaihi wa sallam; tetapi karena kebesaran mengikuti shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah menampakkan sebagian kekhususan nabi di tangan pewarisnya dan pengikutnya dalam segala gerak dan diamnya, dan para malaikat telah turun untuk mendengarkan pembacaan Asy'id bin Hudhair al-Kindi, dan Salman dan Abu ad-Darda' makan dalam satu piring maka piring itu bertasbih padahal tidak ada di dalamnya, kemudian yang shahih adalah bahwa itu mencapai menghidupkan orang mati bertentangan dengan Abu al-Qasim al-Qusyairi... Selesai hingga akhir apa yang ia katakan.

Dan di antaranya karamah-karamah yang terkenal yang terjadi pada orang mati adalah apa yang terjadi pada para syahid, dan di antaranya apa yang diriwayatkan oleh Malik dalam al-Muwaththa' dari Abdurrahman bin Abi Shasha'ah bahwa sampai kepadanya:

 أن عمرو بن الجموح وعبد الله بن عمرو الأنصاريين ثم السلميين، كانا قد حفر السيل قبرهما وكان قبرهما مما يلي السيل، وكانا في قبر واحد، وهما ممن استشهد يوم أحد، فحفر عنهما ليغيرا من مكانهما، فوجدا لم يتغيرا كأنهما ماتا بالأمس، وكان أحدهما قد جرح فوضع يده على جرحه فدفن وهو كذلك، فأميطت يده عن جرحه ثم أرسلت فرجعت كما كانت، وكان بين أحد وبين يوم حفر عنهما ست وأربعون سنة.

Bahwa Amr bin al-Jamuh dan Abdullah bin Amr al-Anshari kemudian as-Salami, keduanya telah menggali kubur mereka oleh banjir dan kubur mereka adalah yang bersebelahan dengan banjir, dan keduanya dalam satu kubur, dan keduanya termasuk yang syahid pada hari Uhud, maka digali untuk mereka untuk dipindahkan dari tempatnya, maka ditemukan keduanya tidak berubah seolah-olah mereka mati kemarin, dan salah satunya terluka lalu meletakkan tangannya pada lukanya lalu dikubur dalam keadaan itu, maka tangannya diangkat dari lukanya kemudian dilepas maka tangan itu kembali seperti semula, dan di antara Uhud dan hari penggalian untuk mereka empat puluh enam tahun.

Dan ini diriwayatkan oleh Ibnu Shadi dalam ath-Thabaqat dari jalan lain, dan menurutnya:

 وعبد الله قد أصابه جرح في وجهه، فيده على جرحه، فأميطت يده عن جرحه فانبعث الدم، فردت يده إلى مكانها فسكن الدم، قال جابر: فرأيت أبي في حفرته كأنه نائم وما تغير من حاله قليل ولا كثير، فقيل له: فرأيت أكفانه؟ قال: إنما كفن في نمرة، خمر بها وجهه وجعل على رجليه الحرمل، فوجدنا النمرة كما هي، والحرمل على رجليه على هيئته، وبين ذلك ست وأربعون سنة، فشاورهم جابر في أن يطيب بمسك فأبى ذلك أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم وقالوا: لا تحدثوا شيئا، وحولا من ذلك المكان إلى مكان آخر، وذلك أن القناة كانت تمر عليهما، وأخرجوا رطابا يتثنون. اهـ.

Abdullah terkena luka di wajahnya, tangannya pada lukanya, maka tangannya diangkat dari lukanya maka darah memancar, kemudian tangannya dikembalikan ke tempatnya maka darah reda. Jabir berkata: Maka aku melihat ayahku di lubangnya seolah-olah ia tidur dan tidak berubah dari keadaannya sedikit maupun banyak. Maka dikatakan kepadanya: Apakah engkau melihat kain kafannya? Ia berkata: Ia hanya dikafani dengan namirah (pakaian sederhana), wajahnya ditutup dengannya dan haramlah (sejenis tanaman) diletakkan pada kakinya, maka kami menemukan namirah seperti semula, dan haramlah pada kakinya dalam keadaannya, dan di antara itu empat puluh enam tahun, maka Jabir memberi saran kepada mereka untuk meminyaki dengan misk tetapi para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menolak itu dan berkata: Jangan lakukan sesuatu, dan pindahkan dari tempat itu ke tempat lain, dan itu karena saluran air lewat di atas mereka, dan mereka mengeluarkan kurma basah yang dikunyah. Selesai.

Dan ini juga terjadi pada selain para syahid, dan di antaranya apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dalam al-Muhtadhirin dari Fudhalah bin Dinar, ia berkata:


حضرت محمد بن واسع وقد سجي للموت، فجعل يقول: مرحبا بملائكة ربي، ولا حول ولا قوة إلا بالله ـ قال: وشممت رائحة طيبة لم أشم مثلها، قال: ثم شخص ببصره فمات. اهـ.

 Aku menghadiri Muhammad bin Wasi' yang sudah sekarat mati, maka ia terus berkata: Marhaban dengan malaikat-malaikat Tuhanku, dan la hawla wala quwwata illa billah —ia berkata: Dan aku mencium aroma harum yang belum pernah aku cium semisalnya, ia berkata: Kemudian matanya memandang ke atas lalu ia meninggal. Selesai.

Al-Lalaka'i dan al-Khallal keduanya meriwayatkan dalam Karamah al-Auliya' dari Malik bin Dinar ia berkata:

 رأيت قبر عبد الله بن غالب فأخذت من ترابه فإذا هو مسك، قال: وفتن الناس به فبعث إلى قبره فسوي. اهـ.

 Aku melihat kubur Abdullah bin Ghalib maka aku mengambil dari tanahnya maka itu adalah misk, ia berkata: Dan orang-orang tergoda dengannya maka diutus ke kuburnya lalu diratakan. Selesai.


ونحو هذا مشهور عن الإمام البخاري ـ رحمه الله ـ أنه لما دفن فاح من تراب قبره رائحة غالية أطيب من المسك، فدام ذلك أياما، ثم علت سواري بيض في السماء مستطيلة بحذاء قبره، فجعل الناس يختلفون ويتعجبون، وأما التراب فإنهم كانوا يرفعون عن القبر حتى ظهر القبر. اهـ. من سير أعلام النبلاء.

Dan semisal ini terkenal tentang Imam al-Bukhari —rahimahullah— bahwa ketika ia dikubur, tercium dari tanah kuburnya aroma yang mahal lebih harum dari misk, maka itu berlangsung berhari-hari, kemudian awan putih lurus di langit sejajar dengan kuburnya, maka orang-orang berbeda-beda dan bertanya-tanya, dan adapun tanahnya maka mereka mengangkatnya dari kubur hingga kubur tampak. Selesai. Dari Siyar A'lam an-Nubala'.

Al-Hafizh Ibnu 'Asakir berkata:


 كان الحميدي أوصى إلى الأجل مظفر بن رئيس الرؤساء أن يدفنه عند بشر، فخالف، فرآه بعد مدة في النوم يعاتبه، فنقله في صفر، سنة إحدى وتسعين، وكان كفنه جديدا، وبدنه طريا، يفوح منه رائحة الطيب. اهـ.

Al-Humidi mewasiatkan kepada al-Ajil Muzhafar bin Ra'is ar-Ru'asa' agar menguburkannya di samping al-Bishr, tetapi ia menyelisihi, maka ia melihatnya setelah suatu masa dalam mimpi menegurnya, maka dipindahkan pada bulan Shafar, tahun satu dan sembilan puluh, dan kain kafannya baru, dan jenazahnya segar, tercium darinya aroma harum. Selesai.

Dari kitab Siyar as-Salaf ash-Shalihin karya Isma'il bin Muhammad al-Ashbahani (hlm: 1264): 

 أخبرنا أحمد بن علي بن الحسين المقرئ، أخبرنا هبة الله بن الحسن الحافظ، أخبرنا أحمد بن محمد بن غالب، حدثني أبو بكر محمد بن عبد الله بن إسماعيل البزاز المقرئ، قال: سمعت أحمد بن علي البزار يعرف بوكيع -لفهمه الحديث جدا-، قال: سمعت أحمد بن يحيى الجلاء، يقول: سمعت أبي، يقول: "كنت جالسا عند معروف يوما، فجاء رجل فقال: يا أبا محفوظ، رأيت أمس عجبا، قال: ماذا رأيت؟ قال: اشتهى أهلي سمكا، فخرجت إلى باب الكرخ، فأخذت سمكة فشويتها، فبينما أنا أطلب من يحملها إذا أنا بصبي حماسي ملتف بعباءة، ومعه طبق، فقال: يا عم تحمل علي؟ قلت: نعم، فوضعت السمكة على رأسه ومشى بين يدي، فكان لا يرفع قدما ولا يضعها إلا بذكر الله، فمررنا بمسجد يؤذن فيه للظهر، فقال: يا عم هل لك في أن تصلي؟ فقلت: صبي يدعوني إلى الصلاة ولا أجيبه، فقلت: نعم، فوضع الطبق والسمكة على باب المسجد ودخل المسجد، فلم يزل يركع وأنا أحفظ السمكة، فلما أقيمت الصلاة قلت: صبي توكل على الله في طبقه، ألا أتوكل على الله في سمكتي، فدخلت فصليت وخرجت، فإذا هي بحالها، فأخذها على رأسه ثم عاد إلى ما كان عليه من الذكر إلى أن وصلت إلى منزلي، فأخبرت أهلي خبره، فقالوا لي: قل له يأكل معنا، فقلت له: إنهم يسألونك أن تفطر عندهم، قال: نعم، فأين طريق المسجد، فدللته على المسجد فلم يزل راكعا وساجدا إلى العصر، فلما صليت العصر، جعل رأسه بين ركبتيه، ثم لم يزل كذلك إلى المغرب، فلما صليت المغرب، قلت: هل لك في الإفطار؟ قال: عادة قد جرت لي إن حملتني عليها فأنا أجيبك. قلت ما هي؟ قال: عادة قد جرت لي أن أفطر بعد عشاء الآخرة، فصبرت له، وكنت أعددت في بيتي ما يحتاج إليه، فلما صلى أخذته إلى البيت وزرفنت عليه الباب، وكانت لي ابنة لا تبطش بيديها ولا تمشي برجليها، عمياء كقطعة لحم، قد أتى عليها عشرون سنة، فبينما نحن نيام في جوف الليل، فإذا بداق يدق علينا باب البيت فقلنا: من هذا؟ قالت: فلانة، فبادرناها هي تمشي وتبطش وتبصر، فقلنا من هذا: ما شأنك؟ فقالت: ما أدري إلا أني سهرت في جوف الليل، فألقي في نفسي: سلي الله بحق ضيفكم، فقلت: اللهم بحق ضيفنا إلا أطلقتني، فأنا كما ترون، قال: فبادرت إلى البيت فإذا الغلام ليس ثم. فبكى معروف، وقال: نعم منهم صغار وكبار". اهـ

Menceritakan kepada kami Ahmad bin Ali bin al-Hushain al-Muqri', menceritakan kepada kami Hibatullah bin al-Hasan al-Hafizh, menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Ghalib, menceritakan kepadaku Abu Bakr Muhammad bin Abdullah bin Isma'il al-Bazzaz al-Muqri', ia berkata: Aku mendengar Ahmad bin Ali al-Bazzar yang dikenal dengan Wuqay' —paham hadits dengan sangat baik—, ia berkata: Aku mendengar Ahmad bin Yahya al-Jalaa', ia berkata: Aku mendengar ayahku, ia berkata: "Aku sedang duduk di samping Maruf suatu hari, maka datang seorang laki-laki lalu berkata: Wahai Abu Mahfuzh, kemarin aku melihat sesuatu yang menakjubkan. Ia berkata: Apa yang engkau lihat? Ia berkata: Keluargaku menginginkan ikan, maka aku keluar ke pintu al-Karakh, lalu aku mengambil seekor ikan dan membakarnya, maka ketika aku mencari orang yang membawanya tiba-tiba aku melihat seorang budak kecil yang membawa (ikan) berpakaian jubah, dan bersamanya piring, lalu ia berkata: Wahai paman, apakah engkau mau dibawa olehku? Aku berkata: Ya, maka aku letakkan ikan di atas kepalanya dan ia berjalan di depanku, maka ia tidak mengangkat kaki dan tidak menurunkannya kecuali dengan menyebut nama Allah, maka kami lewat di depan masjid yang mu'adzdzinnya mengumumkan adzan Zhuhur, maka ia berkata: Wahai paman, apakah engkau mau shalat? Maka aku berkata: Seorang budak kecil memanggilku ke shalat dan aku tidak memenuhinya, maka aku berkata: Ya, maka ia letakkan piring dan ikan di pintu masjid dan masuk masjid, maka ia terus rukuk dan aku menjaga ikan, maka ketika shalat diiqamahkan aku berkata: Seorang budak kecil yang bertawakal kepada Allah atas piringnya, apakah aku tidak bertawakal kepada Allah atas ikanku, maka aku masuk dan shalat lalu keluar, maka ia seperti semula, maka ia ambil di atas kepalanya kemudian kembali kepada dzikr seperti semula hingga sampai ke rumahku, maka aku ceritakan kepada keluargaku kejadiannya, maka mereka berkata kepadaku: Katakan kepadanya agar makan bersamaku. Maka aku katakan kepadanya: Mereka memintamu agar berbuka di tempat mereka. Ia berkata: Ya, di mana jalan masjid? Maka aku tunjukkan masjid kepadanya maka ia terus rukuk dan sujud hingga Ashar, maka ketika shalat Ashar, ia letakkan kepalanya di antara lututnya, kemudian tetap seperti itu hingga Maghrib, maka ketika shalat Maghrib, aku berkata: Apakah engkau mau berbuka? Ia berkata: Ada kebiasaan yang telah menjadi padaku jika engkau bebankan kepadaku maka aku memenuhinya. Aku berkata: Apa itu? Ia berkata: Kebiasaan yang telah menjadi padaku bahwa aku berbuka setelah Isya' yang kedua. Maka aku sabar kepadanya, dan aku telah menyiapkan di rumahku apa yang dibutuhkannya, maka ketika ia shalat aku bawa ia ke rumah dan mengunci pintu padanya, dan aku memiliki seorang putri yang tidak menggunakan tangannya dan tidak berjalan dengan kakinya, buta seperti sepotong daging, yang telah berumur dua puluh tahun, maka ketika kami tidur di tengah malam, tiba-tiba ada ketukan di pintu rumah kami maka kami katakan: Siapa ini? Ia berkata: Fulana (sebutan nama), maka kami segera padanya ia berjalan dan menggunakan tangan dan melihat, maka kami katakan: Apa yang terjadi padamu? Ia berkata: Aku tidak tahu kecuali bahwa aku terjaga di tengah malam, maka terlempar ke jiwaku: Mintalah kepada Allah dengan hak tamumu, maka aku katakan: Ya Allah, dengan hak tamu kami, jika Engkau tidak bebaskan aku, maka aku seperti yang kalian lihat. Ia berkata: Maka aku segera ke rumah maka budak laki-laki itu tidak ada di sana. Maka Maruf menangis, dan berkata: Ya, di antaranya ada yang kecil dan besar." Selesai.



LihatTutupKomentar