Konsultasi Agama Islam Konsultasi Agama Islam
recent

Breaking News

recent
جاري التحميل ...

Hukum Air Suci Terkena Air Musta'mal

Hukum Air Suci Terkena Air Musta'mal
HUKUM AIR SUCI SEDIKIT YANG TERKENA AIR MUSTAKMAL

Assalamu'alaikum ustad saya mau bertanya.

1. Bolehkah talfiq (memakai banyak madzhab - red.) dalam wudhu, misalkan berwudhu tatacara madzhab syafii akan tetapi penggunaan air menggunakan madzhab maliki (saya bingung ustad mengenai air mustamal) maka dari itu saya mengikuti madzhab maliki bahwa air mustamal itu suci.

2. Apakah ada keringanan dalam bab air di dalam madzhab syafii? Terkadang saya waswas dibuatnya. Mengenai air kurang dari 2 qullah kemasukan najis akan menjadi najis meskipun tidak berubah warna, rasa dan baunya.

TOPIK SYARIAH ISLAM
  1. HUKUM AIR SUCI SEDIKIT YANG TERKENA AIR MUSTAKMAL
  2. IMAM GHAZALI: AIR SEDIKIT TERKENA NAJIS TETAP SUCI APABILA TIDAK BERUBAH
  3. HUKUM AIR SUCI BERCAMPUR AIR MUSTAKMAL DAN TANGAN BEKAS BERSUCI
  4. CARA KONSULTASI AGAMA

3. Saya sempat di pesantren dan disana belajar kitab ihya namun saya keluar dan belum sempat mempelajarinya, al-ghazali berpendapat bahwa air kurang dari 2 qullah tetap suci meskipun kemasukan najis asalkan rasa, warna dan baunya tidak berubah. Apakah benar ustad? Apa saya boleh mengikuti pendapat itu?

4. Apakah ada pendapat dalam madzhab syafii ini yang mengemukakan air mustamal itu suci? Saya bingung, di rumah saya jika berwudhu tidak memerhatikan air mustamal yang menetes ke bak mandi. Ketika itu bak mandinya kurang dari 2 qullah.

Mohon pencerahan ilmunya ustad, wassalamualaikum.


JAWABAN HUKUM AIR SUCI KURANG DUA QULAH YANG TERKENA AIR MUSTAKMAL

1. Kalau yang anda maksud air musta'mal itu adalah air suci kurang dua kulah yang terkena tetesan air musta'mal, maka tidak perlu sampai talfiq ke madzhab lain. Karena, dalam madzhab Syafi'i ada pendapat yang menyatakan bahwa tetesan air musta'mal yang sedikit yang mengenai atau memercik ke dalam air suci kurang dua qulah itu dimaafkan (ma'fu anhu) dan status air tetap suci dan menyucikan.

Imam Nawawi dalam Al-Majmuk ala Syarh al-Muhadzdzab, hlm. I/151, menyatakan:

ويعفى عن يسير الماء المستعمل الواقع في الماء؛ لأن النبي صلّى الله عليه وسلم وأصحابه كانوا يتوضؤُون من الأقداح، ويغتسلون من الجفان، واغتسل النبي وعائشة من إناء واحد، تختلف أيديهما فيه، كل واحد منهما يقول لصاحبه: أبق لي، ومثل هذا لا يسلم من رشاش يقع في الماء. فإن كثر الواقع وتفاحش لم تجز الطهارة به على الرواية الراجحة، وهو مذهب الشافعية أيضاً كما بينت

Artinya: Dan dima’fu (diampuni) sedikitnya air musta’mal yang jatuh kedalam air karena Rasulullah dan para sahabat biasa wudhu dengan air dari gelas, dan mandi dengan air dari mangkuk besar, dan Nabi bersama ‘Aisyah sering mandi bersama dalam satu wadah air, tangan keduanya saling bergantian di dalamnya, saling berkata dengan pasangannya "Tuangkan untukku!" Yang semacam ini tentu tidak akan terselamatkan dari percikan-percikan dalam air. Bila percikan yang jatuh tersebut banyak dan membuat keruh maka tidak boleh bersuci memakainya menurut riwayat yang kuat, pendapat ini juga pendapat madzhab syafi’iyyah seperti yang telah kami jelaskan dimuka.

Ibnu Qudamah (ulama madzhab Hanbali) dalam Al-Mughni, hlm. 1/27, mengutip pendapat ulama Syafi'iyah sbb:

وإن كان الواقع في الماء مستعملا عفي عن يسيره .... وإن كثر الواقع وتفاحش منع على إحدى الروايتين، وقال أصحاب الشافعي إن كثر المستعمل منع وإن كان الأقل لم يمنع.

Artinya: Apabila air yang jatuh (ke air suci yang kurang dua qulah itu) berupa air musta'mal maka dimaafkan apabila sedikit .. apabila banyak maka tidak dimaafkan. Menurut ulama madzhab Syafi'i apabila air musta'mal (yang mengenai/memercik air suci kurang dua kulah) itu banyak, maka tidak dimaafkan. Apabila sedikit maka dimaafkan (tidak dicegah menggunakannya untuk bersuci).

Imam Nawawi dalam Raudhah At-Thalibin, hlm. 1/3, menyatakan:

فرع إذا اختلط بالماء الكثير أو القليل مائع يوافقه في الصفات كماء الورد المنقطع الرائحة وماء الشجر والماء المستعمل فوجهان أصحهما إن كان المائع قدرا لو خالف الماء في طعم أو لون أو ريح لتغير التغير المؤثر يسلب الطهورية وإن كان لا يؤثر مع تقدير المخالفة لم يسلب. والثاني إن كان المائع أقل من الماء لم يسلب وإن كان أكثر منه أو مثله سلب وحيث لم يسلب فالصحيح أنه يستعمل الجميع وقيل يجب أن يبقى قدر المائع وقيل إن كان الماء وحده يكفي لواجب الطهارة فله استعمال الجميع وإلا بقي

Artinya: Ketika tercampur pada air banyak ataupun sedikit, cairan yang serupa sifatnya dengan air tersebut semisal air mawar yang tak berbau lagi dan air tanaman dan air musta'mal maka ada dua pendapat: (a) Yang paling shahih jika cairan tersebut diperkirakan saat mencampuri memiliki rasa, warna atau bau dapat merubah dengan perubahan yang dianggap (perubahan yang besar) maka tidak menyucikan (ghairu tahur), dan jika diperkirakan tidak berpengaruh maka suci dan menyucikan.

Pendapat kedua, jika cairan tersebut lebih sedikit dari air yang dicampurinya maka air tetap menyucikan, dan jika cairannya lebih banyak atau setara maka tidak menyucikan (menjadi musta'mal). Pendapat yang shahih boleh menggunakan air tersebut (yang telah tercampur) keseluruhannya. Pendapat lain: Wajib menyisakan air tersebut sebanyak cairan yang mencampuri. Pendapat lainnya lagi: Jika air tanpa pencampur cukup untuk membasuh bagian yang wajib maka boleh menggunakan seluruhnya, dan seterusnya.

Tentang masalah talfiq, lihat pandangan Wahabi Zuhaili di sini.

***

2. Kalau najisnya sedikit, maka dimaafkan. Ini pendapat umum dalam madzhab Syafi'i. Baca detail: Najis yang Dimaafkan


IMAM GHAZALI: AIR SEDIKIT TERKENA NAJIS TETAP SUCI APABILA TIDAK BERUBAH

3. Benar, Imam Al-Ghazali cenderung mengikuti madzhab Maliki dalam soal ini. Dalam Ihya Ulumiddin, hlm. 1/129, ia menyatakan:

وكنت أود أن يكون مذهبه كمذهب مالك رضي الله عنه في أن الماء وإن قل لا ينجس إلا بالتغير إذ الحاجة ماسة إليه ومثار الوسواس اشترط القلتين ولأجله شق على الناس ذلك وهو لعمري سبب المشقة ويعرفه من يجربه ويتأمله

Artinya: Saya ingin madzhab Syafi'i seperti madzhab Malik dalam arti bahwa air yang sedikit (kurang dua qulah) tidak najis (kalau terkena najis) kecuali kalau berubah (warna, sifat, rasa). Karena, hukum seperti ini (tidak najis kecuali berubah) sangat dibutuhkan. Disyaratkannya air dua qullah itu menjadi penyebab was-was dan menyulitkan banyak orang dan hanya bisa dipahami oleh orang yang menelitinya.

Mengikuti pendapat Imam Ghazali ini boleh saja. Apalagi pendapat ini tidak terlalu berbeda dengan pendapat kebanyakan ulama madzhab Syafi'i bahwa najis sedikit itu hukumnya dimaafkan. Baca detail: Najis yang Dimaafkan

Hanya saja bedanya: kalau Imam Ghazali menyatakan suci secara mutlak sedangkan ulama lain menyatakan najis tapi dimaafkan.

4. Ada, lihat di jawaban poin 1. Apa yang terjadi dalam kasus Anda sebenarnya tidak termasuk air musta'mal, melainkan air suci yang terkena air musta'mal. Dan itu tidak masalah selagi campurannya sedikit sebagaimana dijelaskan di poin 1.

______________________


HUKUM AIR SUCI BERCAMPUR AIR MUSTAKMAL DAN TANGAN BEKAS BERSUCI

Assalamu'alaikum ustadz

Saya telah membaca beberapa artikel di situs konsultasi Islam Al-Khoirot mengenai air musta'mal/ghusalah. Masalahnya saya merasa sering waswas Dan takut sendiri dengan masalah air musta'mal ini bercampur dengan air yang suci Dan mensucikan.

Pertanyaannya,
1. apakah setelah kita berwudhu lalu tangan kita dimasukkan kedalam wadah air suci Dan mensucikan ( tangan dalam keadaan basah air wudhu ) air dalam wadah tersebut menjadi air musta'mal?

2. Apabila saya selesai membersihkan sisa urin setelah buang air kecil dengan air lalu saya wudhu dengan keadaan tangan masih basah maka apakah wudhu saya tidak sah karena air yang suci dan mensucikan terkena Kontak dengan air sisa membersihkan urin?

Terima kasih
Wassalamu'alaikum

JAWABAN

1. Airnya tetap suci dan mensucikan. Adapun tangan yang basah bekas wudhu itu baru dianggap musta'mal setelah terpisah dari anggota tubuh. Selagi masih menempel di tubuh, maka status air bukan musta'mal. Kalaupun airnya sudah lepas dari tubuh tapi cuma sedikit, maka itu tidak berpengaruh pada kesucian air di wadah. Baca detail di sini.

2. Wudhu anda sah karena tangan yang basah setelah bersuci dari kencing itu suci. Baca detail di sini.

عن الكاتب

Tanya Ustadz

التعليقات


Kontak

Untuk mengajukan konsultasi ke KSIA, silahkan mengirim pertanyaan via email ke: alkhoirot@gmail.com. Pertanyaan tidak boleh lebih dari tiga dan tanpa subpertanyaan. Untuk lebih detail, klik penjelasannya di sini!

Terbaru

    islamiy.com

    جميع الحقوق محفوظة

    Konsultasi Agama Islam