Terjemah Kitab Al-Risalah Imam Syafi'i Juz 2

Terjemah Kitab Al-Risalah Imam Syafi'i Juz 2 Tentang Larangan-Larangan Makanan Apa yang dipegang teguh oleh wanita yang bercerai (murtad) dari kemati

Kitab Al-Risalah Imam Syafi'i Juz 2


Nama kitab: Al-Risalah
Penulis, pengarang:   Imam Syafi'i
Judul kitab asal:   الرسالة   للإمام المطلبي محمد بن ادريس الشافعي 
Lahir: Tahun 150 H, Gaza, Palestina
Wafat: 204 H, di Kairo, Mesir.

Penerjemah: alkhoirot.net
Bidang studi: Usul Fiqih madzhab Syafi'i  


  الرسالة

للإمام المطلبي محمد بن ادريس الشافعي 150 - 204

عن أصل بخط الربيع بن سلمان كتبه في حياة الشافعي

(( لما نظرت الرسالة للشافعي أذهلتني، لانني رأيت رجل عاقل فصيح ناصح، فإني لأكثر الدعاء له. ))

عبد الرحمن بن مهدي

بتحقيق وشرح أحمد محمد شاكر  

Daftar Isi

  1. Al-Muqaddidmah
  2. Al-Juz al-Awwal 
  3. Juz 3: Volume Ke-Tiga
    1. Dalam Hal-hal yang Diharamkan untuk Dimakan  
    2. Dalam Apa yang Dihindari oleh yang Beriddah dari Kematian  
    3. Bab Penyebab dalam Hadis  
    4. Pendapat Lain dari Nasikh dan Mansukh  
    5. Pendapat Lain dari Perbedaan  
    6. Perbedaan Riwayat atas Pendapat Selain yang Sebelumnya  
    7. Pendapat Lain dari Apa yang Dianggap Berbeda, dan Menurut Kami Bukan Berbeda  
    8. Pendapat Lain dari Apa yang Dianggap Berbeda  
    9. Pendapat Lain dari Perbedaan  
    10. Dalam Mandi Wajib Jumat  
    11. Larangan atas Makna yang Ditunjukkan Makna dalam Hadis yang Lain  
    12. Larangan atas Makna yang Lebih Jelas daripada Makna Sebelumnya  
    13. Larangan atas Makna yang Mirip dengan yang Sebelumnya dalam Sesuatu dan Berpisah darinya dalam Sesuatu yang Lain  
    14. Sifat Larangan Allah dan Larangan Rasul-Nya  
    15. Bab Ilmu  
    16. Bab Kabar yang Satu   
  4. Al-Juz al-Salis (Tsalits, Thalith) 
  5. Download Kitab Al-Risalah versi Arab (تحميل الرسالة للشافعي) 
  6. Download Terjemah Al-Risalah  

 

 الجزء الثاني [في محرمات الطعام] .

Bagian Kedua [Tentang Larangan-Larangan Makanan]

[فيما تمسك عنه المعتدة من الوفاة] .

[Apa yang dipegang teguh oleh wanita yang bercerai (murtad) dari kematian]

باب العلل في الحديث.

Bab tentang Illat (sebab-sebab) dalam Hadis.

وجه آخر من الناسخ والمنسوخ.

Pandangan lain dari An-Nasikh wa al-Mansukh (yang menghapus dan yang dihapus).

وجه آخر.

وجه آخر.

وجه آخر من الاختلاف

Wajah lain.

Wajah lain.

Wajah lain dari Ikhtilaf (perbedaan)

اختلاف الرواية على وجه غير الذي قبله.

Perbedaan riwayat dengan cara yang berbeda dari yang sebelumnya.

وجه آخر مما يعد مختلفا، وليس عندنا بمختلف.

Wajah lain dari apa yang dianggap berbeda, tetapi bagi kami bukanlah berbeda.

وجه آخر مما يعد مختلفا.

Wajah lain dari apa yang dianggap berbeda.

وجه آخر من الاختلاف.

Wajah lain dari Ikhtilaf (perbedaan).

في غسل الجمعة

Tentang Mandi Jumat

النهي عن معنى دل عليه معنى في حديث غيره.

Larangan terhadap makna yang ditunjukkan oleh makna dalam hadis lainnya.

النهي عن معنى أوضح من معنى قبله.

Larangan terhadap makna yang lebih jelas daripada makna sebelumnya.

النهي عن معنى يشبه الذي قبله في شيء ويفارقه في شيء غيره

Larangan terhadap makna yang mirip dengan yang sebelumnya dalam suatu hal dan berbeda darinya dalam hal lain

باب آخر.

Bab lain.

وجه يشبه المعنى الذي قبله.

Wajah yang mirip dengan makna yang sebelumnya.

[صفة نهي الله ونهي رسوله]

[Sifat larangan Allah dan larangan Rasul-Nya]

[باب العلم]

[Bab Ilmu]

[باب خبر الواحد] . 

[Bab Khabar Ahad (berita dari orang tunggal)] . 

 [ ... قال أنا الربيع بن سليمان قال أخبرنا الشافعي قال:]

[... berkata: Aku adalah ar-Rabi' bin Sulaiman, berkata: Al-Shafi'i memberitahukan kami, berkata:]

بسم الله الرحمن الرحيم.

فإن قال قائلٌ: ما دلَّ على هذا؟

Bagian 1: Pembahasan tentang Pernikahan dan Larangan Mahram
Jika seseorang bertanya: "Apa dalilnya terhadap hal ini?"

فإن النِّساءَ المُباحاتِ لا يَحلُّ أن يُنْكح مِنهنَّ أكثرُ مِن أرْبَعٍ، ولو نَكَحَ خامِسةً فُسِخ النِّكاحُ، فَلا تحلُّ مِنهن واحدةٌ إلا بنِكاحٍ صحيحٍ، وقَدْ كانت الخامسةُ مِن الحَلالِ بِوَجْهٍ، وكذلك الواحِدة، بِمَعْنَى قول الله: "وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ" ، بالوجه الذي أُحِلَّ به النكاحُ، وعلى الشرط الذي أحَلَّه به، لا مُطْلَقًا.

Wanita-wanita yang dihalalkan tidak boleh dinikahi lebih dari empat, meskipun yang kelima dinikahi, maka pernikahan itu batal. Maka, tidak halal baginya salah satu dari mereka kecuali dengan pernikahan yang sah. Dan yang kelima itu sebelumnya halal dalam suatu cara, begitu pula yang satu itu, dengan makna firman Allah: "Dan dihalalkan bagimu apa yang melampaui itu" [An-Nisa: 24], dengan cara yang dihalalkan pernikahannya, dan dengan syarat yang dihalalkannya, bukan secara mutlak.

فيكون نكاحُ الرجلِ المرأةَ لا يُحَرِّمُ عليه نكاحَ عمَّتها ولا خالَتِها بكُلِّ حال، كما حَرَّمَ اللهُ أمَّهاتِ النساءِ بِكُلِّ حال، فتكون العَمَّةُ والخالةُ داخِلَتَيْنِ في معنى مَنْ أَحَلَّ بالوجْه الذي أحلَّها به.

Maka, pernikahan seorang laki-laki dengan seorang wanita tidak mengharamkan baginya pernikahan dengan bibi ayahnya atau bibi ibunya dalam segala keadaan, sebagaimana Allah mengharamkan ibu-ibu dari wanita-wanita itu dalam segala keadaan. Maka, bibi dan bibi itu menjadi dua wanita mahram dalam makna orang yang dihalalkan dengan cara yang dihalalkannya.

- [206] - كما يَحِلُّ له نكاحُ امرأةٍ إذا فارَق رابِعَةً: كانت العمَّةُ إذا فُورِقَت ابْنَتُ أخيها، حَلَّتْ.

[206] Sebagaimana dihalalkannya baginya pernikahan dengan seorang wanita jika ia bercerai dari yang keempat: jika bibi itu ditinggalkan putri saudaranya, maka halal baginya.

[في محرمات الطعام] .

[Dalam hal-hal yang dilarang dimakan].

وقال الله لنبيه: "قُلْ: لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنزِيرٍ، فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ (145) " [الأنعام] .

Dan Allah berfirman kepada Nabinya: "Katakanlah: Aku tidak mendapati dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan atas orang yang memakannya kecuali maytah atau darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya itu adalah rijs, atau (binatang) yang disembelih untuk selain Allah" [Al-An'am: 145].

فاحتملتْ الآيةُ مَعْنَيَيْنِ: أحدُهما: أنْ لا يَحْرُمَ على طاعِمٍ أبَداً إلا ما اسْتَثْنَى اللهُ.

Maka, ayat itu memungkinkan dua makna: Salah satunya: bahwa tidak ada yang diharamkan atas orang yang memakannya selamanya kecuali apa yang dikecualikan oleh Allah.

وهذا المعنى الذي إذا وُجِّهَ رجلٌ مُخَاطَبًا به كانَ الذي - [207] - يَسْبِقُ إليه أنَّه لا يَحْرُمُ غيرُ ما سَمَّى اللهُ مُحَرَّمًا، وما كان هكذا فهو الذي يقولُ له: أظْهَرُ المعاني وأعمُّها وأغْلَبُها، والذي لو احتملت الآيةُ معنى سِواه كان هو المعنى الذي يَلْزَمُ أهلَ العِلْم القوْلُ به، إلا أنْ تأتِيَ سنةُ النبي تدُلُّ على معنىً غيْرِهِ، مما تحتمله الآية، فيقولَ: هذا معنى ما أراد الله تبارك وتعالى.

ولا يقال بخاصٍّ في كتاب الله ولا سُنةٍ إلا بِدِلالةٍ فيهما أو في واحِدٍ مِنهما. ولا يقال بخاصٍّ حتى تكون الآية تحتمل أن يكون أُرِيدَ بها ذلك الخاصُّ، فأمَّا ما لم تكنْ مُحْتَمِلةً له فلا يقال فيها بما لم تحتمل الآيةُ.

ويحتمل قولُ الله: "قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ (145) " [الأنعام] ، من شيء سُئِلَ عنْه رسولُ الله دون غَيْرِه.

Dan makna ini, jika ditujukan kepada seorang laki-laki yang ditanya, adalah yang mendahuluinya bahwa tidak ada yang diharamkan selain apa yang disebutkan Allah sebagai haram, dan apa yang demikian itu adalah yang paling jelas, paling umum, dan paling dominan dari makna-makna. Dan jika ayat itu memungkinkan makna selain itu, maka makna yang wajib bagi ahli ilmu untuk mengatakannya, kecuali jika sunnah Nabi menunjukkan makna lain dari apa yang memungkinkan ayat itu, maka dikatakan: Ini adalah makna yang dimaksudkan oleh Allah Ta'ala yang Maha Mulia dan Maha Tinggi.

Dan tidak boleh dikatakan khusus dalam Kitab Allah atau sunnah kecuali dengan dalil di dalamnya atau di salah satunya. Dan tidak boleh dikatakan khusus hingga ayat itu memungkinkan bahwa yang dimaksud dengannya adalah khusus itu. Adapun apa yang tidak memungkinkannya, maka tidak boleh dikatakan apa yang tidak memungkinkan ayat itu.

Dan memungkinkan firman Allah: "Katakanlah: Aku tidak mendapati dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan atas orang yang memakannya" [Al-An'am: 145], dari sesuatu yang ditanyakan kepada Rasulullah selain yang lain.

- [208] - ويَحْتمل: مِمَّا كُنْتُمْ تأكُلُونَ. وهذا أَوْلَى مَعَانِيه، استدلالاً بالسُّنة عليه، دون غَيْرِه.

أخبرنا "سفيان" عن "ابن شهاب" عن "أبي إدريسَ الخَوْلَانِيِّ" عن "أبي ثَعْلَبَةَ" : "أنَّ النَّبِيَّ نَهَى عَنْ كُلِّ ذِي نَابٍ مِنَ السِّبَاعِ" (1) .

أخبرنا "مالك" عن "إسماعيلَ بن أبي حَكِيم" عن عَبِيدَةَ بن سفيان الحَضْرَمِيِّ "عن" أبي هُرَيْرَةَ "، عن النبي قال:" أَكْلُ كُلِّ ذِي نَابٍ مِنَ السِّبَاعِ حَرَامٌ "(2) ."

(1) البخاري: كتاب الذبائح والصيد/5101؛ مسلم: كتاب الصيد والذبائح وما يؤكل من الحيوانات/3570؛ الترمذي: كتاب الصيد/1397؛ النسائي: كتاب اليد والذبائح/4251؛

أبو داود: كتاب الأطعمة/3308؛ ابن ماجه: كتاب الصييد/3223؛ أحمد: مسند العشرة/1179.

(2) مسلم: كتاب الصيد والذبائح وما يؤكل من الحيوانات/3573؛ النسائي: كتاب الصيد والذبائح/4250؛ ابن ماجه: كتاب الصيد/3224؛ مالك: كتاب الصيد/940.

[208] Dan memungkinkan: dari apa yang kalian makan. Dan ini adalah makna yang paling kuat daripadanya, dengan istidlal sunnah padanya, selain yang lain.

Kami diberitahu oleh Sufyan dari Ibn Syihab dari Abu Idris al-Khaulani dari Abu Tsaurabah: "Bahwa Nabi melarang segala yang berdaging taring dari binatang buas" (1).

Kami diberitahu oleh Malik dari Ismail bin Abi Hakim dari Ubaydah bin Sufyan al-Hadhrami dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda: "Makan segala yang berdaging taring dari binatang buas adalah haram" (2).

(1) Al-Bukhari: Kitab al-Dzabaih wa al-Shaid/5101; Muslim: Kitab al-Shaid wa al-Dzabaih wa ma yukal min al-Hayawanat/3570; at-Tirmidzi: Kitab al-Shaid/1397; an-Nasai: Kitab al-Yad wa al-Dzabaih/4251; Abu Dawud: Kitab al-At'imah/3308; Ibn Majah: Kitab al-Shaid/3223; Ahmad: Musnad al-'Asyrat/1179.

(2) Muslim: Kitab al-Shaid wa al-Dzabaih wa ma yukal min al-Hayawanat/3573; an-Nasai: Kitab al-Shaid wa al-Dzabaih/4250; Ibn Majah: Kitab al-Shaid/3224; Malik: Kitab al-Shaid/940.

[فيما تُمْسَكُ عَنْه المُعْتَدَّةُ مِن الوَفَاةِ] .

قال الله: "وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِي أَنفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ، وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (234) " [البقرة] .

فذَكَر اللهُ أنَّ على المُتَوَفَّى عَنْهُنَّ عِدَّةً، وأنهُنَّ إذا بَلَغْنَهَا فَلهُنَّ أنْ يَفْعلْنَ في أنْفُسهِنَّ بالمَعْروف، ولم يَذْكر شيئاً تجتنبه في العِدة.

قال: فكان ظاهرُ الآية أنْ تُمْسِكَ المعتدَّةُ في العِدَّة عَن الأزواج فَقَطْ، مع إقامتها في بَيْتها: بالكِتاب.

وكانتْ تَحْتمل أن تُمْسِكَ عن الأزواج، وأن يكون عليها في الإمساك عن الأزواج إمساكٌ عَنْ غَيْرِه، مِمَّا كان مُباحا لها قَبْلَ العِدَّة مِنْ طِيبٍ وَزِينَة.

[Dalam hal apa yang ditahan oleh yang beriddah dari kematian].

Allah berfirman: "Dan orang-orang yang diambil nyawanya di antara kamu dan meninggalkan istri-istri, mereka menunggu diri mereka sendiri empat bulan sepuluh hari, maka apabila telah tiba ajalnya, maka tidak ada dosa atas kamu dalam apa yang mereka kerjakan untuk diri mereka menurut yang ma'ruf, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" [Al-Baqarah: 234].

Maka, Allah menyebutkan bahwa atas yang ditinggal mati ada iddah, dan bahwa mereka jika telah tiba iddahnya, maka bagi mereka untuk berbuat bagi diri mereka menurut yang ma'ruf, dan tidak menyebutkan sesuatu yang dihindari dalam iddah.

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka, zahir ayat itu adalah bahwa yang beriddah menahan diri dari suami-suami saja, dengan menetap di rumahnya: menurut Kitab.

Dan memungkinkan bahwa ia menahan diri dari suami-suami, dan bahwa atasnya dalam menahan diri dari suami-suami adalah menahan diri dari yang lain, dari apa yang dihalalkan baginya sebelum iddah dari yang baik dan perhiasan.

- [210] - فلَمَّا سَنَّ رسولُ الله على المُعْتَدَّة مِن الوفاة الإمساك عن الطِّيبِ وغَيْرِه، كان عليها الإمساكُ عن الطيب وغيره بِفَرْض السُّنَّة، والإمساكُ عن الأزواج والسُّكْنَى في بَيْت زوْجها بالكتاب ثم السُّنة.

واحتملت السنةُ في هذا المَوْضِع ما احتملتْ في غيره: مِنْ أن تكونَ السنةُ بَيَّنَتْ عَنِ الله كَيْف إمساكُها، كما بَيَّنَت الصلاةَ والزكاةَ والحَجَّ، واحتملتْ أنْ يكونَ رسولُ الله سَنَّ فيما ليس فيه نصُّ حُكْمٍ لِلَّهِ.

[210] Maka, ketika Rasulullah mewajibkan atas yang beriddah dari kematian menahan diri dari parfum dan yang lainnya, maka atasnya menahan diri dari parfum dan yang lain dengan kewajiban sunnah, dan menahan diri dari suami-suami dan tinggal di rumah suaminya menurut Kitab kemudian sunnah.

Dan sunnah memungkinkan dalam posisi ini apa yang memungkinkannya di posisi lain: bahwa sunnah menjelaskan dari Allah bagaimana menahannya, sebagaimana menjelaskan shalat, zakat, dan haji, dan memungkinkan bahwa Rasulullah mewajibkan dalam apa yang tidak ada nash hukum dari Allah.

باب العلل في الحديث.

قال "الشافعي" : قال لِي قائِلٌ: فَإنَّا نَجِدُ مِن الأحاديثِ عَن رسولِ الله أحاديثَ في القُرَآن مِثْلُها نَصًّا، وأخْرَى في القُرَآن مثلُها - [211] - جُمْلةً، وفي الأحاديث منها أكثرَ مِمَّا في القُرَآن، وأخرى ليس منها شيء في القُرَآن، وأخرى مُوتَفِقَةٌ، وأخرى مُخْتلفةٌ: ناسِخة ومَنْسوخَة، وأخرى مختلفة: ليس فيها دِلالةٌ على ناسخٍ ولا منسوخ، وأخرى فيها نَهْيٌ لِرسول الله، فتقولون: ما نَهَى عنْه حَرَامٌ، وأخرى لرسول الله فيها نهْيٌ، فتقولون: نَهْيُه وأمره على الاختيار لا على التَّحْريمِ، ثم نَجِدُكم تذهبون إلى بعْض المُخْتَلِفة مِن - [212] - الأحاديث دون بعْضٍ، ونجدكم تَقِيسُون على بعْضِ حَديثه، ثم يَخْتَلِف قِياسُكم عليها، وتَتْرُكون بعْضاً فلا تَقِيسون عليه، فَمَا حُجَّتُكُمْ في القياس وتَرْكِه؟ ثم تفْتَرِقون بعدُ: فمِنكُمْ مَنْ يَتْرُك مِن حديثه الشيءَ ويَأْخُذ بمثل الذي تَرَكَ وأَضْعَفَ إسْنادًا مِنه.

قال "الشافعي" : فقلتُ له: كلُّ ما سَنَّ رسولُ الله مَعَ كِتاب الله مِن سنةٍ فهي مُوَافِقة كتابَ الله في النصِّ بِمِثْلِهِ، وفي الجُمْلة بالتَّبْيِينِ عَن الله، والتبيينُ يكون أكثرَ تَفْسِيراً مِن الجُمْلة.

وما سَنَّ مِمَّا ليس فيه نصُّ كتابِ الله فبِفرض الله طاعتَه عامَّةً في أمْرِه تَبِعْنَاه.

وأما الناسِخةُ والمنسوخة مِنْ حديثه فهي كما نَسَخَ اللهُ الحُكْمَ في كِتابه بالحكم غيْرِه من كتابه عامةً في أمْرِه، وكذلك سنةُ رسولِ الله تُنْسَخُ بِسنتِه.

Bab Penyebab dalam Hadis.

Beliau (Syafi'i) berkata: Seseorang berkata kepadaku: Sesungguhnya kami menemukan dari hadis-hadis tentang Rasulullah hadis-hadis yang seperti nash dalam Al-Qur'an, dan yang lain seperti kalimat dalam Al-Qur'an [211] secara keseluruhan, dan dari hadis-hadis itu lebih banyak daripada yang ada dalam Al-Qur'an, dan yang lain tidak ada padanya dalam Al-Qur'an, dan yang lain mutafiqah, dan yang lain mukhtalifah: nasikh dan mansukh, dan yang lain mukhtalifah: tidak ada dalil padanya tentang nasikh dan mansukh, dan yang lain ada larangan bagi Rasulullah, maka kamu mengatakan: Apa yang dilarangnya adalah haram, dan yang lain bagi Rasulullah ada larangan padanya, maka kamu mengatakan: Larangannya dan amrannya atas pilihan bukan atas pengharaman, kemudian kami menemukan kamu pergi ke sebagian yang mukhtalifah [212] dari hadis-hadis selain sebagiannya, dan kami menemukan kamu mengqiyas sebagian hadisnya, kemudian qiyas kamu padanya berbeda, dan kamu meninggalkan sebagian sehingga tidak mengqiyas padanya, maka apa hujjah kamu dalam qiyas dan meninggalkannya? Kemudian kamu berpecah setelah itu: dari kamu ada yang meninggalkan sesuatu dari hadisnya dan mengambil seperti yang ia tinggalkan dan lebih lemah sanadnya daripadanya.

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka aku katakan kepadanya: Segala apa yang diwajibkan Rasulullah bersamaan dengan Kitab Allah dari sunnah, maka ia mutafiq dengan Kitab Allah dalam nashnya seperti itu, dan dalam kalimat dengan penjelasan dari Allah, dan penjelasan itu lebih banyak ta'wil daripada kalimat.

Dan apa yang diwajibkan daripada yang tidak ada nash Kitab Allah, maka dengan kewajiban Allah taat kepadanya secara umum dalam amrnya, kami ikuti.

Dan adapun yang nasikh dan mansukh dari hadisnya, maka ia seperti Allah menasakh hukum dalam kitabnya dengan hukum lain dari kitabnya secara umum dalam amrnya, dan demikian sunnah Rasulullah dinasakh dengan sunnahnya.

- [213] - وذَكَرْتُ له بعضَ ما كتبْتُ في كِتابي قَبْلَ هذا مِن إيضَاح ما وَصَفْتُ.

فأمَّا المُخْتَلِفةُ التي لا دِلالةَ على أيِّها ناسِخٌ ولا أيِّها مَنْسوخٌ، فكُلُّ أمْرِه مُوتَفِقٌ صحيح، لا اختلافَ فيه.

ورسولُ الله عَرَبِيُّ اللِّسان والدَّار، فقدْ يقولُ القولَ عامًّا يُريدُ به العامَّ، وعامًّا يريدُ به الخاصَّ، كما وصفتُ لك في كتاب الله وسُنَنِ رسولِ الله قَبْلَ هذا.

ويُسْئَلُ عَن الشيءِ فَيُجيب على قَدر المَسْألَةِ، ويُؤَدِّي عنه المُخْبِرُ عنه الخَبَرَ مُتَقَصًّى، والخَبَرَ مُخْتَصَرًا، والخبَر فيأتِيَ بِبَعْض مَعْناه دون بعض.

ويُحَدِّثُ عنه الرجلُ الحَدِيثَ قَدْ أدْرَكَ جَوَابَه ولم يُدْرك المسألَةَ فيَدُلَّه على حَقِيقَة الجَوَابِ، بِمَعْرِفَته السَّبَبَ الذي يَخْرُجُ عليه الجواب.

[213] Dan aku sebutkan kepadanya sebagian apa yang kutulis dalam kitabku sebelum ini dari penjelasan apa yang kucatat.

Adapun yang mukhtalifah yang tidak ada dalil tentang mana yang nasikh dan mana yang mansukh, maka segala amrnya mutafiq sahih, tidak ada perbedaan padanya.

Dan Rasulullah Arab lidah dan tempatnya, maka kadang ia mengatakan umum yang dimaksud dengannya umum, dan umum yang dimaksud dengannya khusus, sebagaimana kucatat untukmu dalam Kitab Allah dan sunnah Rasulullah sebelum ini.

Dan ditanya tentang sesuatu maka ia jawab sesuai kadar pertanyaan, dan yang memberitahu daripadanya menyampaikan kabarnya secara teliti, dan kabar secara ringkas, dan kabar maka datang dengan sebagian maknanya selain sebagian.

Dan seseorang menghadiskan hadis daripadanya, telah mendengar jawabannya tapi tidak mendengar pertanyaannya, maka menunjukkannya pada hakikat jawaban, dengan mengetahui sebab yang keluar padanya jawaban.

- [214] - ويَسُنُّ في الشَّيْء سُنَّة وفيما يُخَالِفه أخْرَى، فلا يُخَلِّصُ بَعْضُ السَّامِعِين بَيْنَ اختلاف الحالَيْنِ اللَّتَيْنِ سَنَّ فيهما.

ويسُنُّ سنَّةً في نصٍّ معناه، فَيَحْفَظُها حافِظٌ، ويَسُنُّ في مَعْنًى يُخَالِفُهُ في معنى ويُجَامِعُه في معنى، سنةً غيرَها، لاختلاف الحالَيْنِ، فيَحْفَظُ غيرُه تِلْكَ السنةَ، فإذا أدَّى كلٌّ ما حَفِظَ رَآهُ بعضُ السامِعِينَ اختلافًا، وليس منه شيءٌ مختلفٌ.

ويَسنُّ بِلَفْظٍ مَخْرَجُهُ عَامٌّ جملةً بتحريم شيء أو بتَحْليله، ويسنُّ في غيره خلافَ الجمْلة، فَيُسْتَدَلُّ على أنه لم يُرِدْ بما حَرَّمَ ما أحَلَّ، ولا بما أحَلَّ ما حَرَّمَ.

ولكل هذا نظيرٌ فيما كَتَبْنَا مِن جُمَل أحكامِ الله.

[214] Dan mewajibkan dalam sesuatu sunnah dan dalam yang bertentangan dengannya sunnah lain, maka sebagian pendengar tidak membezakan antara perbedaan kedua keadaan yang diwajibkannya padanya.

Dan mewajibkan sunnah dalam nash maknanya, maka penghafalnya menghafalnya, dan mewajibkan dalam makna yang bertentangan dengannya dalam makna dan menyatu dengannya dalam makna, sunnah yang lain, karena perbedaan kedua keadaan, maka yang lain menghafal sunnah itu, maka ketika masing-masing menyampaikan apa yang dihafalnya, melihat sebagian pendengar perbedaan, padahal tidak ada padanya yang bertentangan.

Dan mewajibkan dengan lafaz yang keluarnya umum secara keseluruhan dengan mengharamkan sesuatu atau menghalalkannya, dan mewajibkan dalam yang lain bertentangan dengan keseluruhan, maka diistidlal bahwa ia tidak bermaksud dengan apa yang diharamkannya apa yang dihalalkannya, dan dengan apa yang dihalalkannya apa yang diharamkannya.

Dan untuk segala ini ada yang serupa dalam apa yang kami tulis dari kalimat-kalimat hukum-hukum Allah.

ويسُنُّ السنةَ ثم يَنْسَخُهَا بِسُنَّتِهِ، ولم يَدَعْ أنْ يُبَيِّنَ - [215] - كلَّمَا نَسَخَ مِن سنته بسنته، ولكن ربما ذَهَبَ على الذي سَمِعَ مِن رسولِ الله بعضُ علمِ الناسِخ أو عِلمِ المَنْسوخ، فَحَفِظَ أحدُهما دون الذي سمِع مِن رسولِ الله الآخَرَ، وليس يذهب ذلك على عامَّتهم، حتى لا يكون فيهم موْجوداً إذا طُلِبَ.

وكلُّ ما كان كما وصفْتُ أُمْضِيَ على ما سَنَّهُ، وفُرِّقَ بَيْنَ ما فَرَّقَ بينه منه.

وكانتْ طاعَتُه في تَشْعِيبِه على ما سَنَّهُ واجِبةً، ولم يقل: ما فَرَّقَ بَيْنَ كذا كذا؟

لأنَّ قولَ: مَا فَرَّقَ بَيْنَ كَذَا كَذَا؟ فيما فَرَّقَ بينه رسولُ الله، لا يَعْدُو أنْ يكونَ جَهْلًا ممن قاله، أو ارتِياباً شَرًّا مِن الجَهْل، وليس فيه طاعةُ الله باتِّباعه.

Dan mewajibkan sunnah kemudian menasakhnya dengan sunnahnya, dan tidak meninggalkan penjelasan [215] setiap kali menasakh dari sunnahnya dengan sunnahnya, tapi kadang pergi pada yang mendengar dari Rasulullah sebagian ilmu nasikh atau ilmu mansukh, maka dihafal salah satunya selain yang didengar dari Rasulullah yang lain, dan tidak pergi itu pada umum mereka, hingga tidak ada padanya ketika diminta.

Dan segala apa yang seperti yang kucatat, kami laksanakan pada apa yang diwajibkannya, dan dibedakan antara apa yang dibedakannya daripadanya.

Dan taat kepadanya dalam penjelasannya pada apa yang diwajibkannya adalah wajib, dan tidak dikatakan: Apa yang dibedakannya antara ini dan itu?

Karena kata: Apa yang dibedakannya antara ini dan itu? dalam apa yang dibedakan oleh Rasulullah di antaranya, tidak melebihi bahwa itu adalah kebodohan dari yang mengatakannya, atau keraguan buruk dari kebodohan, dan tidak ada padanya taat kepada Allah dengan mengikutinya.

وما لم يوجد فيه إلا الاختلافُ: فلا يعدو أن يكونَ لم يُحْفَظْ مُتَقَصًّى، كما وصفتُ قَبْلَ هذا، فَيُعَدُّ مُخْتَلِفًا، ويَغِيبَ عنَّا مِنْ سبَبِ تَبْيِينِهِ ما علِمْنا في غَيْرِهِ، أو وَهمًا مِنْ مُحَدِّثٍ.

ولم نجِدْ عنه شَيْئًا مُخْتَلِفاً فَكَشَفْنَاه: إلا وجَدْنا له وجهاً يحتمل به ألاَّ يكونَ مُخْتَلِفاً، وأن يكون داخلاً في الوجوه التي وصفتُ لك.

أو نَجِدُ الدِّلالةَ على الثابِتِ منه دون غيره، بِثُبُوتِ الحديثِ، فلا يكون الحديثان اللذان نُسِبَا إلى الاختلاف مُتَكَافِيَيْنِ، فنَصِيرُ إلى الأثْبَتِ مِن الحَدِيثَيْنِ.

أو يكونُ على الأثبَتِ منهما دِلالةٌ مِن كتاب الله أو سنة نبيه أو الشَّوَاهِدِ التي وَصَفْنا قَبْلَ هذا، فنصير إلى الذي هو أقْوَى وأَوْلَى أنْ يَثْبُتَ بالدلايل.

Dan apa yang tidak ada padanya kecuali perbedaan: maka tidak melebihi bahwa tidak dihafal secara teliti, seperti yang kucatat sebelum ini, maka dianggap mukhtalif, dan hilang daripada kami dari sebab penjelasannya apa yang kami ketahui dalam yang lain, atau waham dari perawi.

Dan kami tidak menemukan daripadanya sesuatu yang mukhtalif maka kami angkat: kecuali menemukan padanya wajah yang memungkinkannya agar tidak mukhtalif, dan bahwa masuk dalam wajah-wajah yang kucatat untukmu.

Atau menemukan dalil pada yang thabit daripadanya selain yang lain, dengan thabit hadisnya, maka tidak menjadi dua hadis yang dinisbahkan ke perbedaan setara, maka kami pergi ke yang lebih thabit dari kedua hadis itu.

Atau ada dalil pada yang lebih thabit daripadanya dari Kitab Allah atau sunnah nabunya atau syawahid yang kucatat sebelum ini, maka kami pergi ke yang lebih kuat dan lebih utama untuk thabit dengan dalil-dalil.

ولم نجد عنه حَدِيثَيْنِ مُخْتلِفَيْن إلاَّ ولهما مَخْرَجٌ أو على أحَدِهما دِلالةٌ بأحَدِ ما وصفْتُ: إما بِمُوَافَقَةِ كتابٍ - [217] - أو غَيْرِه من سنته أو بعض الدلايل.

وما نهى عنه رسولُ الله فهو على التحْرِيمِ، حتى تَأْتِيَ دلالةٌ عنه على أنه أراد به غَيْرَ التحْريم.

قال: وأما القياس على سنن رسول الله فأصْلُهُ وَجْهَانِ، ثم يَتَفَرَّعُ في أحَدِهما وجوه.

قال: وما هُمَا؟

قلت: إنَّ اللهَ تَعَبَّدَ خَلْقَهُ في كتابه وعلى لسان نبيه بما سَبَقَ في قَضَائِه أنْ يَتَعَبَّدَهُمْ به، ولِمَا شاءَ، لا مُعَقِّبَ لحُكْمه فيما تعبَّدَهم به، مما دلَّهم رسولُ الله على المعنى الذي له تعبَّدَهم به، أو وَجَدُوه في الخبر عنه لم يُنْزَلْ في شَيْءٍ في مِثْلِ المعنى الذي له تعبَّد خلقَه، - [218] - ووجب على أهل العلم أن يُسْلِكُوهُ سبيلً السنَّةِ، إذا كان في معناها، وهذا الذي يتَفَرَّعُ تفرعاً كثيراً.

Dan kami tidak menemukan daripadanya dua hadis mukhtalif kecuali padanya ada makhraj atau pada salah satunya dalil dengan salah satu apa yang kucatat: baik dengan mutafiqah kitab [217] atau yang lain dari sunnahnya atau sebagian dalil-dalil.

Dan apa yang dilarang oleh Rasulullah maka atas pengharaman, hingga datang dalil daripadanya bahwa ia bermaksud dengannya selain pengharaman.

Beliau berkata: Dan adapun qiyas pada sunnah Rasulullah, asalnya dua wajah, kemudian bercabang dalam salah satunya wajah-wajah.

Beliau berkata: Dan apa keduanya?

Aku katakan: Sesungguhnya Allah beribadahkan hamba-hamba-Nya dalam kitab-Nya dan pada lidah nabinya dengan apa yang mendahului dalam qadha'-Nya bahwa Ia beribadahkannya dengannya, dan dengan apa yang Dia kehendaki, tidak ada yang membatalkan hukum-Nya dalam apa yang Dia beribadahkannya dengannya, dari apa yang ditunjukkan oleh Rasulullah pada makna yang dengannya Dia beribadahkannya, atau ditemukan dalam kabar daripadanya tidak diturunkan dalam sesuatu dalam seperti makna yang dengannya Dia beribadahkan hamba-hamba-Nya, [218] dan wajib atas ahli ilmu bahwa mereka jalankan jalan sunnahnya, jika ada dalam maknanya, dan ini yang bercabang banyak.

والوجه الثاني: أن يكونَ أحَلَّ لهم شيئاً جُمْلَةً، وحَرَّمَ منه شيئاً بِعَيْنِهِ، فيُحِلُّونَ الحلالَ بالجُمْلَةِ، ويُحَرِّمون الشيءَ بعَيْنِهِ، ولا يَقِيسُونَ عليه: على الأقَلِّ الحَرَامِ، لأنَّ الأكْثَرَ مِنْهُ حلالٌ، والقِياسُ على الأكْثَرِ أوْلَى أنْ يُقَاسَ عليه مِن الأقَلِّ.

وكذلك إنْ حَرَّمَ جُمْلَةً وأحَلَّ بعضَها، وكذلك إنْ فَرضَ شيْئاً وخصَّ رسولُ الله التَّخْفيفَ في بعضه.

وأمَّا القِياسُ فإنَّما أخَذْناه استدلالاً بالكتاب والسنة والآثار.

وأمَّا أنْ نُخالِفَ حَديثا عن رسول الله ثابِتًا عنه: فأرْجُو أنْ لا يُؤْخَذَ ذلك علينا إن شاء اللهُ.

وليس ذلك لأحد، ولكن قدْ يَجْهَلُ الرجُلُ السنةَ فيكونُ له قوْلٌ يُخالِفُهَا، لا أنَّهُ عَمَدَ خِلافَها، وَقَدْ يَغْفُلُ المرْءُ ويُخْطِئ في التَّأْوِيلِ.

قال: فقال لي قائلٌ: فَمَثِّلْ لِي كُلَّ صِنْفٍ مِمَّا وصفْتَ مِثالاً، تَجْمَعُ لي فيه الإتْيانَ على ما سَألْتُ عَنْهُ، بأمْرٍ لا تُكْثِرُ علَيَّ فأنْساهُ، وابدأ بالناسِخ والمَنْسوخ مِن سُنَنِ النبي، واذكر منها - [220] - شيئاً مِمَّا معه القُرَآن، وإنْ كَرَّرْتَ بعْضَ ما ذَكَرْتَ.

فقلتُ له: كان أوَّلُ ما فَرَضَ اللهُ على رسوله في القِبْلة أن يَسْتقبِل بيْتَ المَقْدِس للصَّلاة، فكان بَيْتُ المَقْدِس القِبْلَةَ التي لا يَحِلُّ لأحدٍ أن يُصَلِّيَ إلا إليها. في الوقْتِ الذي اسْتَقبَلَها فيه رسولُ الله، فَلَمَّا نَسَخَ اللهُ قِبلةَ بيْتِ المقدس ووَجَّهَ رسولَه والناسَ إلى الكَعْبَةِ: كانت الكعبةُ القِبلةَ التي لا يحلُّ لمُسْلم أنْ يسْتَقْبِلَ المكتوبَة في غيْرِ حالٍ مِن الخوْفِ، غيْرَها، ولا يحل أن يستقبل بيتَ المقدِس أبداً.

وكلٌّ كان حَقًّا في وَقْتِه، بيتُ المقدس مِن حينِ اسْتَقْبَلَهُ النبيُّ إلى أنْ حُوِّلَ عنه: الحَقُّ في القِبْلَة، ثم البيتُ الحَرامُ - الحق في القبلة إلى يوْم القيامة.

وهكذا كلُّ منسوخ في كتابِ اللهِ وسنَّةِ نَبِيِّه.

Dan wajah kedua: bahwa ia menghalalkan bagi mereka sesuatu secara keseluruhan, dan mengharamkan daripadanya sesuatu secara spesifik, maka mereka menghalalkan halal secara keseluruhan, dan mengharamkan sesuatu secara spesifik, dan tidak mengqiyas padanya: paling tidak haram yang sedikit, karena lebih banyak daripadanya halal, dan qiyas pada yang lebih banyak lebih utama untuk diqiyas daripada yang sedikit.

Dan demikian jika mengharamkan secara keseluruhan dan menghalalkan sebagiannya, dan demikian jika mewajibkan sesuatu dan khusus Rasulullah meringankan dalam sebagiannya.

Dan adapun qiyas, maka kami ambilnya istidlal dengan Kitab dan sunnah dan athar.

Dan adapun bahwa kami khilaf hadis tentang Rasulullah yang thabit daripadanya: aku harap tidak diambil itu atas kami jika Allah menghendaki.

Dan itu bukan untuk siapa pun, tapi kadang seseorang tidak tahu sunnah maka baginya kata yang khilaf dengannya, bukan bahwa ia sengaja khilafnya, dan kadang manusia lalai dan salah dalam ta'wil.

Beliau berkata: Maka berkata kepadaku seseorang: Maka berilah contoh untukku segala jenis dari apa yang kucatat contoh yang mengumpulkan untukku datang pada apa yang kutanya [220] tentangnya, dengan amr yang tidak kamu tambah padaku hingga aku lupakan, dan mulailah dengan nasikh dan mansukh dari sunnah Nabi, dan sebutkan daripadanya sesuatu dari yang bersamaan dengan Al-Qur'an, meskipun kamu ulangi sebagian apa yang disebutkan.

Maka aku katakan kepadanya: Yang pertama yang diwajibkan Allah atas Rasul-Nya dalam kiblat adalah menghadap Baitul Maqdis untuk shalat, maka Baitul Maqdis adalah kiblat yang tidak halal bagi siapa pun shalat kecuali kepadanya. Pada waktu yang dihadapinya Rasulullah, maka ketika Allah menasakh kiblat Baitul Maqdis dan mengarahkan Rasul-Nya dan manusia kepada Ka'bah: Ka'bah menjadi kiblat yang tidak halal bagi muslim untuk menghadap yang tertulis selain keadaan dari ketakutan, selain itu, dan tidak halal menghadap Baitul Maqdis selamanya.

Dan masing-masing adalah hak pada waktunya, Baitul Maqdis dari saat Nabi menghadapnya hingga dipalingkan daripadanya: hak dalam kiblat, kemudian Baitul Haram hak dalam kiblat hingga hari kiamat.

Dan demikian segala mansukh dalam Kitab Allah dan sunnah nabinya.

قال: وهذا - مع إبانته لك الناسخَ والمنسوخ من الكتاب والسنة: دليلٌ لك على أن النبي إذا سن سنَّةً حوَّلَهُ اللهُ - [221] - عنْها إلى غَيْرِها، سنَّ أخرى يَصِيرُ إليها الناسُ بعْدَ التي حُوِّلَ عنها، لِئَلاَّ يذْهَبَ على عامَّتِهِم الناسِخُ فَيَثْبُتُونَ على المَنْسوخِ.

ولئلا يُشَبَّهَ على أحَدٍ بأن رسولَ اللهِ يَسُنُّ فيكون في الكتاب شيء يَرَى مَنْ جَهِلَ اللِّسَانَ أو العِلْمَ بموقع السنة مع الكتاب أو إبانَتِها مَعانِيه: أنَّ الكتاب يَنْسَخُ السُّنَّةَ.

فقال: أفَيُمْكِنُ أنْ تخالفَ السنَّةُ في هذا الكتاب؟

قلت: لا، وذلك: لأنَّ اللهَ - جلَّ ثَنَاؤُه - أقام على خَلْقِهِ الحُجَّةَ من وجْهَيْن، أصْلُهُما في الكتاب: كتابُه، ثم سنةُ نبيه، بفرْضِه في كِتَابِه اتِّبَاعَهَا.

Beliau berkata: Dan ini dengan penjelasannya untukmu nasikh dan mansukh dari Kitab dan sunnah: dalil untukmu bahwa Nabi jika mewajibkan sunnah, Allah memalingkannya [221] daripadanya ke yang lain, mewajibkan sunnah lain yang menjadi tujuan manusia setelah yang dipalingkan daripadanya, agar tidak pergi pada umum mereka nasikh maka mereka thabit pada mansukh.

Dan agar tidak disamakan pada seseorang bahwa Rasulullah mewajibkan maka ada dalam Kitab sesuatu yang melihat yang jahil lidah atau ilmu posisi sunnah dengan Kitab atau penjelasannya makna-maknanya: bahwa Kitab menasakh sunnah.

Maka beliau berkata: Apakah mungkin sunnah khilaf Kitab ini?

Aku katakan: Tidak, dan itu: karena Allah Maha Suci pujian-Nya mendirikan atas hamba-hamba-Nya hujjah dari dua wajah, asalnya dalam Kitab: kitab-Nya, kemudian sunnah nabinya, dengan kewajiban-Nya dalam kitab-Nya mengikutinya.

فلا يجوزُ أنْ يَسُنَّ رسولُ الله سنَّةً لازِمَةً فَتُنْسَخَ فلا يَسُنَّ ما نَسَخَها، وإنما يُعْرَفُ الناسِخُ بالآخِرِ مِن الأمْرَيْن، - [222] - وأكثَرُ الناسخ في كتاب الله إنما عُرِفَ بِدِلالة سُنَنِ رسولِ الله.

فإذا كانت السنة تدلُّ على ناسِخِ القُرَآن، وتُفَرِّقُ بَيْنَهُ وبَيْنَ منسوخِهِ: لم يَكُنْ أن تُنْسَخَ السنَّةُ بِقُرَآن إلا أحْدَثَ رسولُ الله مَعَ القُرَآن سنَّةً تَنْسَخُ سنَّتَهُ الأُولَى، لِتَذْهَبَ الشُّبْهةُ عَنْ مَن أقامَ اللهُ عليه الحُجَّةَ مِن خَلْقه.

قال: أفَرَأَيْتَ لَوْ قال قائل: حَيْثُ وَجَدْتُ القُرَآن ظاهِراً عامًّا، ووَجَدْتُ سنةً تحْتَمِلُ أنْ تُبَيِّنَ عَن القُرَآن، وتحتمل أن تكون بخلاف ظاهره، عَلِمْتُ أنَّ السنةَ منسوخَةٌ بالقُرَآن؟

فقلتُ له: لا يقولُ هذا عالِمٌ.

قال: وَلِمَ؟

Maka tidak boleh Rasulullah mewajibkan sunnah yang wajib kemudian dinasakh maka tidak mewajibkan apa yang menasakhnya, dan hanyalah nasikh dikenali dengan yang terakhir dari kedua amr, [222] dan kebanyakan nasikh dalam Kitab Allah hanyalah dikenali dengan dalil sunnah Rasulullah.

Maka jika sunnah menunjukkan nasikh Al-Qur'an, dan membedakan di antaranya dan mansukhnya: tidak menjadi sunnah dinasakh dengan Al-Qur'an kecuali Rasulullah membuat bersamaan dengan Al-Qur'an sunnah yang menasakh sunnahnya yang pertama, agar pergi syubhat dari yang Allah dirikan atasnya hujjah dari hamba-hamba-Nya.

Beliau berkata: Apakah kamu melihat jika seseorang berkata: Di mana aku temukan Al-Qur'an zahir umum, dan temukan sunnah yang memungkinkan menjelaskan dari Al-Qur'an, dan memungkinkan bertentangan dengan zahirnya, ketahuilah bahwa sunnah mansukh dengan Al-Qur'an?

Maka aku katakan kepadanya: Tidak dikatakan ini oleh seorang alim.

Beliau berkata: Dan mengapa?

قلت: إذا كان الله فَرَضَ على نبيه اتِّباعَ ما أُنْزِل إليه، وشَهِدَ له بالهُدَى، وفرض على الناس طاعَتَه، وكان اللِّسانُ - كما وصفْتُ قبل هذا - مُحْتَمِلاً للمعاني، وأن يكون كتابُ الله يَنْزِلُ عامًّا يُرَادُ به الخاصَّ، وخاصاً يراد به العام، وفرْضًا جُمْلَةً بَيَّنَه رسولُ الله، - [223] - فقامت السنةُ مع كتاب الله هذا المقامَ: لم تكن السنةُ لِتُخَالِفَ كتابَ الله، ولا تكونُ السنةُ إلا تَبعًا لِكتاب اللهِ، بِمِثْلِ تَنْزِيلِه، أو مُبَيِّنَةً معنى ما أرادَ اللهُ، فهي بكل حالٍ مُتَّبِعَةٌ كتابَ اللهِ.

قال: أفَتُوجِدُنِي الحُجَّةَ بما قلتَ في القُرَآن؟

فذكَرْتُ له بعضَ ما وصفتُ في كتاب: (السنَّةُ مع القُرَآن) (1) ، مِن أنَّ الله فَرَضَ الصلاةَ والزكاة والحجَّ، فَبَيَّنَ رسولُ اللهِ كيفَ الصلاةُ، وعَدَدَها، ومواقيتَها، وسُنَنَها، وفي كَمْ الزكاةُ مِن المال وما يَسْقُطُ عنه مِن المالِ ويَثْبُتُ عليه، ووقتَها، وكيف عَمَلُ الحجِّ، وما يُجْتَنَبُ فيه ويُبَاحُ.

قال: وذكرتُ له قولَ الله: "وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا (38) " [المائدة] ، و "الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ (2) " [النور] ، وأنَّ رسولَ الله لَمَّا سَنَّ القطْعَ على مَنْ بَلَغَتْ سَرِقَتُهُ - [224] - ربع دينار فصاعِداً، والجَلْدَ على الحُرَّيْنِ البِكْرَيْنِ دون الثَّيِّبَيْنِ الحريْن والمملوكيْنِ: دلَّتْ سنةُ رسولِ الله على أنَّ الله أراد بها الخاصَّ من الزُّناة والسُّرَّاق، وإن كان مَخْرَجُ الكلام عاماً في الظاهر على السراق والزناة.

قال: فهذا عنْدِي كما وصفْتَ، أفَتَجِدُ حُجَّةً على مَنْ رَوَى أنَّ النبي قال: "مَا جَاءَكُمْ عَنِّي فَاعْرِضُوُه عَلَى كِتَابِ اللهِ، فَمَا وَافَقَهُ فَأَنَا قُلْتُهُ، وَمَا خَالَفَهُ فَلَمْ أَقُلْهُ" (2) .

Aku katakan: Jika Allah mewajibkan atas nabunya mengikuti apa yang diturunkan kepadanya, dan bersaksi baginya dengan petunjuk, dan mewajibkan atas manusia taat kepadanya, dan lidah seperti yang kucatat sebelum ini memungkinkan untuk makna-makna, dan bahwa Kitab Allah diturunkan umum yang dimaksud dengannya khusus, dan khusus yang dimaksud dengannya umum, dan kewajiban secara keseluruhan dijelaskan oleh Rasulullah, [223] maka sunnah berdiri dengan Kitab Allah posisi ini: sunnah tidak untuk khilaf Kitab Allah, dan sunnah hanyalah pengikut Kitab Allah, seperti turunnya, atau penjelas makna apa yang dimaksudkan Allah, maka ia dalam segala keadaan pengikut Kitab Allah.

Beliau berkata: Apakah kamu temukan hujjah dengan apa yang kamu katakan dalam Al-Qur'an?

Maka aku sebutkan kepadanya sebagian apa yang kucatat dalam kitab: (Sunnah dengan Al-Qur'an) (1), dari bahwa Allah mewajibkan shalat, zakat, dan haji, maka Rasulullah menjelaskan bagaimana shalat, jumlahnya, waktu-waktunya, sunnah-sunnahnya, dan berapa zakat dari harta dan apa yang gugur daripadanya dari harta dan thabit padanya, dan waktunya, dan bagaimana pelaksanaan haji, dan apa yang dihindari di dalamnya dan dihalalkan.

Beliau berkata: Dan aku sebutkan kepadanya firman Allah: "Dan pencuri laki-laki dan pencuri perempuan, maka potonglah kedua tangan keduanya" [Al-Maidah: 38], dan "Perempuan pezina dan laki-laki pezina, maka deralah masing-masing seratus cambukan" [An-Nur: 2], dan bahwa Rasulullah ketika mewajibkan potong pada yang mencuri [224] seperempat dinar ke atas, dan cambuk pada dua perawan bebas selain dua yang sudah menikah bebas dan budak: sunnah Rasulullah menunjukkan bahwa Allah bermaksud dengannya khusus dari pezina dan pencuri, meskipun keluar kata umum di zahir pada pencuri dan pezina.

Beliau berkata: Maka ini padaku seperti yang kucatat, apakah kamu temukan hujjah pada yang meriwayatkan bahwa Nabi bersabda: "Apa yang datang kepadamu daripadaku, maka bandingkanlah dengan Kitab Allah, maka apa yang mutafiq dengannya, maka aku katakan itu, dan apa yang khilaf dengannya, maka aku tidak katakan itu" (2).

- [225] - فقلْتُ له: ما رَوَى هذا أحدٌ يَثْبُتُ حَدِيثُهُ في شيء صَغُرَ وَلَا كَبُرَ، فيُقالَ لنا: قدْ ثَبَّتُّمْ حَدِيثَ مَنْ رَوَى هَذا في شَيْءٍ.

وهذه أيضاً رِوايةٌ مُنْقَطِعة عَن رَجُلٍ مَجْهولٍ، ونحن لا نَقْبَلُ مِثْلَ هذه الرِّوايَةِ في شيْءٍ.

(1) لا أعرف له كتاباً بهذا الاسم ولعله يريد ما ذكر على الجملة من أحوال السنة مع القرآن من هذا الكتاب والله أعلم.

(2) في "كشف الخفاء" لِلْعَجْلُونِيِّ: هذا حديث مِن أوْضَعِ المَوْضُوعَاتِ.

قال: فَهَلْ عَن النبي رِوايةٌ بما قُلْتُم؟

فقلتُ له: نعم.

أخبرنا "سفيان" قال: أخبرني "سالمٌ أبو النَّضْر" أنَّه سمِع - [226] - "عُبَيْد الله بن أبي رافِعٍ" يُحَدِّثُ عن أبيه: أنَّ النبيَّ قال: "لاَأُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِهِ يَأْتِيهِ الأَمْرُ مِنْ أَمْرِي مِمَّا أَمَرْتُ بِهِ أَوْ نَهَيْتُ عَنْهُ، فَيَقُولَ: لاَ أَدْرِي، مَا وَجَدْنَا فِي كِتَابِ اللهِ اتَّبَعْنَاهُ" (1) .

قال "الشافعي" : فَقَدْ ضَيَّقَ رسولُ الله على الناسِ أنْ يرُدُّوا أمْرَهُ، بِفَرْضِ اللهِ عليهم اتِّباعَ أَمْرِهِ.

(1) الترمذي: كتاب العلم/2587؛ أبو داود: كتاب السنة/3989؛ ابن ماجه: المقدمة/13.

قال: فَأَبِنْ ليِ جُمَلًا أجْمَعَ لك أهلُ العِلم، أو أكثَرُهم عليه مِن سنَّةٍ مع كتاب الله، يَحْتمل أنْ تكون السنةُ مع الكتابِ دَليلاً على أنَّ الكتابَ خاصٌّ وإنْ كانَ ظاهِرُه عامًّا.

فقُلْتُ له: نَعَمْ، ما سمِعْتَني حَكَيْتُ في كتابي.

قال: فَأَعِدْ منه شيئاً.

قلتُ: قال الله: "حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ - [227] - وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ وَبَنَاتُ الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمْ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنْ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمْ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمْ اللَّاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ، فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ، وَحَلَائِلُ أَبْنَائِكُمْ الَّذِينَ مِنْ أَصْلَابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا (23) وَالْمُحْصَنَاتُ مِنْ النِّسَاءِ إِلَّا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ، كِتَابَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ، وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ (24) " [النساء] .

قال: وذَكَرَ اللهُ مَنْ حَرَّمَ، ثم قال: "وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ" ، فقال رسولُ الله: "لاَ يُجْمَعُ بَيْنَ المَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا، وَلاَ بَيْنَ المَرْأَةِ وَخَالَتِهَا" (1) ، فلمْ أَعْلَمْ مُخالِفًا في اتِّباعِه.

- [228] - فكانَتْ فيه دِلالَتَانِ: دِلالَةٌ عَلَى أنَّ سنةَ رسول الله لا تكون مُخالفةً لِكتاب اللهِ بِحَالٍ، ولكنَّها مُبَيِّنَةٌ عامَّهُ وخاصَّهُ.

ودِلالةٌ على أنهم قَبِلوا فيه خَبَرَ الواحِدِ، فلا نَعْلَمُ أحَداً رَواهُ مِن وَجْهٍ يَصِحُّ عَن النبي إلاَّ "أبا هُرَيْرَة" .

(1) البخاري: كتاب النكاح/4718؛ مسلم: كتاب النكاح/2514؛ الترمذي: كتاب النكاح/1045؛ النسائي: كتاب النكاح/3236؛ أبو داود: كتاب النكاح/1769؛

مالك: كتاب النكاح/977.

قال: أفيحتمل أن يكونَ هذا الحديثُ عِنْدَك خِلَافًا لشيْءٍ مِن ظاهِرِ الكتاب؟

فقلتُ: لا، ولا غَيْرُهُ.

قال: فما مَعْنى قول الله: "حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ" ، فقد ذَكَرَ التحريمَ وقال: "وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ" ؟

[225] Maka aku katakan kepadanya: Tidak ada yang meriwayatkan ini yang thabit hadisnya dalam sesuatu kecil maupun besar, maka dikatakan kepada kami: Sudah thabitkan hadis yang meriwayatkan ini dalam sesuatu.

Dan ini juga riwayat yang munqathi' dari seorang yang tidak dikenal, dan kami tidak menerima riwayat seperti ini dalam sesuatu.

(1) Aku tidak tahu kitabnya dengan nama ini, mungkin dimaksudkan apa yang disebutkan secara keseluruhan dari keadaan sunnah dengan Al-Qur'an dari kitab ini, dan Allah lebih mengetahui.

(2) Dalam Kasyf al-Khafa' karya al-'Ajluni: Ini hadis dari yang paling palsu dari yang dipalsukan.

Beliau berkata: Apakah ada riwayat dari Nabi tentang apa yang kamu katakan?

Maka aku katakan kepadanya: Ya.

Kami diberitahu oleh Sufyan, beliau berkata: Memberitahuku Salim Abu an-Nadr bahwa ia mendengar [226] Ubaydillah bin Abi Rafi' menghadiskan dari ayahnya: bahwa Nabi bersabda: "Aku tidak ingin salah seorang dari kalian bersandar pada dipan-dipannya, datang kepadanya amr dari amrku dari apa yang aku amrkan atau larang, maka ia katakan: Aku tidak tahu, apa yang kami temukan dalam Kitab Allah kami ikuti" (1).

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka, Rasulullah menyempitkan atas manusia agar mereka tidak merujuk amrnya, dengan kewajiban Allah atas mereka mengikuti amrnya.

(1) At-Tirmidzi: Kitab al-Ilm/2587; Abu Dawud: Kitab as-Sunnah/3989; Ibn Majah: Al-Muqaddimah/13.

Beliau berkata: Maka, jelaskan untukku kalimat-kalimat yang disepakati oleh ahli ilmu, atau kebanyakan mereka padanya dari sunnah bersamaan dengan Kitab Allah, yang memungkinkan bahwa sunnah bersamaan dengan Kitab dalil bahwa Kitab khusus meskipun zahirnya umum.

Maka aku katakan kepadanya: Ya, apa yang kamu dengar aku ceritakan dalam kitabku.

Beliau berkata: Maka ulangi daripadanya sesuatu.

Aku katakan: Allah berfirman: "Diharamkan atas kamu ibu-ibu kamu [227] dan anak-anak perempuan kamu dan saudara perempuan kamu dan bibi-bibi ayah kamu dan bibi-bibi ibu kamu dan anak-anak perempuan saudara laki-laki dan anak-anak perempuan saudara perempuan dan ibu-ibu kamu yang menyusukan kamu dan saudara perempuan dari susuan dan ibu-ibu istri-istrimu dan anak-anak perempuan dari istri-istrimu yang kamu campuri, jika kamu belum campuri istri-istrimu itu maka tidak ada dosa atas kamu, dan isteri-isteri anak-anakmu yang dari sulbi kamu dan bahwa kamu mengumpulkan dua saudara perempuan kecuali yang telah terjadi sebelumnya, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (23) dan wanitawanita muhshanah kecuali apa yang dimiliki tangan kananmu, kitab Allah atas kamu, dan dihalalkan bagimu apa yang melampaui itu (24)" [An-Nisa'].

Beliau berkata: Dan Allah menyebutkan siapa yang diharamkan, kemudian beliau bersabda: "Tidak boleh mengumpulkan antara wanita dan bibinya, dan tidak boleh mengumpulkan antara wanita dan bibi ibunya" (1), maka aku tidak tahu yang khilaf dalam mengikutinya.

[228] Maka, padanya dua dalil: Dalil bahwa sunnah Rasulullah tidak menjadi khilaf Kitab Allah dalam keadaan apa pun, tapi penjelas umumnya dan khususnya.

Dan dalil bahwa mereka menerima dalamnya kabar yang satu, maka kami tidak tahu siapa pun yang meriwayatkannya dari wajah yang sahih dari Nabi kecuali "Abu Hurairah".

(1) Al-Bukhari: Kitab an-Nikah/4718; Muslim: Kitab an-Nikah/2514; at-Tirmidhi: Kitab an-Nikah/1045; an-Nasai: Kitab an-Nikah/3236; Abu Dawud: Kitab an-Nikah/1769; Malik: Kitab an-Nikah/977.

Beliau berkata: Apakah memungkinkan hadis ini padamu khilaf dengan sesuatu dari zahir Kitab?

Maka aku katakan: Tidak, dan yang lain juga tidak.

Beliau berkata: Maka apa makna firman Allah: "Diharamkan atas kamu ibu-ibu kamu", sudah disebutkan pengharaman dan beliau bersabda: "Dan dihalalkan bagimu apa yang melampaui itu"?

- [229] - قلتُ: ذكَرَ تحريمَ مَنْ هو حَرامٌ بِكلِّ حالٍ، مثل: الأُمِّ والبِنْت والأخْت والعَمَّة وبَنَاتِ الأخ وبنات الأخْت، وذكَرَ مَنْ حَرَّمَ بكل حال من النَّسَب والرَّضاعِ، وذكر مَن حَرَّم مِن الجَمْعِ بَيْنَهُ وكان أصْلُ كلِّ واحدٍ منهما مُباحًا على الانْفِرادِ، قال: "وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ" ، يعني: بالحال التي أحلَّها بِه.

ألاَ تَرَى أنَّ قوله: "وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ" بمعنى: ما أحَلَّ به، لا أنَّ واحِدَةً مِن النَّساءِ حَلالٌ بِغيرِ نِكاحٍ يَصِحُّ، ولا أنه يجوز نِكاحُ خامِسَةٍ على أرْبعٍ، ولا جَمْعٌ بَيْنَ أُخْتَيْنِ، ولا غيرُ ذلِك مِمَّا نَهَى عنه.

فذكرتُ له فرْض اللهِ في الوُضوء، ومَسْحَ النبي على الخُفَّيْنِ، وما صارَ إليه أكثرُ أهْلِ العِلم مِن قَبُول المَسْحِ.

فقال: أفيُخالِفُ المسْحُ شيئا مِن القُرَآن؟

قلت: لا تخالفه سنةٌ بحالٍ.

قال: فما وَجْهُهُ؟

قلت: لَمَّا قال: "إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ (6) " [المائدة] ، دلَّت السنةُ على أنَّ مَن كان على طَهارَةٍ ما لمَْ يُحْدِثْ فقامَ إلى الصلاةِ لم يكنْ عليه هذا الفَرْضُ، فكذلك دلت على أن فَرْضَ غَسْل القَدَمَيْنِ إنما هو على المُتَوَضِّئ لا خُفَّيْ عليه لَبِسَهُمَا كاملَ الطهارةِ.

وذكرتُ له تحريمَ النبيِّ كلَّ ذِي نابٍ مِن السِّباعِ، وقدْ قال الله: "قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ، أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ، فَمَنْ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (145) " [الأنعام] ، ثم سَمَّى ما حَرَّمَ.

فقال: فما معنى هذا؟

قلنا: معناه: قل لا أجد فيما يوُحَى إلَيَّ مُحَرَّمًا مما كنتم تأكلون إلا أن يكون مَيْتَةً وما ذُكِر بعدها، فأما ما تَرَكْتم أنكم لم تَعُدُّوه مِن الطَّيِّبات فلم يُحَرِّم عليكم مما كنتم تستحلون إلا ما سَمَّى اللهُ، ودلت السنةُ على أنه حرَّم عليكم منه ما كنتم تُحَرِّمون، لِقول الله: "وَيُحِلُّ لَهُمْ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمْ الْخَبَائِثَ (157) " [الأعراف] .

[229] Aku katakan: Disebutkan pengharaman siapa yang haram dalam segala keadaan, seperti ibu dan anak perempuan dan saudara perempuan dan bibi dan anak-anak perempuan saudara laki-laki dan anak-anak perempuan saudara perempuan, dan disebutkan siapa yang haram dalam segala keadaan dari nasab dan susuan, dan disebutkan siapa yang haram dari pengumpulan di antaranya dan asal masing-masing dari keduanya dihalalkan pada perpisahan, beliau bersabda: "Dan dihalalkan bagimu apa yang melampaui itu", artinya: dengan keadaan yang dihalalkannya dengannya.

Tidakkah kamu lihat bahwa firman-Nya: "Dan dihalalkan bagimu apa yang melampaui itu" bermakna: apa yang dihalalkan dengannya, bukan bahwa satu wanita halal tanpa pernikahan yang sah, dan bukan bahwa boleh menikah yang kelima atas empat, dan bukan pengumpulan antara dua saudara perempuan, dan bukan yang lain dari apa yang dilarang.

Maka aku sebutkan kepadanya kewajiban Allah dalam wudhu, dan mas-h Nabi pada khufain, dan apa yang menjadi tujuannya kebanyakan ahli ilmu dari penerimaan mas-h.

Maka beliau berkata: Apakah mas-h khilaf sesuatu dari Al-Qur'an?

Aku katakan: Tidak sunnah khilaf dalam keadaan apa pun.

Beliau berkata: Maka apa wajahnya?

Aku katakan: Ketika beliau bersabda: "Apabila kamu berdiri untuk shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai siku dan usaplah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai kedua mata kaki (6)" [Al-Maidah], sunnah menunjukkan bahwa siapa yang pada thaharah tidak berhadiath lalu berdiri untuk shalat, tidak wajib atasnya kewajiban ini, maka demikian sunnah menunjukkan bahwa kewajiban basuh kaki hanyalah atas yang berwudhu bukan khufain padanya yang dipakainya kamil thaharah.

Dan aku sebutkan kepadanya pengharaman Nabi segala yang berdaging taring dari binatang buas, dan Allah berfirman: "Katakanlah: Aku tidak mendapati dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan atas orang yang memakannya kecuali maytah atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya itu rijs, atau (binatang) yang disembelih untuk selain Allah, maka siapa yang terpaksa selain yang melampaui batas dan tidak melanggar, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (145)" [Al-An'am], kemudian menyebutkan apa yang diharamkan.

Maka beliau berkata: Maka apa maknanya ini?

Kami katakan: Maknanya: Katakanlah aku tidak menemukan dalam apa yang diwahyukan kepadaku haram dari apa yang kalian makan kecuali maytah dan apa yang disebutkan sesudahnya, maka apa yang kalian tinggalkan karena kalian tidak menganggapnya dari yang baik maka tidak diharamkan atas kalian dari apa yang kalian halalkan kecuali apa yang disebutkan Allah, dan sunnah menunjukkan bahwa ia mengharamkan atas kalian daripadanya apa yang kalian haramkan, karena firman Allah: "Dan Dia menghalalkan bagi mereka yang baik-baik dan mengharamkan atas mereka yang buruk" [Al-A'raf: 157].

- [232] - قال: وذكرتُ له قولَ الله: "وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا (275) " [البقرة] ، وقولَه: "لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ (29) " [النساء] ، ثم حَرَّم رسولُ الله بيوعاً، منها الدنانيرُ بالدَّراهم إلى أجلٍ، وغيرُها: فحرَّمَها المُسْلِمون بتحريم رسولِ اللهِ، فليس هذا ولا غيره خلافاً لكتاب الله.

قال: فَحُدَّ لي معنى هذا بأجْمَعَ منه وأخْصَرَ.

فقلتُ له: لَمَّا كان في كتاب الله دِلالة على أنَّ الله قد وضَعَ رسولَه مَوْضع الإبانَةِ عنه، وفَرَض على خَلْقِه اتِّباعَ أمره، فقال: "وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا (275) " [البقرة] ، فإنما يعْني: أحَلَّ اللهُ البيْعَ إذا كان على غير ما نهى الله عنه في كتابه أو على لسان نبيه، وكذلك قوله: "وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ (24) [النساء] ، بما أحَلَّه اللهُ به - [233] - مِن النكاح ومِلْك اليمين في كتابه، لا أنه أباحَهُ بكلِّ وجهٍ، وهذا كلام عربي."

وقلت له: لوْ جازَ أنْ تُتْرَكُ سنةٌ مما ذهب إليه من جَهِلَ مكانَ السنَنِ مِن الكتاب، تُرك ما وصفْنا مِن المسح على الخُفَّيْنِ، وإباحَةُ كلِّ ما لَزِمه اسمُ بيْعٍ، وإحلالُ أنْ يُجْمَعَ بين المرْأَةِ وعَمَّتها وخالتها، وإباحةُ كلِّ ذي نابٍ مِن السِّباع، وغيرُ ذلك.

ولَجاز أن يقال: سنَّ النبيُّ ألاَّ يُقْطَعَ مَن لمْ تبلغ سرِقَتُه ربعَ دينارٍ قبْلَ التَّنْزيلِ، ثم نَزَل عليه: "وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا (38) " [المائدة] ، فمن لزِمه اسمُ سَرِقةٍ قُطِعَ.

ولجاز أن يقال: إنما سن النبي الرجمَ على الثَّيِّب حتى نزلتْ عليه: "الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ - [234] - جَلْدَةٍ (2) " [النور] ، فيُجْلَد البِكرُ والثيبُ، ولا نرْجُمُهُ.

وأن يقال في البيوع التي حرَّم رسولُ الله: إنما حرَّمَها قبْل التنزيل، فلما أُنْزِلتْ: "وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا (275) [البقرة] ، كانت حَلالاً."

والرِّبا: أن يكونَ للرَّجُل على الرجلِ الدَّيْنُ فَيَحِلُّ فيقولُ: أَتَقْضِي أمْ تَرْبِي؟ فيُؤَخِّرُ عنه ويزيده في ماله. وأشباهٌ لهذا كثيرةٌ.

فمن قال هذا كان مُعَطِّلاً لِعَامَّة سنَنِ رسولِ الله، وهذا القولُ جَهْلٌ مِمَّنْ قاله.

قال: أجَلْ.

وسنةُ رسولِ الله كما وصفْتُ، ومَنْ خالفَ ما قلْتُ فيها فقد جمَعَ الجْهَل بالسنة والخَطَأَ في الكلام فيما يَجْهَلُ.

قال: فاذْكُرْ سنةً نُسِختْ بسنةٍ سِوى هذا.

[232] Beliau berkata: Dan aku sebutkan kepadanya firman Allah: "Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (275)" [Al-Baqarah], dan firman-Nya: "Janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali perdagangan dengan suka sama suka di antara kamu (29)" [An-Nisa'], kemudian Rasulullah mengharamkan jual beli, daripadanya dinar dengan dirham sampai ajl, dan yang lain: maka diharamkan oleh muslim dengan pengharaman Rasulullah, maka ini dan yang lain bukan khilaf Kitab Allah.

Beliau berkata: Maka hudulkan untukku makna ini dengan yang lebih ajam dan lebih singkat.

Maka aku katakan kepadanya: Ketika ada dalam Kitab Allah dalil bahwa Allah telah meletakkan Rasul-Nya posisi penjelasan daripadanya, dan mewajibkan atas hamba-hamba-Nya mengikuti amrnya, maka beliau bersabda: "Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (275)" [Al-Baqarah], maka bermakna: Allah menghalalkan jual beli jika atas selain apa yang dilarang Allah daripadanya dalam kitab-Nya atau pada lidah nabinya, dan demikian firman-Nya: "Dan dihalalkan bagimu apa yang melampaui itu (24)" [An-Nisa'], dengan apa yang dihalalkan Allah dengannya [233] dari pernikahan dan milik tangan kanan dalam kitab-Nya, bukan bahwa Ia izinkan secara segala cara, dan ini kata Arab.

Dan aku katakan kepadanya: Jika boleh ditinggalkan sunnah dari apa yang pergi kepadanya dari yang jahil posisi sunnah dari Kitab, ditinggalkan apa yang kucatat dari mas-h pada khufain, dan pengizinan segala yang diberi nama jual beli, dan pengizinan mengumpulkan antara wanita dan bibinya dan bibi ibunya, dan pengizinan segala yang berdaging taring dari binatang buas, dan yang lain.

Dan boleh dikatakan: Nabi mewajibkan tidak potong siapa yang tidak mencapai curiannya seperempat dinar sebelum turun: "Dan pencuri laki-laki dan pencuri perempuan, maka potonglah kedua tangan keduanya (38)" [Al-Maidah], maka siapa yang diberi nama pencurian dipotong.

Dan boleh dikatakan: Hanyalah Nabi mewajibkan rajam pada yang sudah menikah hingga turun padanya: "Perempuan pezina dan laki-laki pezina, maka deralah masing-masing seratus [234] cambukan (2)" [An-Nur], maka dicambuk perawan dan yang sudah menikah, dan tidak dirajam.

Dan dikatakan dalam jual beli yang diharamkan Rasulullah: Hanyalah diharamkan sebelum turun, maka ketika turun: "Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (275)" [Al-Baqarah], menjadi halal.

Dan riba: bahwa bagi laki-laki atas laki-laki hutang maka halal ia katakan: Apakah kamu bayar atau riba? Maka ditangguhkan daripadanya dan ditambah pada hartanya. Dan semisal-semisalnya banyak.

Maka siapa yang mengatakan ini menjadi penggugur sunnah Rasulullah secara umum, dan kata ini kebodohan dari yang mengatakannya.

Beliau berkata: Ya.

Dan sunnah Rasulullah seperti yang kucatat, dan siapa yang khilaf apa yang kukatakan padanya maka telah mengumpulkan kebodohan dengan sunnah dan kesalahan dalam kata dalam apa yang ia bodohi.

Beliau berkata: Maka sebutkan sunnah yang dinasakh dengan sunnah selain ini.

- [235] - فقلتُ له: السننُ الناسِخَةُ والمنسوخةُ مُفَرَّقَةٌ في مَواضِعِها، وإنْ رُدِّدَتْ طالَتْ.

قال: فيكفي منها بعضُها، فاذْكره مُخْتَصَرًا بَيِنًا.

فقلتُ: أخبرنا "مالك" عن "عبد الله بن أبي بكر بن محمد بن عمرو بن حَزْمٍ" عن "عبد الله بن واقِدٍ" عن "عبد الله بن عُمر" ، قال: "نَهَى رَسُوُل اللهِ عَنْ أَكْلِ لُحُومِ الضَّحَايَا بَعْدَ ثَلاَثٍ" ، قال "عبد الله بن أبي بكر" : فَذَكَرْتُ ذَلِكَ "لِعَمْرَةَ" ، فَقَالَتْ: صَدَقَ، سَمِعْتُ "عَائِشَةَ" تقول: "دَفَّ (1) نَاسٌ مِنْ أَهْلِ البَادِيَةِ حَضْرَةَ الأَضْحَى فِي زَمَانِ النَّبِيِّ، فَقَاَل النَّبِيُّ: ادَّخِرُوا لِثَلاَثٍ وَتَصَدَّقُوا بِمَا بَقِيَ. قَالَتْ: فَلَمَّا كَانَ بَعْدَ ذَلِكَ قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، لَقَدْ كَانَ النَّاسُ يَنْتَفِعُونَ بِضَحَايَاهُمْ، يُجْمِلُونَ - [236] - مِنْهَا الوَدَكَ (2) وَيَتَّخِذُونَ الأَسْقِيَةَ، فَقَالَ رسولُ اللهِ: ومَا ذَاكَ، - أوْ كَمَا قَالَ -، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، نَهَيْتَ عَنْ إمْسَاكِ لُحُومِ الضَّحَايَا بَعْدَ ثَلَاثٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: إنَّمَا نَهَيْتُكُمْ مِنْ أَجْلِ الدَّافَّةِ الَّتِي دَفَّتْ حَضْرَةَ الأَضْحَى، فَكُلُوا وَتَصَدَّقُوا وادّخِرُوا" (3) .

وأخبرنا "ابن عُيَيْنَة" عن "الزهري" عن "أبي عُبَيْد" مولى "ابن أزْهَرَ" ، قال: شَهِدْتُ العِيدَ مَعَ "علي بن أبي طالب" فسَمِعتُهُ يقول: لاَ يَأْكُلَنَّ أحَدُكُمْ مِنْ لَحْمِ نُسُكِهِ بَعْدَ ثَلاَثٍ.

أخْبَرَنا الثِّقة عن "مِعْمَرٍ" عن "الزهري" عن "أبي عبيد" - [237] - عن "علي" أنه قال: قال رسول الله: "لاَ يَأْكُلَنَّ أحَدُكُمْ مِنْ لَحْمِ نُسُكِهِ بَعْدَ ثَلَاثٍ" (4) .

أخبرنا "ابن عيينة" عن "إبراهيم بن مَيْسَرَةَ" قال: سمعت "أنس بن مالك" يقول: إنَّا لَنَذْبَحُ مَا شَاءَ اللهُ مِنْ ضَحَايَانَا، ثُمَّ نَتَزَوَّدُ بَقِيَّتَهَا إلىَ البَصْرَةِ.

قال "الشافعي" : فهذه الأحاديث تَجْمع معانِيَ، منها: - [238] - أنَّ حديث "علي" عن النبي في النهي عَنْ إمْساك لُحُوم الضَّحايا بعْد ثلاثٍ، وحديث "عبد الله بن واقِدٍ" ، مُوتَفِقَانِ عن النبي.

وفيها دِلالة على أنَّ "عَلِيَّاً" سمع النهيَ مِن النبي، وأنَّ النهيَ بَلَغَ "عبدَ الله بن واقد" .

ودلالةٌ على أن الرُّخْصَةَ مِن النبي لم تبلُغْ "علياً" ولا "عبدَ الله بن واقد" ، ولو بَلَغَتْهمَا الرُّخْصَةُ، مَا حَدَّثاَ بالنهي، والنَّهْيُ منسوخ، وتَرَكا الرخصةَ، والرخصةُ ناسخة، والنهي منسوخ لا يَسْتَغْنِي سامِعُه عَنْ علم ما نَسَخَهُ.

وقولُ "أنس بن مالك" : كنا نَهْبِطُ بِلحوم الضحايا البَصْرَةَ، يَحْتَملُ أنْ يكونَ "أنس" سَمِعَ الرخصةَ ولم يسمَعْ النهيَ قَبْلَهَا، فَتَزَود بالرخصة ولم يسمع نهياً أو سمع الرخصةَ والنهيَ، فكان النهيُ منسوخاً، فلم يذكرْهُ.

فقال كلُّ واحِدٍ من المُخْتَلِفَينَ بما عَلِمَ.

وهكذا يجب على مَنْ سَمِعَ شيئاً مِن رسول الله، أو ثَبَتَ له عنه: أنْ يقولَ بما سَمِعَ، حتى يعلَمَ غيرَه.

(1) دَفَّ: (دَفَّت) الجماعةُ (تَدِفُّ) مِن باب: ضرب، (دَفِيفًا) : سارتْ سيراً لَيِّنًا، فهي (دَافَّةٌ) [المصباح المنير - الفَيُّومي] .

(2) الوَدَكُ: الدَّسَمُ [القاموس المحيط - فيروز آبادي] .

(3) مسلم: كتاب الأضاحي/3643؛ أبو داود: الضحايا/2429؛ مالك: كتاب الضحايا/918.

(4) مسلم: كتاب الأضاحي/3639؛ النسائي: كتاب الضحايا/4347؛ أحمد: مسند العشرة المبشرين بالجنة/1131؛ مسند الشافعي/470.

قال "الشافعي" : فلما حَدَّثَتْ عائشةُ عَن النبي بالنهي عَنْ إمْساك لُحوم الضحايا بعد ثلاثٍ، ثم بالرخصة فيها بعد النهي، وأنَّ رسولَ الله أخْبَرَ أنَّه نهى عن إمساك لحوم الضحايا بعد ثلاث للدَّافَّة: كان الحديث التَّام المحفوظ أوَّلُه وآخِرُه وسَبَبُ التحريم والإحلال فيه: حديثُ عائشة عن النبي، وكان على مَنْ عَلِمَهُ أنْ يصيرَ إليه.

وحديثُ عائشة مِنْ أبْيَنِ ما يوجَدُ في الناسخ والمنسوخ مِن السُّنَنِ.

وهذا يَدل على أنَّ بعض الحديث يُخَصُّ، فيُحْفظ بعضُه دون بعض، فيُحفظ منه شيء كان أوَّلاً ولا يُحفظ آخِرًا، ويُحْفظ أخِراً ولا يُحفظ أوَّلاً، فيُؤَدِّي كلٌّ ما حَفِظَ.

فالرخصةُ بعْدَها في الإمساك والأكْل والصدقة مِن لحوم الضحايا إنما هي لواحدٍ من مَعْنَيَيْنِ، لِاخْتِلَاف الحالَيْن:

فإذا دَفَّت الدَّافَّةُ ثَبَتَ النهيُ عَن إمْساك لحوم الضحايا بعد ثلاثٍ، وإذا لم تَدِفَّ دافَّة فالرخصةُ ثابِتة بالأكْل والتَّزَوُّدِ والادِّخارِ والصَّدَقَةِ.

[235] Maka aku katakan kepadanya: Sunnah nasikh dan mansukh tersebar di posisi-posisinya, dan jika diulang panjang.

Beliau berkata: Cukup daripadanya sebagian, maka sebutkan secara ringkas jelas.

Maka aku katakan: Kami diberitahu oleh Malik dari Abdullah bin Abi Bakr bin Muhammad bin Amru bin Hazm dari Abdullah bin Waqid dari Abdullah bin Umar, beliau berkata: "Rasulullah melarang makan daging kurban setelah tiga," kata Abdullah bin Abi Bakr: Maka aku sebutkan itu kepada 'Amrah, maka beliau katakan: Benar, aku mendengar 'Aisyah berkata: "Datanglah sekelompok dari penduduk badui hadir Id al-Adha pada zaman Nabi, maka Nabi bersabda: Simpan untuk tiga dan sedekahkan yang tersisa. Beliau katakan: Maka ketika setelah itu dikatakan: Wahai Rasulullah, sesungguhnya manusia memanfaatkan kurban mereka, membuat [236] dari itu wadak (2) dan membuat bejana, maka Rasulullah bersabda: Apa itu, atau seperti apa yang beliau katakan -, mereka katakan: Wahai Rasulullah, kamu larang menyimpan daging kurban setelah tiga, maka Rasulullah bersabda: Sesungguhnya aku melarang kalian karena kelompok yang datang hadir Id al-Adha, maka makanlah dan sedekahkan dan simpanlah" (3).

Dan kami diberitahu oleh Ibn Uyainah dari az-Zuhri dari Abu Ubayd mawla Ibn Azhar, beliau katakan: Aku menyaksikan Id bersama Ali bin Abi Thalib maka aku mendengarnya bersabda: Janganlah salah seorang dari kalian makan dari daging kurban setelah tiga.

Kami diberitahu oleh yang thiqah dari Mi'mar dari az-Zuhri dari Abu Ubayd [237] dari Ali bahwa beliau katakan: Rasulullah bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian makan dari daging kurban setelah tiga" (4).

Kami diberitahu oleh Ibn Uyainah dari Ibrahim bin Maisarah, beliau katakan: Aku mendengar Anas bin Malik berkata: Sesungguhnya kami menyembelih apa yang Allah kehendaki dari kurban kami, kemudian kami bekal sisanya ke Basrah.

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka hadis-hadis ini mengumpulkan makna-makna, daripadanya: [238] bahwa hadis Ali tentang Nabi dalam larangan menyimpan daging kurban setelah tiga, dan hadis Abdullah bin Waqid, mutafiq dari Nabi.

Dan padanya dalil bahwa Ali mendengar larangan dari Nabi, dan bahwa larangan itu sampai kepada Abdullah bin Waqid.

Dan dalil bahwa rukhsah dari Nabi tidak sampai kepada Ali dan Abdullah bin Waqid, dan jika rukhsah itu sampai kepada keduanya, tidak akan mereka hadiskan dengan larangan, dan larangan mansukh, dan meninggalkan rukhsah, dan rukhsah nasikh, dan larangan mansukh tidak memerlukan pendengarnya ilmu apa yang menasakhnya.

Dan kata Anas bin Malik: Kami turun dengan daging kurban ke Basrah, memungkinkan bahwa Anas mendengar rukhsah dan tidak mendengar larangan sebelumnya, maka bekal dengan rukhsah dan tidak mendengar larangan atau mendengar rukhsah dan larangan, maka larangan mansukh, maka tidak menyebutkannya.

Maka masing-masing dari yang mukhtalif katakan dengan apa yang diketahuinya.

Dan demikian wajib atas siapa yang mendengar sesuatu dari Rasulullah, atau thabit baginya daripadanya: bahwa katakan dengan apa yang didengarnya, hingga mengetahui yang lain.

(1) Daffa: (daffat) kelompok (tadifu) dari bab: daraba, (dafifan): berjalan lembut, maka ia (daffah) [Al-Mishbah al-Munir al-Fayyumi].

(2) Al-Wadak: dasam [Al-Qamus al-Muhit al-Firuzabadi].

(3) Muslim: Kitab al-Adhahi/3643; Abu Dawud: al-Dhahaya/2429; Malik: Kitab al-Dhahaya/918.

(4) Muslim: Kitab al-Adhahi/3639; an-Nasai: Kitab al-Dhahaya/4347; Ahmad: Musnad al-'Asyrat al-Mubasyyirin bil-Jannah/1131; Musnad asy-Syafi'i/470.

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka ketika 'Aisyah hadiskan dari Nabi larangan menyimpan daging kurban setelah tiga, kemudian rukhsah di dalamnya setelah larangan, dan bahwa Rasulullah memberitahu bahwa ia melarang menyimpan daging kurban setelah tiga karena daffah: maka hadis yang sempurna yang dihafal awalnya dan akhirnya dan sebab pengharaman dan pengizinan di dalamnya: hadis 'Aisyah dari Nabi, dan wajib atas siapa yang mengetahuinya untuk pergi kepadanya.

Dan hadis 'Aisyah dari yang paling jelas apa yang ada dalam nasikh dan mansukh dari sunnah-sunnah.

Dan ini menunjukkan bahwa sebagian hadis dikhususkan, maka dihafal sebagiannya selain sebagian, dihafal daripadanya sesuatu yang awal dan tidak dihafal akhir, dan dihafal akhir dan tidak dihafal awal, maka masing-masing sampaikan apa yang dihafalnya.

Maka rukhsah sesudahnya dalam menyimpan dan makan dan sedekah dari daging kurban hanyalah untuk salah satu dari dua makna, karena perbedaan kedua keadaan:

Jika datang daffah thabit larangan menyimpan daging kurban setelah tiga, dan jika tidak datang daffah maka rukhsah thabit dengan makan dan bekal dan simpan dan sedekah.

- [240] - ويُحتمل أنْ يكونَ النهي عَن إمْساك لحوم الضَّحايا بَعْد ثلاث منسوخاً في كلِّ حالٍ، فيُمْسك الإنسان مِن ضحيَّتِه ما شاء، ويتَصَدَّق بما شَاء.

وجهٌ آخَرُ مِن الناسخ والمنسوخ.

أخبرنا "محمد بن إسماعيل بن أبي فُدَيْكٍ" عن "ابن أبي ذِئْبٍ" عن "المَقْبُرِيِّ" عن "عبد الرحمن بن أبي سعيد" عن "أبي سعيد - [243] - الخُدْرِي" ، قال: "حُبِسْنَا يَوْمَ الخَنْدَقِ عَنِ الصَّلَاةِ، حَتَّى كَانَ بَعْدَ المَغْرِبِ بِهَوِىٍ مِنَ اللَّيْلِ، حَتَّى كُفِينَا، وَذَلِكَ قَوْلُ اللهِ:" وَكَفَى اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ الْقِتَالَ وَكَانَ اللَّهُ قَوِيًّا عَزِيزًا (25) " [الأحزاب] ، قَالَ: فَدَعَا رَسُولُ اللهِ بِلاَلاً، فَأَمَرَهُ فَأَقامَ الظُّهْرَ، فَصَلَّاهَا فَأَحْسَنَ صَلاَتَهَا كَمَا كَانَ يُصَلِّيهَا فِي وَقْتِهَا، ثُمَّ أَقَامَ العَصْرَ فَصَلاَّهاَ كَذَلِكَ، ثُمَّ أَقاَمَ المَغْرِبَ فَصَلاَّهَا كَذَلِكَ، ثُمَّ أقَامَ العِشَاءَ، فَصَلاَّهَا كَذَلِكَ أيْضًا، قَالَ: وَذَلِكَ قَبْلَ أنْ أَنْزَلَ اللهُ فِي صَلاَةِ الخَوْفِ:" فَرِجَالاً أَوْ رُكْبَانًا (239) " [البقرة] " (1) .

"الشافعي" : فَلمَّا حَكَى "أبو سعيد" أنَّ صَلاة النبي عامَ الخنْدَق كانت قَبْل أنْ يُنْزَلَ في صلاة الخوف: "فَرِجَالاً أَوْ رُكْبَانًا (239) " [البقرة] ، استدللنا على أنه لم يصل صلاة الخوف إلا بعدها، إذْ حضرها "أبو سعيد" ، وحكى تأخيرَ الصَّلَوات حتى خَرَجَ مِن وَقْت عامَّتها، وحكى أنَّ ذلك قبْل نُزُول صلاةِ الخوْفِ.

[240] Dan memungkinkan bahwa larangan menyimpan daging kurban setelah tiga mansukh dalam segala keadaan, maka manusia simpan dari kurbannya apa yang diinginkannya, dan sedekah dengan apa yang diinginkannya.

Wajah lain dari nasikh dan mansukh.

Kami diberitahu oleh Muhammad bin Ismail bin Abi Fudaik dari Ibn Abi Dhi'b dari al-Maqburi dari Abdurrahman bin Abi Sa'id dari Abu Sa'id [243] al-Khudri, beliau katakan: "Kami ditahan pada hari Khandaq dari shalat, hingga setelah Maghrib dengan gelap malam, hingga gelap kami, dan itu firman Allah: 'Dan cukuplah Allah menolong orang-orang mukmin berperang dan Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa (25)' [Al-Ahzab], beliau katakan: Maka Rasulullah memanggil Bilal, maka perintahnya lalu iqamah Zhuhur, maka shalatnya dan memperbagus shalatnya seperti yang beliau shalati pada waktunya, kemudian iqamah Ashar maka shalatnya demikian, kemudian iqamah Maghrib maka shalatnya demikian, kemudian iqamah Isya', maka shalatnya demikian juga, beliau katakan: Dan itu sebelum Allah menurunkan dalam shalat takut: 'Maka (shalat) berjalan kaki atau tunggangan (239)' [Al-Baqarah]" (1).

Beliau (Syafi'i): Maka ketika Abu Sa'id ceritakan bahwa shalat Nabi tahun Khandaq adalah sebelum diturunkan dalam shalat takut: 'Maka (shalat) berjalan kaki atau tunggangan (239)' [Al-Baqarah], kami istidlal bahwa beliau tidak shalat shalat takut kecuali sesudahnya, karena Abu Sa'id hadir padanya, dan ceritakan penundaan shalat-shalat hingga keluar dari waktu umumnya, dan ceritakan bahwa itu sebelum turun shalat takut.

- [244] - قال: فلا تُؤَخَّر صلاةُ الخوف بحالٍ أبداً عَن الوقت إن كانتْ فِي حَضَرٍ، أو عن وقت الجَمْعِ في السَّفَرِ، بخوفٍ ولا غيره، ولكن تُصَلَّى كما صَلَّى رسولُ الله.

والذي أخَذْنا به في صلاة الخوف أنَّ "مالكاً" أخبرنا عن "يزيد بن رُومان" عن "صالح بن خَوَّاتٍ" عَن مَن صَلَّى مَعَ رسولِ الله صلاة الخوف يوم ذات الرِّقاع: "أنَّ طَائِفَةً صَفَّتْ مَعَهُ، وَطَائِفَةٌ وُجَاهَ العَدُوِّ، فَصَلَّى بالذين مَعَهُ رَكْعَةً، ثُمَّ ثَبَتَ قاَئِمًا وأَتَمُّوا لِأَنْفُسِهِمْ، ثُمَّ انْصَرَفُوا، فَصَفُّوا وُجَاهَ العَدُوِّ، وَجَاءَت الطَّائِفَةُ الأُخْرَى فَصَلَّى بِهِمْ الرَكعَةَ الَّتِي بَقِيَتْ مِنْ صَلَاِتِه، ثُمَّ ثَبَتَ جَالِسًا وَأَتَمُّوا لِأَنْفُسِهِمْ، ثُمَّ سَلَّمَ بِهِمْ" (2) .

قال: أخبرنا مَنْ سمع عبدَ الله بن عمر بن حفص "يُخْبِر عن أخيه" عبيد الله بن عمر "عن" القاسم بن محمد "عن" صالح بن خوات بن جبير "عن أبيه عن النبي مِثْلَهُ."

[244] Beliau katakan: Maka tidak ditunda shalat takut dalam keadaan apa pun selamanya dari waktu jika di hadar, atau dari waktu jamak dalam safar, karena takut atau yang lain, tapi dishalati seperti shalat Rasulullah.

Dan yang kami ambil dalam shalat takut adalah bahwa Malik memberitahu kami dari Yazid bin Ruman dari Shalih bin Khawwat dari yang shalat bersama Rasulullah shalat takut hari Dhatus Riqa': "Bahwa sekelompok berdiri bersamanya, dan sekelompok menghadap musuh, maka shalat dengan yang bersamanya satu rakaat, kemudian thabit berdiri dan mereka sempurnakan untuk diri mereka, kemudian pergi, berdiri menghadap musuh, dan datang sekelompok yang lain maka shalat dengan mereka rakaat yang tersisa dari shalatnya, kemudian thabit duduk dan mereka sempurnakan untuk diri mereka, kemudian salam dengan mereka" (2).

Beliau katakan: Memberitahu kami yang mendengar Abdullah bin Umar bin Hafs "memberitahu dari saudaranya" Ubaydillah bin Umar "dari" al-Qasim bin Muhammad "dari" Shalih bin Khawat bin Jubair "dari ayahnya dari Nabi seperti itu."

- [245] - قال: وقَدْ رُوِىَ أنَّ النبي صَلَّى صَلاة الخوف على غَيْرِ ما حَكَى "مالك" .

وإنما أخذْنَا بهذا دونَه لأنه كان أشْبَهَ بالقُرَآن، وأقوى في مكايدة العدوِّ.

وقد كتبنا هذا بالاختلاف فيه، وتَبَيُّنِ الحجَّة في {كتاب الصلاة} ، وتركْنا ذكْرَ مَنْ خالَفَنا فيه وفي غيره من الأحاديث، لِأنَّ ما خُولِفْنَا فيه منها مُفْتَرِقٌ في كتبه.

(1) أحمد: باقي مسند المكثرين/10769؛ الدارمي: كتاب الصلاة/1483؛ مسند الشافعي: 553.

(2) البخاري: كتاب المغازي/3817؛ مسلم: كتاب صلاة المسافرين وقصرها/1390؛

النسائي: كتاب صلاة الخوف/1519؛ أبو داود: كتاب الصلاة/1049؛ مالك: كتاب النداء للصلاة/394.

وجه آخر.

قال الله - تبارك وتعالى: "وَاللَّاتِي يَأْتِينَ الْفَاحِشَةَ مِنْ نِسَائِكُمْ فَاسْتَشْهِدُوا عَلَيْهِنَّ أَرْبَعَةً مِنْكُمْ فَإِنْ شَهِدُوا فَأَمْسِكُوهُنَّ فِي الْبُيُوتِ حَتَّى يَتَوَفَّاهُنَّ الْمَوْتُ أَوْ يَجْعَلَ اللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلًا (15) وَاللَّذَانِ يَأْتِيَانِهَا مِنْكُمْ فَآذُوهُمَا فَإِنْ تَابَا وَأَصْلَحَا فَأَعْرِضُوا عَنْهُمَا (16) " [النساء] .

فكان حدُّ الزانيين بهذه الآية الحبْسَ والأذى، حتى أنزلَ اللهُ على رسوله حَدَّ الزنا، فقال: "الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ (2) " [النور] ، وقال في الإماء: "فَإِذَا أُحْصِنَّ فَإِنْ أَتَيْنَ بِفَاحِشَةٍ فَعَلَيْهِنَّ نِصْفُ مَا عَلَى الْمُحْصَنَاتِ مِنْ الْعَذَابِ (25) " [النساء] ، فَنُسِخ الحبس عَن الزُّناة، وثَبَتَ عليهم الحُدُودُ.

ودلَّ قولُ الله في الإماء: "فَعَلَيْهِنَّ نِصْفُ مَا عَلَى الْمُحْصَنَاتِ مِنْ الْعَذَابِ (25) " [النساء] : على فَرْقِ اللهِ بَيْنَ حدِّ المَماليك والأحْرار في الزِّنا، وعلى أنَّ النصفَ لا يكونُ إلاَّ مِنْ جلْد، لأن الجلْدَ بِعَدَدٍ، ولا يكون مِن رَجْمٍ، لأن الرَّجمَ إتْيانٌ على النِّفْس بلا عدد، لأنه قد يُؤْتىَ عليها بِرَجْمَةٍ واحِدة، وبألفٍ وأكثرَ، فلا نِصْف - [247] - لمِا لا يُعْلَمُ بعدد، ولا نصف للنفس فيؤتى بالرجم على نِصْف النفس.

واحتمل قولُ الله في سورة النور: "الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ (2) " ، أن يكونَ على جميع الزُّناةِ الأحْرار، وعلى بَعْضِهِم دُون بعض، فاسْتَدللنا بسنة رسولِ الله - بِأَبي هو وأُمِّي - على مَنْ أُريدَ باِلمائة جَلدةٍ.

أخبرنا "عبد الوهاب" عن "يونس بن عُبَيْدٍ" عن "الحسن" عن "عُبادَة بن الصَّامِت" أنَّ رسولَ الله قال: "خُذُوا عَنِّي، خُذُوا عَنِّي، قَدْ جَعَلَ اللهُ لَهُنَّ سَبِيلاً: البِكْرُ بِاْلبِكْرِ جَلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيبُ عَامٍ، وَالثَّيِّبُ بِالثَِّّبِ جَلْدُ مِائَةٍ وَالرَّجْمُ" (1) .

قال: فدلَّ قولُ رسولِ الله: "قَدْ جَعَلَ اللهُ لَهُنَّ سَبِيلاً" ، على أنَّ هذا أولُ ما حُدَّ به الزُّناةُ، لأنَّ اللهَ يقول: "حَتَّى يَتَوَفَّاهُنَّ الْمَوْتُ أَوْ يَجْعَلَ اللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلًا (15) " [النساء] .

[245] Beliau katakan: Dan telah diriwayatkan bahwa Nabi shalat shalat takut atas selain apa yang diceritakan Malik.

Dan hanyalah kami ambil ini selainnya karena ia lebih mirip dengan Al-Qur'an, dan lebih kuat dalam memerangi musuh.

Dan kami tulis ini dengan perbedaan padanya, dan penjelasan hujjah dalam {Kitab ash-Shalat}, dan tinggalkan sebutan siapa yang khilaf kami padanya dan pada yang lain dari hadis-hadis, karena apa yang kami khilafi padanya tersebar di kitab-kitabnya.

(1) Ahmad: Baqi Musnad al-Mukatsirin/10769; ad-Darimi: Kitab ash-Shalat/1483; Musnad asy-Syafi'i: 553.

(2) Al-Bukhari: Kitab al-Maghazi/3817; Muslim: Kitab Shalat al-Musafirin wa Qashruha/1390; an-Nasai: Kitab Shalat al-Khauf/1519; Abu Dawud: Kitab ash-Shalat/1049; Malik: Kitab an-Nida' li ash-Shalat/394.

Wajah lain.

Allah berfirman Maha Suci dan Maha Tinggi: "Dan wanita-wanita yang datang dengan perbuatan keji dari istri-istrimu, maka hendaklah kamu adili mereka dengan empat dari kamu, jika mereka bersaksi maka tahanlah mereka dalam rumah-rumah hingga mematikan mereka kematian atau Allah jadikan bagi mereka jalan (15) dan dua laki-laki yang datang dengannya dari kamu, maka azabilah keduanya, jika mereka bertaubat dan memperbaiki diri maka berpalinglah dari keduanya (16)" [An-Nisa'].

Maka, had zina dengan ayat ini adalah penahanan dan azab, hingga Allah turunkan atas Rasul-Nya had zina, maka beliau bersabda: "Perempuan pezina dan laki-laki pezina, maka deralah masing-masing seratus cambukan (2)" [An-Nur], dan beliau bersabda dalam budak perempuan: "Maka jika mereka muhshanah, jika datang dengan perbuatan keji maka atas mereka setengah dari apa yang atas muhshanah dari azab (25)" [An-Nisa'], maka penahanan dinasakh dari pezina, dan thabit atas mereka hudud.

Dan menunjukkan firman Allah dalam budak perempuan: "Maka atas mereka setengah dari apa yang atas muhshanah dari azab (25)" [An-Nisa']: pada perbedaan Allah antara had budak dan bebas dalam zina, dan bahwa setengah tidak menjadi kecuali dari cambuk, karena cambuk dengan bilangan, dan tidak menjadi dari rajam, karena rajam datang pada jiwa tanpa bilangan, karena kadang datang padanya dengan satu rajaman, dan seribu dan lebih, maka tidak ada setengah [247] untuk apa yang tidak diketahui dengan bilangan, dan tidak ada setengah untuk jiwa sehingga datang rajam pada setengah jiwa.

Dan memungkinkan firman Allah dalam surah An-Nur: "Perempuan pezina dan laki-laki pezina, maka deralah masing-masing seratus cambukan (2)", bahwa atas segala pezina bebas, dan atas sebagiannya selain sebagian, maka kami istidlal dengan sunnah Rasulullah ayahku dan ibuku fida pada siapa yang dimaksud dengan seratus cambuk.

Kami diberitahu oleh Abd al-Wahhab dari Yunus bin Ubayd dari al-Hasan dari Ubaydah bin ash-Shamit bahwa Rasulullah bersabda: "Ambillah daripadaku, ambillah daripadaku, sesungguhnya Allah jadikan bagi mereka jalan: Perawan dengan perawan cambuk seratus dan pengasingan setahun, dan yang sudah menikah dengan yang sudah menikah cambuk seratus dan rajam" (1).

Beliau katakan: Maka menunjukkan firman Rasulullah: "Sesungguhnya Allah jadikan bagi mereka jalan", bahwa ini yang pertama dihukum padanya pezina, karena Allah bersabda: "Hingga mematikan mereka kematian atau Allah jadikan bagi mereka jalan (15)" [An-Nisa'].

- [248] - ثم رَجَمَ رسولُ الله "ماعِزاً" ولم يَجْلِده، وامْرَأة "الأسْلَمي" ولم يجْلدها، فدلتْ سنة سول الله على أن الجلد منسوخ عن الزانيين الثيبين.

قال: ولم يكن بين الأحرار في الزنا فَرْق إلا بالإحصان بالنكاح وخلافِ الإحصان به.

وإذ كان قولُ النبي: "قَدْ جَعَلَ اللهُ لَهُنَّ سَبِيلاً، البِكْرُ بِالبِكْرِ جَلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيبُ عَامٍ" ، ففي هذا دِلالة على أنَّه أوَّل ما نُسِخَ الحبْسُ عَن الزانيين، وحُدَّا بعد الحبس، وأنَّ كلَّ حَدٍّ حَدَّهُ الزانيين فلا يكون إلا بعد هذا، إذْ كان هذا أوَّلَ حَدِّ الزانيين.

أخبرنا "مالك" عن "ابن شهاب" عن "عُبَيْد الله - [249] - بن عبد الله" عن "أبي هُرَيْرَةَ" و "زيد بن خالد" أنهما أخْبَرَاهُ: "أَنَّ رَجُلَيْنِ اخْتَصَمَا إِلَى رَسُولِ اللهِ، فَقَالَ أَحَدُهُمَا: يَا رَسُولَ اللهِ! اقْضِ بَيْنَنَا بِكِتَابِ اللهِ؟ وَقَالَ الآخَرُ - وَهُوَ أَفْقَهُهُمَا: أَجَلْ يَا رَسُولَ اللهِ، فَاقْضِ بَيْنَنَا بِكِتَابِ اللهِ، وَائْذِنْ لِي فِي أنْ أَتَكَلَّمَ، قَالَ: تَكَلَّمْ، قَالَ: إنَّ ابْنِي كَانَ عَسِيفًا (2) عَلَى هَذَا، فَزَنَى بِامْرَأَتِهِ، فَأُخْبِرْتُ أنَّ عَلَى اِبْنِي الرَّجْمُ، (3) فَافْتَدَيْتُ مِنْهُ بِمِائَةِ شَاةٍ وَجَارِيَةٍ لِي، ثُمَّ إِنِّي سَأَلْتُ أَهْلَ العِلْمِ، فَأَخْبَرُونِي أَنَّ عَلَى ابْنِي جَلْدَ مِائَةٍ وَتَغْرِيبَ عَامٍ، وإنَّمَا الرَّجْمُ عَلَى امْرَأَتِهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: والَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَأَقْضِيَنَّ - [250] - بَيْنَكُمَا بِكِتَابِ اللهِ، أمَّا غَنَمُكَ وَجَارِيَتُكَ فَرَدٌّ إِلَيْكَ. وَجَلَدَ ابْنَهُ مِائَةً وَغَرَّبَهُ عَامًا، وَأَمَرَ" أَنِيسً (4) الأَسْلَمِيَّ "أَنْ يَأْتِيَ امْرَأَةَ الآخَرِ، فَإِنْ اعْتَرَفَتْ رَجَمَهَا، فَاعْتَرَفَتْ فَرَجَمَهَا" (5) .

أخبرنا "مالك" عن "نافع" عن "ابن عمر" : "أَنَّ النَّبِيَّ رَجَمَ يَهُودِيَيْنِ زَنَيَا" (6) .

قال: فثبت جلدُ مائة والنفيُ على البِكْرين الزانيين، والرجمُ على الثيبين الزانيين.

وإنْ كانَا ممن أُرِيدا بالجلد فقد نُسِخ عنهما الجلد مع الرجم، وإنْ لم يكونا أريدا بالجلد وأريد به البِكْران: فهُما مخالفان لِلثَّيِّبَيْنِ.

[248] Kemudian Rasulullah merajam Ma'iz dan tidak mencambuknya, dan wanita al-Aslami dan tidak mencambuknya, maka sunnah Rasulullah menunjukkan bahwa cambuk mansukh dari pezina yang sudah menikah.

Beliau katakan: Dan tidak ada perbedaan antara bebas dalam zina kecuali dengan ihshan dengan nikah dan khilaf ihshan dengannya.

Dan karena firman Nabi: "Sesungguhnya Allah jadikan bagi mereka jalan, perawan dengan perawan cambuk seratus dan pengasingan setahun", maka padanya dalil bahwa yang pertama penahanan dinasakh dari pezina, dan had setelah penahanan, dan bahwa segala had yang menghukum pezina maka tidak menjadi kecuali setelah ini, karena ini yang pertama had pezina.

Kami diberitahu oleh Malik dari Ibn Syihab dari Ubaydillah [249] bin Abdullah dari Abu Hurairah dan Zaid bin Khalid bahwa keduanya memberitahunya: "Bahwa dua laki-laki berselisih kepada Rasulullah, maka salah satunya katakan: Wahai Rasulullah! Hakimi kami dengan Kitab Allah? Dan yang lain dan ia yang lebih faham di antara keduanya: Ya wahai Rasulullah, hakimi kami dengan Kitab Allah, dan izinkan aku berbicara, beliau katakan: Bicara, beliau katakan: Sesungguhnya anakku adalah pekerja (2) atas ini, maka zina dengan istrinya, maka diberitahu bahwa atas anakku rajam, (3) maka aku tebus daripadanya dengan seratus kambing dan budak perempuanku, kemudian sesungguhnya aku tanya ahli ilmu, maka mereka beritahu bahwa atas anakku cambuk seratus dan pengasingan setahun, dan hanyalah rajam atas istrinya? Maka Rasulullah katakan: Demi yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh aku akan hakimi [250] di antara kalian dengan Kitab Allah, adapun kambingmu dan budak perempuanmu kembalikan kepadamu. Dan dicambuk anaknya seratus dan diasingkan setahun, dan perintah Anas (4) al-Aslami bahwa datangi wanita yang lain, jika mengaku rajam dia, maka mengaku dirajam" (5).

Kami diberitahu oleh Malik dari Nafi' dari Ibn Umar: "Bahwa Nabi merajam dua Yahudi pezina" (6).

Beliau katakan: Maka thabit cambuk seratus dan pengasingan atas dua pezina perawan, dan rajam atas dua pezina yang sudah menikah.

Dan jika keduanya termasuk yang dimaksud dengan cambuk maka cambuk dinasakh daripadanya dengan rajam, dan jika tidak termasuk yang dimaksud dengan cambuk dan dimaksud dengannya dua perawan: maka keduanya bertentangan dengan dua yang sudah menikah.

- [251] - ورَجْمُ الثيبين بَعْد آية الجلد، بما رَوَى رسولُ الله عن الله، وهذا أشْبَهُ مَعانِيه وأوْلاَها به عندنا، واللهُ أعْلَمُ.

(1) مسلم: كتاب الحدود/1690؛ ابن ماجه: كتاب الحدود/2540؛ أحمد: مسند المكثرين/15345؛ مسند الشافعي: 252.

(2) العسيف: الأجير.

(3) هكذا ضُبطت بالرفع ولها وجهٌ فيكون الاسم ضمير الشأن.

(4) رسمها هكذا جائز وقدمنا شرحه.

(5) البخاري: كتاب الحدود/6337؛ النسائي: كتاب آداب القضاة/5315؛ مالك: كتاب الحدود/1293، قال مالك: العسيف: الأجير.

(6) البخاري: كتاب الحدود/6330؛ مسلم: كتاب الحدود/3211؛ الترمذي: كتاب الحدود/1356؛ ابن ماجه: كتاب الحدود/2546.

وجه آخر.

أخبرنا "مالك" عن "ابن شهاب" عن "أنس بن مالك" : "أنَّ النَّبِيَّ رَكِبَ فَرَسًا، فَصُرِعَ عَنْهُ، فَجُحِشَ شِقُّهُ الأَيْمَنُ (1) ، فَصَلَّى صَلاَةً مِنَ الصَّلَوَاتِ وَهُوَ قَاعِدٌ، وَصَلَّيْنَا وَرَاءَه قُعُودًا، فَلَمَّا انْصَرَفَ قال: إنَّمَا جُعِلَ الإمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا، وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا، وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا، وَإذَا قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، - [252] - فَقُولُوا: رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ، وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا أَجْمَعُونَ" (2) .

أخبرنا "مالك" عن "هشام بن عُرْوة" عن أبيه، عن "عائشة" ، أنها قالتْ: "صَلَّى رَسُولُ اللهِ فِي بَيْتِهِ، وَهُوَ شَاكٍ، فَصَلَّى جَالِسًا، وَصَلَّى وَرَاءَه قَوْمٌ قِيَامًا، فَأَشَارَ إلَيْهِمْ: أنْ اجْلِسُوا، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ: إنَّمَا جُعِلَ الإمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا، وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا، وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا جُلُوسًا" (3) .

قال: وهذا مثل حديث "أنس" ، وإنْ كان حديث "أنس" مُفَسَّرًا وأوْضَحَ مِن تَفْسيرِ هذا.

أخبرنا "مالك" عن "هشام بن عروة" عن أبيه: "أنَّ رَسُولَ اللهِ خَرَجَ فِي مَرَضِهِ، فَأَتَى" أبَا بكر "وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي بِالنَّاسِ، فَاسْتَأْخَرَ" أبو بكر "، فَأَشَارَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللهِ أَنْ كَمَا أَنْتَ، - [253] - فَجَلَسَ رَسُولُ اللهِ إِلَى جَنْبِ" أبي بكر "، فَكَانَ" أبو بكر "يُصَلِّي بِصَلَاةِ رَسُولِ اللهِ، وَكَانَ النَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ" أبي بكر "" (4) .

وبه يأخذ "الشافعي" .

قال: وذَكَرَ "إبراهيم النَّخَعِيُّ" عن "الأسود بن يزيد" عن "عائشة" عن رسول الله "وأبي بكر" مِثْل معنى حديث عروة: "أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى قَاعِدًا، و" أَبُو بَكْرٍ "قَائِمًا،، يُصَلِّي بِصَلاَةِ النَّبِيِّ، وَهُمْ وَرَاءَه قِيَامًا" (5) .

[251] Dan rajam dua yang sudah menikah setelah ayat cambuk, dengan apa yang diriwayatkan Rasulullah dari Allah, dan ini lebih mirip makna-maknanya dan lebih utamanya padanya menurut kami, dan Allah lebih mengetahui.

(1) Muslim: Kitab al-Hudud/1690; Ibn Majah: Kitab al-Hudud/2540; Ahmad: Musnad al-Mukatsirin/15345; Musnad asy-Syafi'i: 252.

(2) Al-'Asif: pekerja upahan.

(3) Demikian diukur dengan raf', dan padanya wajah bahwa nama itu dhamir sya'n.

(4) Demikian tulisannya boleh dan kami sebutkan penjelasannya.

(5) Al-Bukhari: Kitab al-Hudud/6337; an-Nasai: Kitab Adab al-Qadhi/5315; Malik: Kitab al-Hudud/1293, kata Malik: Al-'asif: pekerja upahan.

(6) Al-Bukhari: Kitab al-Hudud/6330; Muslim: Kitab al-Hudud/3211; at-Tirmidhi: Kitab al-Hudud/1356; Ibn Majah: Kitab al-Hudud/2546.

Wajah lain.

Kami diberitahu oleh Malik dari Ibn Syihab dari Anas bin Malik: "Bahwa Nabi menunggang kuda, maka jatuh daripadanya, maka tergores pinggul kanannya (1), maka shalat shalat dari shalat-shalat dalam duduk, dan kami shalat di belakangnya duduk, maka ketika selesai beliau katakan: Sesungguhnya imam dijadikan untuk diikuti, jika shalat berdiri maka shalat berdiri, jika ruku' maka ruku', jika i'tidal maka i'tidal, dan jika beliau katakan: Allah mendengar bagi yang memuji-Nya, [252] maka katakanlah: Tuhan kami dan bagi-Mu segala puji, dan jika shalat duduk maka shalat duduk semuanya" (2).

Kami diberitahu oleh Malik dari Hisham bin Urwah dari ayahnya, dari 'Aisyah, bahwa beliau katakan: "Rasulullah shalat dalam rumahnya, dan beliau sakit, maka shalat duduk, dan shalat di belakangnya sekelompok berdiri, maka beliau isyarat kepada mereka: Duduklah, maka ketika selesai beliau katakan: Sesungguhnya imam dijadikan untuk diikuti, jika ruku' maka ruku', jika i'tidal maka i'tidal, dan jika shalat duduk maka shalat duduk" (3).

Beliau katakan: Dan ini seperti hadis Anas, meskipun hadis Anas lebih dijelaskan dan lebih jelas daripada ta'wil ini.

Kami diberitahu oleh Malik dari Hisham bin Urwah dari ayahnya: "Bahwa Rasulullah keluar dalam sakitnya, maka datang kepada" Abu Bakr "dan beliau berdiri shalat dengan manusia, maka mundur" Abu Bakr ", maka isyarat Rasulullah kepadanya bahwa seperti engkau, [253] maka duduk Rasulullah di samping" Abu Bakr ", maka" Abu Bakr "shalat dengan shalat Rasulullah, dan manusia shalat dengan shalat" Abu Bakr "" (4).

Dan dengan ini Syafi'i mengambil.

Beliau katakan: Dan sebutkan Ibrahim an-Nakha'i dari al-Aswad bin Yazid dari 'Aisyah dari Rasulullah "dan Abu Bakr" seperti makna hadis Urwah: "Bahwa Nabi shalat duduk, dan" Abu Bakr "berdiri, shalat dengan shalat Nabi, dan mereka di belakangnya berdiri" (5).

- [254] - قال: فلما كانتْ صلاة النبي في مرضه الذي مات فيه، قاعِداً والناس خلفه قياماً، استدللنا على أنَّ أمرَه الناسَ بِالجُلوس في سَقْطَته عن الفرس: قبل مرضه الذي مات فيه، فكانت صلاته في مرضه الذي مات فيه، قاعداً والناس خلفه قياماً: ناسخةً، لأنْ يجلسَ الناس بجلوس الإمام.

وكان في ذلك دليلٌ بما جاءت به السنة وأجمع عليه - [255] - الناس، مِن أن الصلاة قائماً إذا أطاقها المُصَلِّي، وقاعداً إذا لم يُطق، وأنْ ليس للمطيق القيامَ مُنفرداً أنْ يُصَلِّيَ قاعداً.

فكانت سنةُ النبي أنْ صلَّى في مَرَضه قاعداً ومَنْ خلْفه قِياماً، مع أنها ناسخة لِسنته الأُولَى قبْلها: مُوافِقةً سنتَه في الصحيح والمريض، وإجماعَ الناس أنْ يُصلي كلُّ واحد مِنهما فرْضَه، كما يُصلي المريضُ خلْفَ الإمام الصحيح قاعدا والإمام قائماً.

وهكذا نقول: يصلي الإمامُ جالِساً ومَنْ خلْفه مِن الأصِحَّاء قِياماً، فيُصَلي كلُّ واحِد فرْضَه، ولوْ وَكَّلَ غَيْرَه كان حَسَنًا.

(1) أي: انْخَدَشَ جِلْده [النهاية - ابن الأثير] .

(2) البخاري: كتاب الأذان/648؛ مسلم: كتاب الصلاة/622؛ النسائي: كتاب الإمامة/823؛ أبو داود: كتاب الصلاة/509؛ ابن ماجه: كتاب إقامة الصلاة والسنة فيها/1228؛ مالك: كتاب النداء للصلاة/280.

(3) البخاري: كتاب الأذان/647؛ أحمد: مسند الأنصار/23994.

(4) البخاري: كتاب الأذان/642؛ مسلم: كتاب الصلاة/635؛ ابن ماجه: كتاب إقامة الصلاة والسنة فيها/1223؛ مالك: كتاب النداء للصلاة/282.

وقد أوْهَمَ بعضُ الناس، فقال: لا يَؤُمَّنَّ أحَدٌ بعد النبي جالساً، واحتجَّ بحديثٍ رواه مُنْقَطِعٍ عن رجل مَرْغوب - [256] - الرِّواية عنه، لا يَثْبُتُ بمثله حجة على أحدٍ، فيه: "لاَ يَؤُمَّنَّ أَحَدٌ بَعْدِي جَالِسًا" (1) .

(1) البيهقي: كتاب الصلاة/باب ما روي في النهي عن الإمامة جالسا، ج 3/ص 80.

قال: ولهذا أشباهٌ في السنة مِن الناسخ والمنسوخ.

وفي هذا دلالة على ما كان في مثل معناها، إنْ شاء الله.

وكذلك له أشباهٌ في كتاب الله، قد وصفنا بعضها - [259] - في كتابنا هذا، وما بقي مُفَرَّق في أحكام القُرَآن والسنة في مواضعه.

قال: فقال: فاذكر من الأحاديث المُخْتلِفة التي لا دِلالة فيها على ناسخ ولا منسوخ، والحجة فيما ذهبْتَ إليه منها دون ما تركتَ.

فقلت له: قد ذكرتُ قبل هذا (1) : أنَّ رسولَ الله صَلَّى صَلَاة الخوف يوم ذات الرِّقاع، فَصَفَّ بِطائفة، وطائفةٌ في غير صلاة بِإزَاءِ العدُوِّ، فصلى بالذين معه ركعة، وأتموا لأنفسهم، ثم انصرفوا فوقفوا بإزاء العدو، وجاءت الطائفة الأخرى فصلى بهم الركعة التي بقِيَتْ، ثم ثبت جالساً وأتموا لأنفسهم، ثم سَلَّمَ بهم.

قال: وروى "ابن عمر" عن النبي: أنَّهُ صَلَّى - [260] - صَلاَةَ الخَوْفِ خِلاَفَ هَذِهِ الصَّلاَةِ فِي بَعْضِ أمْرِهَا، فَقَالَ: صَلَّى رَكْعَةً بِطَائِفَةٍ، وَطَائِفَةٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ العَدُوِّ، ثُمَّ انْصَرَفَتِ الطَّائِفَةُ الَّتِي وَرَاءَه، فَكَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ العَدُوِّ، وَجَاءَتِ الطَّائِفَةُ الَّتِي لَمْ تُصَلِّ مَعَهُ، فَصَلَّى بِهِمْ الرّكعَةَ الَّتِي بَقِيَتْ عَلَيْهِ مِنْ صَلَاتِهِ، وَسَلَّمَ، ثُمَّ انْصَرَفُوا فَقَضَوْا مَعًا.

قال: وروى "أبو عَيَّاشٍ الزُّرَقِيُّ" : "أنَّ النَّبِيَّ صَلَّى يَوْمَ عُسْفَانَ و" خالدُ بن الوليد "بَيْنَهُ وَبَيْنَ القِبْلَةِ، فَصَفَّ بِالنَّاسِ مَعَهُ مَعًا، ثُمَّ رَكَعَ وَرَكَعُوا مَعًا، ثُمَّ سَجَدَ فَسَجَدَتْ مَعَهُ طَائِفَةٌ، - [261] - وَحَرَسَتْهُ طَائِفَةٌ، فَلَمَّا قَامَ مِنَ السُّجُودِ سَجَدَ الَّذِينَ حَرَسُوهُ، ثُمَّ قَامُوا فِي صَلاَتِهِ" (2) .

وقال "جابِرٌ" قَرِيباً مِنْ هذا المعنى.

قال: وقد رُوِيَ ما لا يَثْبُتُ مِثلُه بخلافها كلِّها.

(1) في ص 182.

(2) النسائي: كتاب صلاة الخوف/1531؛ أبو داود: كتاب الصلاة/1047.

فقال لي قائل: وكف صِرْتَ إلى الأخذ بصلاة النبي ذات الرِّقاع دون غيرها؟

فقلت: أمَّا حديث "أبي عَيَّاش" و "جابر" في صلاة الخوف فكذلك أقول، وإذا كان مثْلُ السبب الذي صلى له تلك الصلاةَ.

قال: وما هي؟

قلت: كان رسولُ الله في ألفٍ وأربعمائة، وكان "خالد بن الوليد" في مائتين، وكان منه بعيداً في صحراءَ واسعةٍ، لا يُطْمَعُ فيه، لقلةِ مَنْ معه، وكثرة مَنْ مع رسول الله، وكان الأغْلَب منه أنَّه مَأْمون على أن يَحْمِل عليه، ولو حمَل مِن بيْن يديْهِ رآه، وقد حُرِسَ منه في السجود، إذْ كان لا يَغِيبُ عنْ طَرْفِهِ.

فإذا كانت الحال بِقِلة العدو وبُعْدِه، وأن لا حائلَ دونه يستره، كما وصفتُ: أمَرْتُ بصلاة الخوف هكذا.

[254] Beliau katakan: Maka ketika shalat Nabi dalam sakitnya yang beliau mati di dalamnya, duduk dan manusia di belakangnya berdiri, kami istidlal bahwa amrnya manusia dengan duduk dalam jatuhnya dari kuda: sebelum sakitnya yang beliau mati di dalamnya, maka shalatnya dalam sakitnya yang beliau mati di dalamnya, duduk dan manusia di belakangnya berdiri: nasikh, karena duduk manusia dengan duduk imam.

Dan ada padanya dalil dengan apa yang dibawa sunnah dan disepakati [255] manusia, dari bahwa shalat berdiri jika mampu yang shalat, dan duduk jika tidak mampu, dan bahwa tidak bagi yang mampu berdiri sendiri untuk shalat wajib dari shalat duduk.

Maka sunnah Nabi bahwa shalat dalam sakitnya duduk dan yang di belakangnya berdiri, meskipun nasikh untuk sunnahnya yang pertama sebelumnya: mutafiq dengan sunnahnya dalam yang sehat dan sakit, dan ijma' manusia bahwa shalat masing-masing satu dari keduanya wajibnya, seperti shalat sakit di belakang imam sehat duduk dan imam berdiri.

Dan demikian kami katakan: Imam shalat duduk dan yang di belakangnya dari yang sehat berdiri, maka shalat masing-masing wajibnya, dan jika wakilkan yang lain bagus.

(1) Artinya: tergores kulitnya [An-Nihayah Ibn al-Atsir].

(2) Al-Bukhari: Kitab al-Adzan/648; Muslim: Kitab ash-Shalat/622; an-Nasai: Kitab al-Imamah/823; Abu Dawud: Kitab ash-Shalat/509; Ibn Majah: Kitab Iqaamah ash-Shalat wa Sunnah fiha/1228; Malik: Kitab an-Nida' li ash-Shalat/280.

(3) Al-Bukhari: Kitab al-Adzan/647; Ahmad: Musnad al-Anshar/23994.

(4) Al-Bukhari: Kitab al-Adzan/642; Muslim: Kitab ash-Shalat/635; Ibn Majah: Kitab Iqaamah ash-Shalat wa Sunnah fiha/1223; Malik: Kitab an-Nida' li ash-Shalat/282.

Dan telah menyesatkan sebagian manusia, maka katakan: Tidak boleh seseorang imam setelah Nabi duduk, dan istidlal dengan hadis yang diriwayatkan munqathi' dari laki-laki yang riwayatnya diragukan [256] riwayat daripadanya, tidak thabit dengan semisalnya hujjah atas siapa pun, padanya: "Tidak boleh seseorang imam setelahku duduk" (1).

(1) Al-Baihaqi: Kitab ash-Shalat/Bab ma ruwi fi an-Nahyi 'an al-Imamah Jalisa, j 3/sh 80.

Beliau katakan: Dan untuk ini semisal-semisalnya dalam sunnah dari nasikh dan mansukh.

Dan padanya dalil pada apa yang ada dalam seperti maknanya, jika Allah menghendaki.

Dan demikian semisal-semisalnya dalam Kitab Allah, sudah kucatat sebagiannya [259] dalam kitab kami ini, dan yang tersisa tersebar dalam hukum-hukum Al-Qur'an dan sunnah di posisi-posisinya.

Beliau katakan: Maka beliau katakan: Maka sebutkan dari hadis-hadis mukhtalifah yang dianggap berbeda oleh sebagian manusia juga.

Maka aku katakan kepadanya: Sudah kusebutkan sebelum ini (1): bahwa Rasulullah shalat shalat takut hari Dhatus Riqa', maka berdiri dengan sekelompok, dan sekelompok dalam selain shalat menghadap musuh, shalat dengan yang bersamanya rakaat, dan mereka sempurnakan untuk diri mereka, kemudian pergi maka berdiri menghadap musuh, dan datang sekelompok yang lain maka shalat dengan mereka rakaat yang tersisa, kemudian thabit duduk dan mereka sempurnakan untuk diri mereka, kemudian salam dengan mereka.

Beliau katakan: Dan diriwayatkan Ibn Umar dari Nabi: bahwa beliau shalat [260] shalat takut khilaf shalat ini dalam sebagian amrnya, maka katakan: Shalat rakaat dengan sekelompok, dan sekelompok di antaranya dan musuh, kemudian pergi sekelompok yang di belakangnya, maka menjadi di antaranya dan musuh, dan datang sekelompok yang tidak shalat bersamanya, maka shalat dengan mereka rakaat yang tersisa atasnya dari shalatnya, dan salam, kemudian pergi mereka qadha bersama.

Beliau katakan: Dan diriwayatkan Abu Ayyasy az-Zuraqi: "Bahwa Nabi shalat hari Usfan dan" Khalid bin al-Walid "di antaranya dan kiblat, maka berdiri dengan manusia bersamanya bersama, kemudian ruku' dan ruku' bersamanya, kemudian sujud maka sujud bersamanya sekelompok, [261] dan menjaganya sekelompok, maka ketika berdiri dari sujud sujud yang menjaganya, kemudian berdiri dalam shalatnya" (2).

Dan katakan Jabir mirip dari makna ini.

Beliau katakan: Dan telah diriwayatkan apa yang tidak thabit semisalnya khilaf semuanya.

(1) Di sh 182.

(2) An-Nasai: Kitab Shalat al-Khauf/1531; Abu Dawud: Kitab ash-Shalat/1047.

Maka berkata kepadaku seseorang: Dan kenapa kamu pergi ke pengambilan shalat Nabi Dhatus Riqa' selain yang lain?

Maka aku katakan: Adapun hadis Abu Ayyasy dan Jabir dalam shalat takut demikian aku katakan, dan jika seperti sebab yang shalat dengannya shalat itu.

Beliau katakan: Dan apa itu?

Aku katakan: Rasulullah dalam seribu empat ratus, dan Khalid bin al-Walid dalam dua ratus, dan jauh daripadanya dalam padang luas, tidak diinginkan padanya, karena sedikit yang bersamanya, dan banyak yang bersama Rasulullah, dan yang lebih banyak daripadanya bahwa aman dari yang dibebankan padanya, dan jika dibebankan dari depannya melihatnya, dan telah dijaga daripadanya dalam sujud, karena tidak hilang dari pandangannya.

Maka jika keadaan dengan sedikit musuh dan jauhnya, dan tidak ada penghalang di depannya yang menutupinya, seperti yang kucatat: aku perintah shalat takut demikian.

- [263] - قال: فقال: قد عرفتُ أن الرواية في صلاة ذات الرِّقاع لا تُخالف هذا، لاختلاف الحاليْن، قال: فكيف خالفْتَ حديث "ابن عمر" ؟

فقلت له: رواه عن النبي "خوَّات بن جُبَيْر" ، وقال "سهل بن أبي حَثْمَة" بِقريب مِن معناه، وحُفِظ عن "علي بن أبي طالب" أنه صلى صلاة الخوف ليلة الهَرِيرِ كما روى "خوات بن جبير عن النبي، وكان" خواتٌ "مُتَقَدِّمَ الصُّحْبَة والسِّنِّ."

فقال: فهل من حجة أكثرُ مِن تقدُّمِ صحبته؟

[263] Beliau katakan: Maka beliau katakan: Sudah kutahu bahwa riwayat dalam shalat Dhatus Riqa' tidak khilaf ini, karena perbedaan kedua keadaan, beliau katakan: Maka bagaimana kamu khilaf hadis Ibn Umar?

Maka aku katakan kepadanya: Diriwatkan dari Nabi Khawat bin Jubair, dan katakan Shahl bin Abi Hathmah mirip dari maknanya, dan dihafal dari Ali bin Abi Thalib bahwa beliau shalat shalat takut malam al-Harir seperti yang diriwayatkan Khawat bin Jubair dari Nabi, dan Khawat mendahului shahabat dan usianya.

Maka beliau katakan: Apakah ada hujjah lebih dari mendahului shahabatnya?

- [264] - فقلت: نعم، ما وصفْتُ: فيه مِن الشَّبَه بمعنى كتاب الله.

قال: فأيْنَ يُوافق كتابَ الله؟

قلت: قال الله: "وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمْ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ، وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِنْ وَرَائِكُمْ، وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ، وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ. وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُمْ مَيْلَةً وَاحِدَةً، وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ كَانَ بِكُمْ أَذًى مِنْ مَطَرٍ أَوْ كُنتُمْ مَرْضَى أَنْ تَضَعُوا أَسْلِحَتَكُمْ، وَخُذُوا حِذْرَكُمْ (102) " [النساء] .

وقال: "فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ، إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا (103) " [النساء] ، يعني - والله أعلم: فأقيموا الصلاة كما كنتم تصلون في غير الخوف.

فلما فرَّقَ الله بيْن الصلاة في الخوف وفي الأمْنِ، حِياطَةً لأهل دينه أنْ يَنال منهم عدوُّهم غِرَّة: فتعقَّبْنا حديث "خوات بن جبير" والحديث الذي يخالفه، فوجدنا حديث "خوات بن جبير" - [265] - أوْلَى بالحَزْمِ في الحَذَر منه، وأحْرَى أن تَتَكَافَأ الطائفتان فيها.

وذلك أنَّ الطائفة التي تصلي مع الإمام أوَّلاً مَحْروسة بطائفة في غير صلاة، والحارس إذا كان في غير صلاة كان مُتَفَرِّغًا مِن فرض الصلاة، قائماً وقاعداً، ومنحرفاً يميناً وشمالاً، وحاملاً إنْ حُمِل عليه، ومتكلِّما إنْ خاف عَجَلَةً مِن عَدُوه، ومُقاتِلاً إنْ أمكنته فرصة، غير محُول بيْنه وبين هذا في الصلاة، ويُخَفِّفُ الإمام بمن معه الصلاةَ إذا خاف حمْلةَ العدُوِّ، بكلام الحارس.

قال: وكان الحقُّ للطائفتين مَعًا سَواءً، فكانت الطائفتان في حديث "خوات" سَواءً، تَحْرُس كلُّ واحِدة مِن الطائفتين الأُخْرى، والحارسة خارِجَة مِن الصلاة، فتكون الطائِفَة الأُولَى قد أعْطَتْ الطائفةَ التي حرستْهَا مِثلَ الذي أخذتْ منها، فحَرَسَتْها خَلِيَّةً مِن الصلاة، فكان هذا عدْلًا بيْن الطائفتين.

قال: وكان الحديث الذي يخالف حديث "خوات بن جبير" ، على خِلاف الحَذَر، تَحْرسُ الطائفةُ الأُولى في ركعةٍ، ثم تنصرف المحروسة قبْلَ تُكْمِلَُ (1) الصلاة، فتَحْرُس، ثم تصلي - [266] - الطائفة الثانية محروسةً بطائفة في صلاة، ثم يقْضيان جميعاً، لا حارس لهما، لأنه لم يخرج من الصلاة إلا الإمام، وهو وحْده ولا يُعني شيئاً، فكان هذا خِلاف الحذر والقوَّة في المكيدة.

وقد أخبرنا الله أنه فرَّق بين صلاة الخوف وغيرها، نَظَرًا لأهل دينه أنْ لا ينال منهم عدوُّهم غِرَّةً، ولم تأخذ الطائفة الأولى مِن الآخرة مثلَ ما أخذتْ مِنها.

ووجدتُ اللهَ ذكَرَ صلاةَ الإمام والطائفتين مَعًا، ولم يَذْكر على الإمام ولا على واحدة من الطائفتين قَضَاءً، فدل ذلك على أن حال الإمام ومَنْ خلْفه، في أنَّهم يخرجون من الصلاة لا قضاءَ عليهم، سواءٌ.

[264] Maka aku katakan: Ya, apa yang kucatat: padanya dari kemiripan dengan makna Kitab Allah.

Beliau katakan: Maka di mana mutafiq dengan Kitab Allah?

Aku katakan: Allah bersabda: "Dan apabila engkau di antara mereka, maka dirikanlah shalat untuk mereka, maka berdirilah sekelompok dari mereka bersamamu, dan biarlah mereka ambil senjata mereka, jika mereka sujud maka biarlah mereka menjadi dari belakangmu, dan datanglah sekelompok yang lain yang belum shalat maka shalat bersamamu, dan biarlah mereka ambil kewaspadaan dan senjata mereka. Orang-orang kafir menginginkan agar kamu lalai tentang senjata dan barang bawaanmu sehingga mereka dapat menyerangmu dengan serangan satu arah, dan tidak ada dosa atas kamu jika ada gangguan darimu dari hujan atau kamu sakit bahwa kamu letakkan senjatamu, dan ambillah kewaspadaanmu (102)" [An-Nisa'].

Dan beliau bersabda: "'Maka apabila kamu telah aman, maka dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu atas orang-orang mukmin kitab yang ditentukan waktunya (103)'" [An-Nisa'], artinya dan Allah lebih mengetahui: dirikan shalat seperti yang kalian shalat dalam selain takut.

Maka ketika Allah membedakan antara shalat dalam takut dan aman, lindung bagi ahli agama-Nya agar tidak mendapat serangan musuh mereka secara tiba-tiba: maka kami telusuri hadis Khawat bin Jubair dan hadis yang khilaf dengannya, maka temukan hadis Khawat bin Jubair [265] lebih utama dengan ketegasan dalam kewaspadaan daripadanya, dan lebih layak dua sekelompok setara di dalamnya.

Dan itu bahwa sekelompok yang shalat dengan imam pertama dijaga dengan sekelompok dalam selain shalat, dan penjaga jika dalam selain shalat menjadi bebas dari wajib shalat, berdiri dan duduk, dan miring kanan dan kiri, dan membawa jika dibebankan padanya, dan berbicara jika takut kecepatan dari musuhnya, dan memerangi jika memungkinkannya kesempatan, selain yang menghalangi di antaranya dan ini dalam shalat, dan imam meringankan dengan yang bersamanya shalat jika takut serangan musuh, dengan kata penjaga.

Beliau katakan: Dan hak bagi dua sekelompok sama, maka dua sekelompok dalam hadis Khawat sama, menjaga masing-masing satu dari dua sekelompok yang lain, dan yang menjaga keluar dari shalat, maka sekelompok pertama telah beri sekelompok yang menjaganya seperti yang diambilnya daripadanya, maka dijaganya bebas dari shalat, maka ini adil antara dua sekelompok.

Beliau katakan: Dan hadis yang khilaf hadis Khawat bin Jubair, atas khilaf kewaspadaan, menjaga sekelompok pertama dalam rakaat, kemudian pergi yang dijaga sebelum sempurnakan [266] shalat, maka jaga, kemudian shalat sekelompok kedua dijaga dengan sekelompok dalam shalat, kemudian qadha semuanya, tidak ada penjaganya, karena tidak keluar dari shalat kecuali imam, dan ia sendirian tidak berguna apa pun, maka ini khilaf kewaspadaan dan kekuatan dalam memerangi.

Dan telah memberitahu kami Allah bahwa beliau membedakan antara shalat takut dan yang lain, perhatian bagi ahli agama-Nya agar tidak mendapat serangan musuh mereka secara tiba-tiba, dan tidak ambil sekelompok pertama dari yang lain seperti yang diambilnya daripadanya.

Dan temukan Allah sebut shalat imam dan dua sekelompok bersamanya, dan tidak sebutkan atas imam atau atas satu dari dua sekelompok qadha, maka menunjukkan itu bahwa keadaan imam dan yang di belakangnya, dalam bahwa mereka keluar dari shalat tidak ada qadha atas mereka, sama.

- [267] - وهكذا حديث "خوات" وخلافُ الحديث الذي يخالفه.

(1) هكذا هي بحذف (أن) وهو شاذ عند البصريين، منقاس عند الكوفيين وأجازه الأخفش بشرط رفع الفعل ولذلك ضبطناه بالوجهين.

قال "الشافعي" : فقال: فهل للحديث الذي تركتَ وجهٌ غيرَ ما وصفْتَ؟

قلت: نعم، يحتمل أن يكونَ لَمَّا جازَ أنْ تُصَلَّى صلاةُ الخوف على خِلاف الصلاة في غير الخوف: جاز لهم أن يُصلُّوها كيْفَ ما تيَسَّر لهم، وبقدر حالاتهم وحالات العدو، إذا أكمَلُوا العَدَدَ، فاختلف صلاتُهم، وكلُّها مُجْزِيَةٌ عنهم.

وجه آخر من الاختلاف

قال "الشافعي" : قال لي قائل: قد اختُلِفَ في التَّشَهُّدِ، فرَوَى "ابن مسعود" عن النبي: "أنَّهُ كَانَ يُعَلِّمُهُمْ التَّشَهُّدَ كَمَا يُعَلِّمُهُمْ - [268] - السُّورَةَ مِنَ القُرَآن" ، فقال في مُبْتَدَاهُ ثلاث كلماتٍ: "التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ" ، فَبِأيِّ التشهد أخَذْتَ؟

فقلت: أخبرنا "مالك" عن "ابن شهاب" عن "عروة" عن "عبد الرحمن بن عبدٍ القارِيِّ" أنَّه سمع "عمر بن الخطاب" يقول على المنبر، وهو يُعَلِّمُ الناس التشهُّدَ، يقول: قولوا: "التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ، الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ" (1) .

قال "الشافعي" : فكان هذا الذي عَلَّمَنا مَنْ سبَقَنا بالعلم مِنْ فُقهائنا صِغاراً، ثم سمعناه بإسنادٍ وسمعنا ما خالَفَه، فلم نسمع إسناداً في التشهد، يخالِفه ولا يُوافقه: أثْبَتَ عِندنا منه، وإنْ كان غيرُه ثابِتًا.

[267] Dan demikian hadis Khawat dan khilaf hadis yang khilaf dengannya.

(1) Demikian ia dengan menghapus (an) dan ia syadz pada penduduk Basrah, munqas pada penduduk Kufah dan A khfasy izinkan dengan syarat raf' fi'il dan karena itu kami ukur dengan dua wajah.

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka beliau katakan: Apakah untuk hadis yang kamu tinggalkan ada wajah selain apa yang kucatat?

Aku katakan: Ya, memungkinkan bahwa ketika boleh dishalati shalat takut khilaf shalat dalam selain takut: boleh bagi mereka shalatnya bagaimana yang memudahkan bagi mereka, dan sesuai keadaan mereka dan keadaan musuh, jika sempurnakan jumlahnya, maka berbeda shalat mereka, dan semuanya mujzi bagi mereka.

Wajah lain dari perbedaan.

Beliau (Syafi'i) berkata: Berkata kepadaku seseorang: Sudah berbeda dalam tasyahhud, diriwayatkan Ibn Mas'ud dari Nabi: "Bahwa beliau mengajari mereka tasyahhud seperti mengajari mereka [268] surah dari Al-Qur'an", maka dalam permulaannya tiga kata: "Segala penghormatan bagi Allah", maka dengan tasyahhud mana kamu ambil?

Maka aku katakan: Kami diberitahu oleh Malik dari Ibn Syihab dari Urwah dari Abdurrahman bin Abd al-Qari bahwa beliau mendengar Umar bin al-Khattab katakan di mimbar, dan beliau mengajari manusia tasyahhud, beliau katakan: Katakanlah: "Segala penghormatan bagi Allah, segala puji bagi Allah, segala yang baik shalat-shalat bagi Allah, keselamatan atasmu wahai Nabi dan rahmat Allah dan berkah-Nya, keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad hamba-Nya dan Rasul-Nya" (1).

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka, ini yang mengajari kami yang mendahului kami dengan ilmu dari fuqaha kami yang muda, kemudian kami dengar dengannya sanad dan kami dengar apa yang khilaf dengannya, maka kami tidak dengar sanad dalam tasyahhud, yang khilaf dengannya dan tidak mutafiq dengannya: lebih thabit menurut kami daripadanya, meskipun yang lain thabit.

- [269] - فكان الذي نذهب إليه: أنَّ "عمر" لا يُعلِّم الناس على المنبر بيْن ظَهْرَانَيْ أصحاب رسول الله، إلا على ما علَّمَهم النبي.

فلَمَّا انتهَى إلينا مِن حديث أصحابنا حديثٌ يُثْبِته عن النبي صِرْنا إليه، وكان أوْلَى بِنا.

قال: وما هو؟

قلت: أخبرنا الثقة، وهو "يحي بن حسَّان" عن "الليث بن سعد" عن "أبي الزبير المكي" عن "سعيد بن جبير" و "طاوس" عن "ابن عباس" أنَّه قال: "كَانَ رَسُولُ اللهِ يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ كَمَا يُعَلِّمُنَا القُرَآن، فَكَانَ يَقُولُ: التَّحِيَّاتُ المُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، - [270] - سَلاَمٌ عَلَيْكَ أيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، سَلاَمٌ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ، وأنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ" (2) .

(1) مالك: كتاب النداء للصلاة/189.

(2) مسلم: كتاب الصلاة/610؛ الترمذي: كتاب الصلاة/267؛ النسائي: كتاب التطبيق/1161؛ أبو داود: كتاب الصلاة/828.

قال "الشافعي" : فقال: فأنَّى تَرَى الروايةَ اختلفَتْ فيه عَن النبي؟ فرَوَى "ابن مسعود" خِلافَ هذا، ورَوَى "أبو موسى" خِلاف هذا، و "جابِرٌ" خلاف هذا، وكلُّها قد يُخالِف بعضُها بعْضاً في شيء مِنْ لفْظِه، ثم علَّمَ "عمر" خلاف هذا كلِّه في بعض لفظه، - [271] - وكذلك تشهُّدُ عائشة، وكذلك تشهد "ابن عمر" ، ليس فيها شيء إلا في لفظه شيء غيرُ ما في لفْظ صاحبِه، وقد يزيدُ بعضُها الشيءَ على بَعْضٍ.

فقلت له: الأمرُ في هذا بَيِّنٌ.

قال: فأبِنْهُ لي.

قلت: كلٌّ كلامٌ أريدَ به تعْظيمُ الله، فعَلَّمَهُمْ رسولُ الله، فلعلَّه جَعَلَ يعلِّمُه الرجلَ فيحفَظُهُ، والآخرَ فيحفظه، - [272] - وما أُخذ حفظاً فأكثرُ ما يُحْترس فيه منه إحالةُ المعنى، فلم تكن فيه زيادة ولا نقصٌ ولا اختلافُ شيء مِن كلامه يُحِيل المعنى فلا تَسَعُ إحالتُه.

فلعل النبي أجاز لِكل امرئٍ منهم كما حَفِظَ، إذ كان لا معنى فيه يحيل شيئاً عن حكمه، ولعل من اختلفت روايته واختلف تشهده إنما توسَّعوا فيه فقالوا على ما حفِظوا، وعلى ما حَضَرَهُم وأُجِيزَ لهم.

قال: أفَتَجِدُ شيئا يدلُّ على إجازة ما وصفْتَ؟

فقلت: نعم.

قال: وما هو؟

[269] Maka, yang pergi kepadanya: bahwa Umar tidak mengajari manusia di mimbar di antara shahabat Rasulullah, kecuali atas apa yang diajari mereka Nabi.

Maka ketika sampai kepadaku dari hadis shahabat kami hadis yang thabitkan daripadanya pergi kepadanya, dan lebih utama bagi kami.

Beliau katakan: Dan apa itu?

Aku katakan: Kami diberitahu oleh yang thiqah, dan ia Yahya bin Hasan dari al-Laits bin Sa'd dari Abu az-Zubair al-Makki dari Sa'id bin Jubair dan Thawus dari Ibn Abbas bahwa beliau katakan: "Rasulullah mengajari kami tasyahhud seperti mengajari kami Al-Qur'an, maka beliau katakan: Segala penghormatan yang diberkahi shalat-shalat yang baik bagi Allah, [270] keselamatan atasmu wahai Nabi dan rahmat Allah dan berkah-Nya, keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad Rasul Allah" (2).

(1) Malik: Kitab an-Nida' li ash-Shalat/189.

(2) Muslim: Kitab ash-Shalat/610; at-Tirmidhi: Kitab ash-Shalat/267; an-Nasai: Kitab at-Tathbiq/1161; Abu Dawud: Kitab ash-Shalat/828.

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka beliau katakan: Maka bagaimana kamu lihat riwayat berbeda padanya dari Nabi? Diriwatkan Ibn Mas'ud khilaf ini, diriwayatkan Abu Musa khilaf ini, dan Jabir khilaf ini, dan semuanya kadang khilaf sebagiannya sebagian dalam lafaznya, kemudian Umar ajari khilaf semuanya dalam sebagian lafaznya, [271] dan demikian tasyahhud 'Aisyah, dan demikian tasyahhud Ibn Umar, tidak ada padanya sesuatu kecuali dalam lafaznya sesuatu selain lafaz shahabatnya, dan kadang sebagiannya tambah sesuatu atas sebagian.

Maka aku katakan kepadanya: Amr dalam ini jelas.

Beliau katakan: Maka jelaskan untukku.

Aku katakan: Masing-masing kata yang dimaksud dengannya pengagungan Allah, diajari mereka Rasulullah, maka mungkin beliau jadikan mengajarinya laki-laki maka hafalnya, dan yang lain hafalnya, [272] dan apa yang diambil hafalan maka lebih banyak yang diwaspadai padanya dari itu pengalihan makna, maka tidak ada padanya tambahan dan pengurangan dan perbedaan sesuatu dari kata-katanya yang mengalihkan makna maka tidak muhal pengalihannya.

Maka mungkin Nabi izinkan bagi setiap manusia dari mereka seperti yang dihafalnya, karena tidak ada makna padanya yang mengalihkan sesuatu dari hukumnya, dan mungkin dari yang berbeda riwayatnya dan berbeda tasyahhudnya hanyalah mereka luaskan padanya maka katakan atas apa yang dihafal dan atas apa yang hadir padanya dan diizinkan bagi mereka.

Beliau katakan: Apakah kamu temukan sesuatu yang menunjukkan pengizinan apa yang kucatat?

Maka aku katakan: Ya.

Beliau katakan: Dan apa itu?

- [273] - قلت: أخبرنا "مالك" عن "ابن شهاب" عن "عروة" عن "عبد الرحمن بن عبدٍ القارِيِّ" قال: سمعت "عمر بن الخطاب" يقول: "سَمِعْتُ" هِشَامَ بْنَ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ "يَقْرَأُ سُورَةَ الفُرْقَانِ عَلَى غَيْرِ مَا أَقْرَأُهَا، وَكَانَ النَّبِيُّ أَقْرَأَنِيهَا، فَكِدْتُ أعْجَلُ عَلَيْهِ، ثُمَّ أَمْهَلْتُهُ حَتَّى انْصَرَفَ، ثُمَّ لَبَّبْتُهُ بِرِدَائِهِ (1) فَجِئْتُ بِهِ إلَى النَّبِيِّ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إنِّي سَمِعْتُ هَذَا يَقْرَأُ سُورَةَ الفُرْقَانِ عَلَى غَيْرِ مَا أَقْرَأْتَنِيهَا؟ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ: اقْرَأْ، فَقَرَأَ القِرَاءَةَ الَّتِي سَمِعْتُهُ يَقْرَأُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: هَكَذَا أُنْزِلَتْ، ثُمَّ قَالَ لِي: اقْرَأْ، فَقَرَأْتُ، فَقَالَ: هَكَذَا أُنْزِلَتْ، إنَّ هَذَا القُرَآن أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ، فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ" (2) .

- [274] - قال: فإذ كان الله لِرَأْفته بخلْقِه أنزل كتابَه على سبْعة أحْرف، معرفةً منه بأنَّ الحفْظَ قدْ يَزِلُّ، لِيُحِلَّ لهم قراءته وإنْ اختلف اللفظُ فيه، ما لم يكن في اختلافهم إحالةُ معنى: كان ما سِوَى كتابِ الله أوْلَى أنْ يجوز فيه اختلاف اللفظ ما لم يُحِلْ معْناه.

وكل ما لم يكن فيه حُكْمٌ، فاختلاف اللفظ فيه لا يحيل معناه.

[273] Aku katakan: Kami diberitahu oleh Malik dari Ibn Syihab dari Urwah dari Abdurrahman bin Abd al-Qari, beliau katakan: Aku mendengar Umar bin al-Khattab katakan: "Aku mendengar" Hisham bin Hakim bin Hizam "membaca surah al-Furqan atas selain apa yang kubaca, dan Nabi telah bacakan padaku, maka hampir aku cepat padanya, kemudian aku tahan hingga selesai, kemudian aku pegang dia dengan pakaiannya (1) maka bawa dia kepada Nabi, maka aku katakan: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendengar ini membaca surah al-Furqan atas selain apa yang engkau bacakan padaku? Maka Rasulullah katakan kepadanya: Bacalah, maka beliau baca bacaan yang kudengar beliau baca, maka Rasulullah katakan: Demikian diturunkan, kemudian katakan kepadaku: Bacalah, maka aku baca, maka beliau katakan: Demikian diturunkan, sesungguhnya Al-Qur'an ini diturunkan atas tujuh huruf, maka bacalah apa yang memudahkan" (2).

[274] Beliau katakan: Maka, karena Allah dengan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya turunkan kitab-Nya atas tujuh huruf, pengetahuan dari-Nya bahwa hafalan kadang tergelincir, agar izinkan bagi mereka bacanya meskipun berbeda lafaz padanya, selama tidak ada dalam perbedaan mereka pengalihan makna: maka apa selain Kitab Allah lebih utama diizinkan padanya perbedaan lafaz selama tidak mengalihkan maknanya.

Dan segala apa yang tidak ada padanya hukum, maka perbedaan lafaz padanya tidak mengalihkan maknanya.

- [275] - وقد قال بعضُ التابعين: لَقِيتُ أُناساً مِن أصحاب رسول الله، فاجتمعوا في المعنى واختلفوا عليَّ في اللفظ، فقلْتُ لبعضهم ذلك، فقالَ: لا بأس ما لمْ يُحِيلُِ (3) المعنى.

(1) لَبَّبْتُهُ: أخذتُ مِن ثيابه، ما يقع على اللُّبة، وهي المَنْحَر [المصباح المنير - الفيومي] .

(2) البخاري: كتاب الخصومات/2241؛ مسلم: كتاب صلاة المسافرين وقصرها/1354؛ الترمذي: كتاب القراءات/2827؛ النسائي: كتاب الافتتاح/928.

(3) هكذا هو بالياء على صورة المرفوع ويجوز رفعُه على إهمال (لم) كما هي لغة قومٍ، وكسرُه تخلصاً من التقاء الساكنين والياء إشباع لحركة الحاء.

قال "الشافعي" : فقال: ما في التشهد إلا تعظيم الله، وإنِّي لأرْجو أن يكون كلُّ هذا فيه واسِعاً، وأن لا يكون الاختلافُ فيه إلاَّ مِن حيْثُ ذكرْتَ، ومثلُ هذا _ كما قلْتَ _ يُمْكِن في صلاة - [276] - الخوف، فيكون إذا جاء بكمال الصلاة على أي الوجوه رُوِيَ عن النبي أجْزَأَهُ، إذ خالَفَ اللهُ بيْنها وبيْن ما سِواها مِن الصلوات، ولكن كيْف صِرْتَ إلى اختيار حديث "ابن عباس" عن النبي في التشهد دون غيره؟

قلتُ: لَمَّا رأيته واسعا، وسمعتُه عن "ابن عباس" صحيحاً، كان عندي أجمعَ وأكثرَ لفْظًا مِن غيْرِه، فأخذْتُ به، غيرَ مُعَنِّفٍ لِمَن أخذ بغيره مما ثبت عن رسول الله.

اختلاف الرواية على وجهٍ غير الذي قبله.

أخبرنا "مالك" عن "نافع" عن "أبي سعيد الخدري" أنَّ رسولَ الله قال: "لاَ تَبِيعُوا الذَّهَبَ بِالذَّهَبِ إلاَّ مِثْلاً بِمِثْلٍ، وَلاَ تُشِفُّوا (1) بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ، وَلاَ تَبِيعُوا الوَرِقَ (2) بِالوَرِقِ إلاَّ مِثْلًا - [277] - بِمِثْلٍ، وَلاَ تُشِفُّوا بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ، وَلاَ تَبِيعُوا شَيْئًا مِنْهَا غَائِبًا بِنَاجِزٍ (3) " (4) .

أخبرنا "مالك" عن "موسى بن أبي تميم" عن "سعيد بن يسار" عن "أبي هريرة" أنَّ رسولَ الله قال: "الدِّينَارُ بِالدِّينَارِ، وَالدِّرْهَمُ بِالدِّرْهَمِ، لاَ فَضْلَ بَيْنَهُمَا" (5) .

أخبرنا "مالك" عن "حُمَيْد بن قَيْسٍ" عن "مجاهد" عن "ابن عمر" أنه قال: "الدِّينَارُ بِالدِّينَارِ، وَالدِّرْهَمُ بِالدِّرْهَمِ، لاَ فَضْلَ بَيْنَهُمَا، هَذَا عَهْدُ نَبِيِّنَا إلَيْنَا، وَعَهْدُنَا إِلَيْكُمْ" (6) .

قال "الشافعي" : وروَى "عثمان بن عفَّان" و "عبادة - [278] - بن الصَّامِت" عن رسول الله النَّهْيَ عَنِ الزِّيادَةِ فِي الذَّهَبِ بِالذَّهَبِ، يَدًا بِيَدٍ (7) .

قال "الشافعي" : وبهذه الأحاديث نأخذ، وقال بمثل معناها الأكابِرُ مِن أصحاب رسول الله، وأكثرُ المُفْتِيِّيَن بِالبُلدان.

(1) الشِّفُّ: الربح والزيادة [النهاية - ابن الأثير] .

(2) الوَرِقُ: الدراهم المضروبة [مختار الصحاح - الرازي] .

(3) النَّاجِزُ: الحاضر [القاموس المحيط - فيروزآبادي] .

(4) البخاري: كتاب البيوع/2031؛ مسلم: كتاب المساقاة/2964؛ الترمذي: كتاب البيوع/1162؛ النسائي: كتاب البيوع/4494؛ مالك: كتاب البيوع/1145.

(5) مسلم: كتاب المساقاة/2974؛ النسائي: 4491؛ ابن ماجه: كتاب التجارات/2247؛ مالك: كتاب البيوع/1144.

(6) النسائي: كتاب البيوع/4492؛ مالك: كتاب البيوع/1146.

(7) مسلم: كتاب المساقاة/2970؛ الترمذي: كتاب البيوع/1161؛ النسائي: كتاب البيوع/4484؛ أبو داود: كتاب البيوع/2907.

أخبرنا "سفيان" أنه سمع "عبيد الله بن أبي يزيد" يقول: سمعت "ابن عباس" يقول: أخبرني "أسامة بن زيد" أن النبي قال: "إنَّمَا الرِّبَا فِي النَّسِيَّةِ (1) " (2) .

[275] Dan telah katakan sebagian tabi'in: Aku jumpa manusia dari shahabat Rasulullah, maka berkumpul dalam makna dan berbeda padaku dalam lafaz, maka aku katakan kepada sebagiannya itu, maka katakan: Tidak apa-apa selama tidak (3) mengalihkan makna.

(1) Lababtuhu: ambil dari pakaiannya, apa yang jatuh pada lubah, dan ia lubah: leher [Al-Mishbah al-Munir al-Fayyumi].

(2) Al-Bukhari: Kitab al-Khusumat/2241; Muslim: Kitab Shalat al-Musafirin wa Qashruha/1354; at-Tirmidhi: Kitab al-Qira'at/2827; an-Nasai: Kitab al-Iftitah/928.

(3) Demikian ia dengan ya' pada bentuk raf', dan boleh raf'-nya dengan mengabaikan (lam) seperti bahasa qawm, dan kasrnya untuk menghindari pertemuan sakin dan ya' pengisian gerak ha'.

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka beliau katakan: Tidak ada dalam tasyahhud kecuali pengagungan Allah, dan sesungguhnya aku harap bahwa segala ini padanya luas, dan bahwa perbedaan padanya hanyalah dari mana yang kamu sebutkan, dan semisal ini seperti yang kamu katakan mungkin dalam shalat [276] takut, maka menjadi jika datang dengan kesempurnaan shalat atas salah satu wajah yang diriwayatkan dari Nabi mujzi baginya, karena Allah bedakan di antaranya dan selainnya dari shalat, tapi bagaimana kamu pergi ke pemilihan hadis Ibn Abbas dari Nabi dalam tasyahhud selain yang lain?

Aku katakan: Ketika kulihat luas, dan kudengar daripadanya dari Ibn Abbas sahih, menjadi menurutku lebih ajam dan lebih banyak lafaz daripada yang lain, maka aku ambil dengannya, selain memaksa bagi yang ambil selainnya dari apa yang thabit dari Rasulullah.

Perbedaan riwayat atas wajah selain yang sebelumnya.

Kami diberitahu oleh Malik dari Nafi' dari Abu Sa'id al-Khudri bahwa Rasulullah bersabda: "Janganlah kamu jual emas dengan emas kecuali semisal dengan semisal, dan janganlah kamu nafkah [277] sebagiannya atas sebagian, dan janganlah kamu jual perak (2) dengan perak kecuali semisal dengan semisal, dan janganlah kamu nafkah sebagiannya atas sebagian, dan janganlah kamu jual sesuatu daripadanya yang ghaib dengan yang hadir (3)" (4).

Kami diberitahu oleh Malik dari Musa bin Abi Tamim dari Sa'id bin Yasar dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: "Dinar dengan dinar, dan dirham dengan dirham, tidak ada kelebihan di antaranya" (5).

Kami diberitahu oleh Malik dari Humayd bin Qais dari Mujahid dari Ibn Umar bahwa beliau katakan: "Dinar dengan dinar, dan dirham dengan dirham, tidak ada kelebihan di antaranya, ini perjanjian nabi kami kepada kami, dan perjanjian kami kepada kalian" (6).

Beliau (Syafi'i) berkata: Dan diriwayatkan Utsman bin Affan dan Ubaydah [278] bin ash-Shamit dari Rasulullah larangan kelebihan dalam emas dengan emas, tangan dengan tangan (7).

Beliau (Syafi'i) berkata: Dan dengan hadis-hadis ini kami ambil, dan katakan dengan seperti maknanya para senior dari shahabat Rasulullah, dan kebanyakan mufti di negeri-negeri.

(1) Asy-Syiff: keuntungan dan kelebihan [An-Nihayah Ibn al-Atsir].

(2) Al-Wariq: dirham yang dicetak [Mukhtar ash-Shihah ar-Razi].

(3) An-Najiz: yang hadir [Al-Qamus al-Muhit al-Firuzabadi].

(4) Al-Bukhari: Kitab al-Buyu'/2031; Muslim: Kitab al-Masaqah/2964; at-Tirmidhi: Kitab al-Buyu'/1162; an-Nasai: Kitab al-Buyu'/4494; Malik: Kitab al-Buyu'/1145.

(5) Muslim: Kitab al-Masaqah/2974; an-Nasai: 4491; Ibn Majah: Kitab at-Tijarat/2247; Malik: Kitab al-Buyu'/1144.

(6) An-Nasai: Kitab al-Buyu'/4492; Malik: Kitab al-Buyu'/1146.

(7) Muslim: Kitab al-Masaqah/2970; at-Tirmidhi: Kitab al-Buyu'/1161; an-Nasai: Kitab al-Buyu'/4484; Abu Dawud: Kitab al-Buyu'/2907.

Kami diberitahu oleh Sufyan bahwa beliau mendengar Ubaydillah bin Abi Yazid katakan: Aku mendengar Ibn Abbas katakan: Memberitahuku Usamah bin Zaid bahwa Nabi bersabda: "Sesungguhnya riba hanyalah dalam penangguhan (1)" (2).

- [279] - قال: فأخذ بهذا "ابن عباس" ونفَرٌ من أصحابه المكيين وغيرُهم.

قال: فقال لي: قائل هذا الحديث مخالف للأحادِثِ قبْلَه؟

قلت: قد يحتمل خِلافها ومُوافقَتَها.

قال: وبأي شيء يحتمل موافقتها؟

قلت: قد يكون "أسامة" سَمِعَ رسولَ الله يُسأَلُ عن - [280] - الصِّنفَيْن المختلفين، مثل الذهب بالوَرِقِ، والتمر بالحِنْطَة أو ما اختلف جِنْسه مُتَفاضِلاً يداً بيد، فقال: "إنَّمَا الرِّبَا فِي النَّسِيَّةِ" ، أو تكونُ المسألة سبقَتْهُ بهذا وأدْرَكَ الجوابَ، فرَوَى الجواب ولم يَحْفظ المسألة، أو شكَّ فيها، لأنه ليس في حديثه ما يَنْفِي هذا عن حديث "أسامة" ، فاحتمل موافقتها لهذا.

فقال: فلِمَ قلْتَ: يحتمل خلافها؟

قلت: لأن "ابن عباس" الذي رَواه، وكان يذهب فيه غيرَ هذا المَذْهب، فيقول: لا ربا في بيعٍ يداً بيد، إنما الربا في النسِيَّة.

فقال: فما الحجة إن كانت الأحاديث قبله مخالِفةً: في تركِه إلى غيرِه؟

فقلت له: كل واحد ممن روى خلافَ "أسامة" ، وإن لم يكن أشهرَ بالحفظ للحديث من "أسامة" ، فليس به تقصير عن حفظه، و "عثمانُ بن عفان" و "عبادة بن الصامت" أشدُّ تقَدُّمًا بالسِّن - [281] - والصُّحْبة من "أسامة" ، و "أبو هريرة" أسَنُّ وأحفَظُ مَنْ روَى الحديث في دَهْرِهِ.

ولَمَّا كان حديثُ اثنين أوْلَى في الظاهر بالحفظ، وبأن يُنْفَى عنه الغَلَطُ من حديثٍ واحد: كان حديثُ الأكثر الذي هو أشبه أن يكون أوْلَى بالحفظ مِن حديث مَن هو أحدَثُ منه، وكان حديث خمسةٍ أولى أن يُصارَ إليه مِن حديث واحد.

(1) النَّسِيئَةُ: التأخير [المصباح المنير - الفيومي] .

(2) مسلم: كتاب المساقاة/2991؛ الترمذي: كتاب البيوع/1162؛ النسائي: كتاب البيوع/4505؛ ابن ماجه: كتاب التجارات/2248.

وجه آخر مما يُعَد مختلفاً، وليس عندنا بمختلف.

أخبرنا "ابن عيينة" عن "محمد بن العَجْلانِ" عن "عاصم بن عمر بن قَتَادَةَ" عن "محمود بن لَبِيد" عن "رافع بن خَدِيج" أنَّ رسولَ الله قال: "أسْفِرُوا بِالفَجْرِ، فَإِنَّ ذَلِكَ أعْظَمُ لِلْأَجْرِ، أَوْ: أَعْظَمُ لأُجُورِكُمْ" (1) .

[279] Beliau katakan: Maka Ibn Abbas ambil dengan ini dan sekelompok dari shahabatnya Mekah dan yang lain.

Beliau katakan: Maka berkata kepadaku: Kata ini hadis khilaf dengan hadis-hadis sebelumnya?

Aku katakan: Mungkin khilafnya dan mutafiqnya.

Beliau katakan: Dan dengan apa memungkinkan mutafiqnya?

Aku katakan: Mungkin Usamah mendengar Rasulullah ditanya tentang [280] dua jenis yang berbeda, seperti emas dengan perak, dan kurma dengan gandum atau apa yang berbeda jenisnya setara tangan dengan tangan, maka beliau katakan: "Sesungguhnya riba hanyalah dalam penangguhan", atau pertanyaan mendahuluinya dengan ini dan mendengar jawabannya, maka riwayatkan jawaban dan tidak hafal pertanyaan, atau ragu padanya, karena tidak ada dalam hadisnya apa yang menafikan ini dari hadis Usamah, maka mungkin mutafiq dengannya.

Maka beliau katakan: Maka kenapa kamu katakan: Mungkin khilafnya?

Aku katakan: Karena Ibn Abbas yang meriwatkannya, dan beliau pergi padanya selain madzhab ini, maka katakan: Tidak ada riba dalam jual beli tangan dengan tangan, hanyalah riba dalam penangguhan.

Maka beliau katakan: Maka apa hujjah jika hadis-hadis sebelumnya khilaf: dalam meninggalkannya ke yang lain?

Maka aku katakan kepadanya: Masing-masing satu dari yang meriwatkan khilaf Usamah, meskipun tidak lebih terkenal dengan hafalan hadis daripada Usamah, maka bukan dengan kekurangan hafalannya, dan Utsman bin Affan dan Ubaydah bin ash-Shamit lebih mendahului dengan usia [281] dan shahabat daripada Usamah, dan Abu Hurairah paling tua dan paling hafal yang meriwatkan hadis pada zamannya.

Dan ketika hadis dua lebih utama dalam zahir hafalan, dan dengan bahwa digagalkan daripadanya kesalahan dari hadis satu: maka hadis yang lebih banyak yang lebih mirip menjadi lebih utama hafalannya daripada hadis yang lebih baru daripadanya, dan hadis lima lebih utama untuk pergi kepadanya daripada hadis satu.

(1) An-Nasi'ah: penangguhan [Al-Mishbah al-Munir al-Fayyumi].

(2) Muslim: Kitab al-Masaqah/2991; at-Tirmidhi: Kitab al-Buyu'/1162; an-Nasai: Kitab al-Buyu'/4505; Ibn Majah: Kitab at-Tijarat/2248.

Wajah lain dari apa yang dianggap berbeda, dan menurut kami bukan berbeda.

Kami diberitahu oleh Ibn Uyainah dari Muhammad bin al-Ajlan dari 'Ashim bin Umar bin Qatadah dari Mahmud bin Labid dari Rafi' bin Khadij bahwa Rasulullah bersabda: "Asfarilah dengan fajar, sesungguhnya itu paling besar untuk pahala, atau: paling besar untuk pahala kalian" (1).

- [283] - أخبرنا "سفيان" عن "الزهري" عن "عروة" عن "عائشة" قالت: "كُنَّ النِّسَاءُ مِنَ المُؤْمِنَاتِ يُصَلِّينَ مَعَ النَّبِيِّ الصُّبْحَ، ثُمَّ يَنْصَرِفْنَ وَهُنَّ مُتَلَفِّعاتٌ بِمُرُوطِهِنَّ (2) ، مَا يَعْرِفُهُنَّ أحَدٌ مِنَ الغَلَسِ (3) " (4) .

قال: وذكَرَ تَغْلِيسَ النبي بالفجر "سهلُ بن سعد" وزيد بن ثابت" وغيرُهما مِن أصحاب رسول الله، شبيهٌ بمعنى "عائشة" ."

(1) الترمذي: كتاب الصلاة/142؛ النسائي: كتاب المواقيت/545؛ أحمد: مسند الشاميين/16641.

(2) تَلَفَّعَتِ المرأة بِمِرطِهَا: مثلُ: تَلَحَّفَتْ به - وزناً ومعنى -؛ والمِرْطُ: كساء من صوف أو خَزٍّ، يُؤْتَزَرُ به، وتتلفع المرأة به [المصباح المنير - الفيومي] .

(3) الغَلَسُ: ظلام آخر الليل [المصباح] .

(4) البخاري: كتاب الصلاة/359؛ النسائي: كتاب المواقيت/543؛ أحمد: مسند الأنصار/22967.

قال "الشافعي" : قال لي قائل: نحن نرى أن نَسْفِرَ - [284] - بالفجر اعتماداً على حديث "رافع بن خديج" ونزْعُمُ أن الفضْل في ذلك، وأنت ترى أنْ جائِزًا لنا إذا اختلف الحديثان أنْ نأخذَ بأحدهما، ونحن نَعُدُّ هذا مخالفاً لحديث "عائشة" .

قال: فقلت له: إن كان مخالفاً لحديث "عائشة" ، فكان الذي يَلْزَمنا وإيَّاكَ أن نصير إلى حديث "عائشة" دونه، لأن أصل ما نبْنِي نحن وأنتم عليه: أن الأحاديث إذا اختلَفَت لم نذهب إلى واحد منها دون غيره إلا بسبب يدل على أن الذي ذهبنا إليه أقوى من الذي تَرَكْنا.

قال: وما ذلك السبب؟

قلت: أن يكون أحدُ الحديثين أشْبَهَ بكتاب الله، فإذا أشبه كتابَ الله كانت فيه الحجةُ.

قال: هكذا نقول.

قلنا: فإن لم يكن فيه نصُّ كتاب كان - [285] - أوْلاهما بِنا الأثبتُ منهما، وذلك أن يكون مَن رواه أعرفَ إسنادا وأشهرَ بالعلم وأحفظَ له، أو يكونَ رُوِيَ الحديثُ الذي ذهبنا إليه مِن وجهين أو أكثرَ، والذي تركْنا مِن وجهٍ، فيكونَُ الأكثر أولى بالحفظ مِن الأقل، أو يكونَ الذي ذهبنا إليه أشبهَ بمعنى كتابِ الله، أو أشبهَ بما سِواهما مِن سُنَنِ رسول الله، أوْ أَوْلى بما يَعرف أهلُ العلم، أو أصحَّ في القياس، والذي عليه الأكثرُ مِن أصحاب رسول الله.

قال: وهكذا نَقول ويقول أهلُ العلم.

قلت: فحديث "عائشة" أشبه بِكتاب الله، لأن الله يقول: "حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى (238) " [البقرة] ، فإذا حَلَّ الوقت فأَوْلَى المُصلِّين بالمحافظة المُقَدِّمُ الصلاةِ.

[283] Kami diberitahu oleh Sufyan dari az-Zuhri dari Urwah dari 'Aisyah katakan: "Perempuan-perempuan mukmin shalat bersama Nabi Shubuh, kemudian pergi mereka mutalaffi'at dengan mantel mereka (2), tidak mengenal mereka siapa pun dari kegelapan (3)" (4).

Beliau katakan: Dan sebutkan penutupan Nabi dengan fajar Shahl bin Sa'd dan Zaid bin Tsabit dan yang lain dari shahabat Rasulullah, mirip dengan makna 'Aisyah.

(1) At-Tirmidhi: Kitab ash-Shalat/142; an-Nasai: Kitab al-Mawaqit/545; Ahmad: Musnad asy-Syamiyyin/16641.

(2) Talaffat perempuan dengan mantelnya: seperti talahhaf dengannya berat dan makna -; dan al-mirth: pakaian dari wol atau khaz, diikat dengannya, dan perempuan talaffat dengannya [Al-Mishbah al-Munir al-Fayyumi].

(3) Al-Ghalas: gelap akhir malam [Al-Mishbah].

(4) Al-Bukhari: Kitab ash-Shalat/359; an-Nasai: Kitab al-Mawaqit/543; Ahmad: Musnad al-Anshar/22967.

Beliau (Syafi'i) berkata: Berkata kepadaku seseorang: Kami melihat untuk asfar [284] dengan fajar mengandalkan hadis Rafi' bin Khadij dan klaim bahwa keutamaan di dalamnya, dan engkau melihat bahwa boleh bagi kami jika berbeda dua hadis bahwa ambil salah satunya, dan kami anggap ini bertentangan dengan hadis 'Aisyah.

Beliau katakan: Maka aku katakan kepadanya: Jika bertentangan dengan hadis 'Aisyah, maka yang wajib atas kami dan engkau pergi ke hadis 'Aisyah selainnya, karena asal apa yang kami bangun kami dan kalian atasnya: bahwa hadis-hadis jika berbeda tidak pergi ke satu daripadanya selain yang lain kecuali dengan sebab yang menunjukkan bahwa yang pergi kepadanya lebih kuat dari yang ditinggalkan.

Beliau katakan: Dan apa sebab itu?

Aku katakan: Bahwa salah satu hadis lebih mirip dengan Kitab Allah, maka jika mirip Kitab Allah maka padanya hujjah.

Beliau katakan: Demikian kami katakan.

Kami katakan: Maka jika tidak ada padanya nash Kitab menjadi [285] lebih utamanya menurut kami yang lebih thabit daripadanya, dan itu bahwa meriwatkannya lebih kenal sanad dan lebih terkenal dengan ilmu dan lebih hafal baginya, atau menjadi diriwayatkan hadis yang pergi kepadanya dari dua wajah atau lebih, dan yang ditinggalkan dari satu wajah, maka yang lebih banyak lebih utama hafalan daripada yang sedikit, atau yang pergi kepadanya lebih mirip dengan makna Kitab Allah, atau lebih mirip dengan selain keduanya dari sunnah Rasulullah, atau lebih utama dengan apa yang dikenali ahli ilmu, atau lebih shahih dalam qiyas, dan yang atasnya lebih banyak dari shahabat Rasulullah.

Beliau katakan: Dan demikian katakan dan katakan ahli ilmu.

Aku katakan: Maka hadis 'Aisyah lebih mirip dengan Kitab Allah, karena Allah bersabda: 'Peliharalah shalat-shalat dan shalat wustha (238)' [Al-Baqarah], maka jika masuk waktu lebih utama bagi yang shalat dengan pemeliharaan yang mendahului shalat.


- [286] - وهو أيضاً أشهرُ رجالاً بالثِّقة وأحْفَظُ، ومع حديث "عائشة" : ثلاثةٌ كلُّهم يَرْوُونَ عن النبي مثلَ معنى حديث "عائشة" : "زيدُ بن ثابت" و "سهل بن سعد" .

وهذا أشبه بسنن النبي مِن حديث "رافع بن خَدِيج" .

قال: وأيُّ سننٍ؟

قلت: قال رسول الله: "أَوَّلُ الوَقْتِ رِضْوَانُ اللهِ، وَآخِرُهُ عَفْوُ اللهِ" (1) .

- [287] - وهو لا يُؤْثِر على رضوان الله شيئاً، والعفو لا يحتمل إلا معنيَيْنِ: عفْوٌ عن تقْصيرٍ، أو توْسِعَةٌ، والتوسعة تُشْبِه أن يكون الفضْل في غيرِها، إذْ لم يُؤْمَرْ بترك ذلك الغير الذي وُسِّع في خلافها.

قال: وما تريد بهذا؟

- [288] - قلت: إذْ لم نؤمر بترك الوقت الأول، وكان جائزاً أنْ نُصَلِّيَ فيه وفي غيره قبْلَهُ، فالفضْل في التَّقْديم، والتأخيرُ تقصيرٌ مُوَسَّعٌ.

وقد أبانَ رسولُ الله مثْلَ ما قلنا، وسُئِلَ: أيُّ الأعْمَالِ أَفْضَلُ؟ فقال: "الصَّلَاةُ فِي أَوَّلِ وَقْتِهَا" (2) .

وهو لا يدع موضع الفضل، ولا يأمر الناس إلا به.

وهو الذي لا يجهله عالم: أنَّ تقديمَ الصلاة في أول وقتها أولى بالفضل، لِمَا يَعْرِضُ للآدمِيِّينَ مِن الأشغال والنِّسْيان والعِلَل.

- [289] - وهذا أشبه بمعنى كتاب الله.

قال: وأيْن هو من الكتاب؟

قلت: قال الله: "حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى (238) " [البقرة] ، ومَن قدَّمَ الصلاةَ في أوَّل وقْتِها كان أولى بالمحافظة عليها ممن أخَّرَها عَن أوَّل الوقت.

وقد رأينا الناس فيما وجب عليهم وفيما تَطَوَّعُوا به يُؤْمَرُون بتعجيله إذا أمْكَن، لِمَا يعرض للآدميين من الأشغال والنِّسْيان والعلل، الذي لا تَجْهَلُه العُقول.

وإن تقديم صلاة الفجر في أوَّل وقتها عن "أبي بكر" و "عمر" و "عثمان" و "علي بن أبي طالب" و "ابن مسعود" "وأبي موسى الأشْعَرِي" و "أنس بن مالك" وغَيْرِهم: مُثْبَتٌ.

(1) الترمذي: كتاب الصلاة/158.

(2) أبو داود: كتاب الصلاة/362.

فقال: فإن "أبا بكر" و "عمر" و "عثمان" دخلوا في الصلاة مُغَلِّسِيَن وخرجوا منها مُسْفِرِينَ، بإطالة القِراءة؟

[286] Dan ia juga lebih terkenal laki-laki dengan kepercayaan dan lebih hafal, dan bersama hadis 'Aisyah: tiga semuanya meriwatkan dari Nabi seperti makna hadis 'Aisyah: Zaid bin Tsabit dan Shahl bin Sa'd.

Dan ini lebih mirip dengan sunnah Nabi daripada hadis Rafi' bin Khadij.

Beliau katakan: Dan sunnah mana?

Aku katakan: Rasulullah bersabda: "Awal waktu keridaan Allah, dan akhirnya ampunan Allah" (1).

[287] Dan ia tidak lebih utama atas keridaan Allah sesuatu, dan ampunan tidak memungkinkan kecuali dua makna: ampun atas kekurangan, atau keluasan, dan keluasan mirip bahwa keutamaan dalam yang lain, karena tidak diamr meninggalkan yang lain yang diberi keluasan khilafnya.

Beliau katakan: Dan apa yang kamu maksud dengan ini?

[288] Aku katakan: Karena tidak diamr meninggalkan waktu pertama, dan boleh bahwa kami shalat di dalamnya dan selainnya sebelumnya, maka keutamaan dalam mendahului, dan penundaan kekurangan yang diberi keluasan.

Dan telah jelaskan Rasulullah seperti apa yang kami katakan, dan ditanya: Mana amal yang paling utama? Maka beliau katakan: "Shalat pada awal waktunya" (2).

Dan ia tidak tinggalkan posisi keutamaan, dan tidak amr manusia kecuali dengannya.

Dan ia yang tidak diabaikan alim: bahwa mendahului shalat pada awal waktunya lebih utama dengan keutamaan, karena apa yang menimpa anak Adam dari kesibukan dan lupa dan sakit.

[289] Dan ini lebih mirip dengan makna Kitab Allah.

Beliau katakan: Dan di mana ia dari Kitab?

Aku katakan: Allah bersabda: 'Peliharalah shalat-shalat dan shalat wustha (238)' [Al-Baqarah], dan siapa yang mendahului shalat pada awal waktunya lebih utama dengan pemeliharaan padanya daripada yang menundanya dari awal waktu.

Dan kami lihat manusia dalam apa yang wajib atas mereka dan dalam apa yang sunnah mereka diamr dengan mempercepatnya jika memungkinkan, karena apa yang menimpa anak Adam dari kesibukan dan lupa dan sakit, yang tidak diabaikan akal-akal.

Dan mendahului shalat fajar pada awal waktunya dari Abu Bakr dan Umar dan Utsman dan Ali bin Abi Thalib dan Ibn Mas'ud "dan Abu Musa al-Asy'ari" dan Anas bin Malik dan yang lain: thabit.

(1) At-Tirmidhi: Kitab ash-Shalat/158.

(2) Abu Dawud: Kitab ash-Shalat/362.

Maka beliau katakan: Maka "Abu Bakr" dan Umar dan Utsman masuk shalat mutalallis dan keluar daripadanya musfarin, dengan memperpanjang bacaan?

- [290] - فقلت له: قد أطالوا القراءة وأوْجَزُوهَا، والوقتُ في الدخول لا في الخروج مِن الصلاة وكلُّهم دخل مُغَلِّسًا، وخرج رسول الله منها مُغَلِّسًا.

فخالفتَ الذي هو أولى بك أنْ تصير إليه، مما ثَبَتَ عَنْ رسول الله، وخالفْتَهم، فقلْتَ: يدخل الدَّاخل فيها مُسْفِرًا ويخرج مُسْفِرًا ويُوجِز القِراءة، فخالفتهم في الدخول وما احْتَجَجْتَ بِهِ مِنْ طُولِ القراءة، وفي الأحاديث عن بعضهم أنه خرجَ منها مُغلِّساً.

قال: فقال: أفَتَعُدُّ خَبَرَ "رافع" يُخالِف خبَرَ "عائشة" ؟

فقلتُ له: لا.

فقال: فبِأيِّ وجْهٍ يُوافقه؟

فقلت: إن رسول الله لَمَّا حَضَّ الناسَ على تقديم الصلاة، وأخبر بالفضل فيها: احتمل أن يكون من الرَّاغِبِين مَنْ يُقَدِّمها قبْل الفجر الآخِرِ، فقال: "أَسْفِرُوا بِالفَجْرِ" ، يعني: حتى يَتَبَيَّنَ الفَجْرُ الآخِر مُعْتَرِضًا.

- [291] - قال: أفيحتمل معنىً غيرَ ذلك؟

قلت: نعم، يحتمل ما قلتَ، وما بَيْنَ ما قُلْنا وقلْتَ، وكلَّ معنى يقع عليه اسم {الإسفار} .

قال: فما جعَلَ معْناكم أوْلَى مِنْ معْنانا؟

فقلت: بما وصفْتُ مِنَ التَّأويل، وبأنَّ النبي قال: "هُمَا فَجْرَانِ، فَأَماَّ الَّذِي كَأَنَّهُ ذَنَبُ السِّرْحَانِ (1) ، فَلَا يُحِلُّ شَيْئًا وَلاَ يُحَرِّمُهُ، وَأَمَّا الفَجْرُ المُعْتَرِضُ فَيُحِلُّ الصَّلاَةَ وَيُحَرِّمُ الطَّعَامَ" (2) ، يعني: على مَنْ أرادَ الصِّيام.

(1) السِّرْحَانُ: الذئب وقيل: الأسد، ويقال للفجر الكاذب: سرحان - على التشبيه [المصباح المنير - الفيومي] .

(2) سنن البيهقي: كتاب الصلاة/باب: الفجر فجران، ج 2/ص 377.

وجه آخر مما يُعَدُّ مختلفاً.

أخبرنا "سفيان" عن "الزهري" عن "عطاء بن يزيد اللَّيْثِيِّ" عن "أبي أيُّوبَ الأنْصاري" أنَّ النّبِيَّ قَالَ: "لاَ تَسْتَقْبِلُوا القِبْلَةَ وَلاَ تَسْتَدْبِرُوهَا لِغَايِطِ أَوْ بَوْلٍ، وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا. قَالَ أَبُو أَيُّوب: فَقَدِمْنَا الشَّامَ، فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ قَدْ صُنِعَتْ، فَنَنْحَرِفُ وَنَسْتَغْفِرُ اللهَ" (1) .

أخبرنا "مالك" عن "يحيى بن سعيد" عن "محمد بن يحيى بن حَبَّانَ" عن عَمِّهِ "واسع بن حبانط عن" عبد الله بن عمر "أنَّه كان يقول:" إنَّ نَاسًا يَقُولُونَ: إذَا قَعَدْتَ عَلَى حَاجَتِكَ فَلاَ تَسْتَقْبِلِ القِبْلَةَ وَلاَ بَيْتَ المَقْدِسِ، فَقَالَ "عبد الله" : لَقَدْ ارْتَقَيْتُ عَلَى - [293] - ظَهْرِ بَيْتٍ لَنَا، فَرَأْيْتُ رَسُولَ اللهِ عَلَى لَبِنَتَيْنِ مُسْتَقْبِلًا بَيْتَ المَقْدِسِ لِحَاجَتِهِ "(2) ."

قال "الشافعي" : أدَّبَ رَسولُ الله مَن كان بيْن ظَهْرَانَيْهِ، وهم عَرَب، لا مُغْتَسَلاَتِ لَهُمْ أو لأكثرهم في منازلهم، فاحتمل أدَبُه لهم معنيين:

- أحدهما: أنهم إنما كانوا يذهبون لحوايجهم في الصحراء، فأمرهم ألاَّ يستقبلوا القبلة ولا يستدبروها، لِسَعَة الصحراء، ولِخِفَّةِ المَؤُونَةِ عليهم، لسعة مذاهبهم عن أنْ تُسْتقبل القبلة أو تُستدبر لحاجة الإنسان مِن غايط أو بول، ولم يكن لهم مِرْفَقٌ (3) في استقبال القبلة ولا استدبارِها أوْسَعَ عليهم مِنْ تَوَقِّى ذلك.

[290] Maka aku katakan kepadanya: Sudah memperpanjang bacaan dan mempersingkatnya, dan waktu dalam masuk bukan dalam keluar dari shalat dan semuanya masuk mutalallis, dan keluar Rasulullah daripadanya mutalallis.

Maka khilaf yang lebih utama bagimu untuk pergi kepadanya, dari apa yang thabit dari Rasulullah, dan khilaf mereka, maka katakan: Masuk yang masuk ke dalamnya musfarin dan keluar musfarin dan persingkat bacaan, maka khilaf mereka dalam masuk dan apa yang istidlal dengannya dari panjang bacaan, dan dalam hadis-hadis dari sebagian mereka bahwa keluar daripadanya mutalallis.

Beliau katakan: Maka apakah kamu anggap kabar Rafi' bertentangan dengan kabar 'Aisyah?

Maka aku katakan kepadanya: Tidak.

Maka beliau katakan: Maka dengan wajah apa mutafiq dengannya?

Maka aku katakan: Sesungguhnya Rasulullah ketika hadirkan manusia pada mendahului shalat, dan beritahu dengan keutamaan padanya: mungkin dari yang rindu ada yang mendahuluinya sebelum fajar akhir, maka beliau katakan: "Asfarilah dengan fajar", artinya: hingga tampak fajar akhir mu'taridh.

[291] Beliau katakan: Apakah memungkinkan makna selain itu?

Aku katakan: Ya, memungkinkan apa yang kamu katakan, dan apa di antara apa yang kami katakan dan kamu katakan, dan segala makna yang jatuh padanya nama {al-isfar}.

Beliau katakan: Maka apa yang jadikan pendapatmu lebih utama daripada pendapat kami?

Maka aku katakan: Dengan apa yang kucatat dari ta'wil, dan dengan bahwa Nabi bersabda: "Keduanya fajar, maka yang seperti ekor sirhan (1), maka tidak menghalalkan sesuatu dan tidak mengharamkannya, dan fajar mu'taridh menghalalkan shalat dan mengharamkan makan" (2), artinya: atas yang ingin shiam.

(1) As-Sirhan: serigala dan dikatakan singa, dan dikatakan untuk fajar palsu: sirhan atas perbandingan [Al-Mishbah al-Munir al-Fayyumi].

(2) Sunan al-Baihaqi: Kitab ash-Shalat/Bab: Al-Fajr fajran, j 2/sh 377.

Wajah lain dari apa yang dianggap berbeda.

Kami diberitahu oleh Sufyan dari az-Zuhri dari 'Atho' bin Yazid al-Laitsi dari Abu Ayyub al-Anshari bahwa Nabi [292] bersabda: "Janganlah kamu hadap kiblat dan jangan tungging kiblat untuk membuang najis atau kencing, tapi timur atau barat. Abu Ayyub katakan: Maka kami datang ke Syam, maka temukan toilet yang telah dibuat, maka kami miring dan memohon ampun Allah" (1).

Kami diberitahu oleh Malik dari Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari pamannya Wasi' bin Habbah dari Abdullah bin Umar "bahwa beliau katakan:" Sesungguhnya manusia katakan: Jika duduk atas keperluanmu maka jangan hadap kiblat dan Baitul Maqdis, maka katakan Abdullah: Sudah naik aku atas [293] atap rumah kami, maka lihat Rasulullah atas dua batu bata menghadap Baitul Maqdis untuk keperluannya "(2).

Beliau (Syafi'i) berkata: Rasulullah mendidik yang di antara shahabatnya, dan mereka Arab, tidak ada mandi bagi mereka atau kebanyakan di rumah mereka, maka mungkin adabnya bagi mereka dua makna:

Salah satunya: bahwa mereka hanyalah pergi ke keperluan mereka di padang, maka amr mereka jangan hadap kiblat dan jangan tungging kiblat, karena luas padang, dan ringan beban atas mereka, karena luas jalan mereka dari bahwa dihadapkan kiblat atau ditungging kiblat untuk keperluan manusia dari najis atau kencing, dan tidak ada kemudahan bagi mereka dalam menghadap kiblat dan menungging kiblat atau lebih luas atas mereka daripada menjauhi itu.

- [294] - وكثيراً ما يكون الذاهبون في تلك الحال في غير سِتْر عن مصلِّي (4) ، يرى عوراتهم مُقبلين ومُدْبرين، إذا استقبل القبلة، فأُمِروا أن يُكْرموا قِبْلَةَ الله ويستروا العورات مِنْ مُصَلي، إنْ صلَّى حيث يراهم، وهذا المعنى أشبه معانيه، والله أعلم.

وقد يحتمل أن يكون نهاهم أن يستقبلوا ما جُعِلَ قِبْلةً في صحراء لغائط أو بول، لِئَلاَّ يُتَغَوَّطَ أو يُبالَ في القِبلة، فتكونَ قَذِرَةً بِذلك، أوْ مِن وَرَائِها، فيكونَ مِنْ ورائِها أذًى للمصلين إليها.

قال: فسمع "أبو أيوب" ما حَكَى عن النبي جُمْلَةً، فقال - [295] - به على المذهب في الصحراء والمنازل، ولم يُفَرِّقْ في المذهب بين المنازل التي للناس مَرَافِقُ في أنْ يضعوها في بعض الحالات مُسْتَقْبِلَةَ القِبلة أو مستدبرتها، والتي يكون فيها الذاهبُ لحاجته مُسْتَتِرًا، فقال بالحديث جملةً، كما سمعه جملةً.

وكذلك ينبغي لمن سمع الحديث أن يقول به على عُمُومِه وجملته، حتى يجد دِلالة يُفَرِّق بها فيه بينه.

(1) البخاري: كتاب الصلاة/380؛ مسلم: كتاب الطهارة/388؛ الترمذي: كتاب الطهارة/8؛ النسائي: كتاب الطهارة/21.

(2) البخاري: كتاب الوضوء/142؛ النسائي: كتاب الطهارة/23؛ مالك: كتاب النداء للصلاة/408.

(3) مرفق بوزن مجلس ومنبر: مصدر رفق به.

(4) هكذا هي في الأصل بإثبات الياء. قال الشيخ أحمد شاكر: وهو جائز فصيح خلافاً لما يظنه أكثر الناس.

قال "الشافعي" : لما حكى "ابن عمر" أنه رأى النبي مستقبلاً بيت المقدس لحاجته، وهو إحدى القبلتين، وإذا استقبله استدبر الكعبة: أنْكَرَ على مَنْ يقول لا يستقبِلِ القِبْلَةَ ولا - [296] - تستدبِرْها لحاجة، ورَأَى أنْ لا ينبغيَ لأحد أن يَنْتَهِيَ عَن أمْرٍ فعله رسول الله.

ولم يسمع - فيما يُرَى - ما أمَرَ به رسولُ الله في الصحراء، فَيُفَرِّقَ بيْن الصحراء والمنازل، فيقولَ بالنهي في الصحراء وبِالرخصة في المنازل، فيكون قد قال بما سمع ورأى، وفرَّقَ بالدلالة عن رسول الله على ما فرق بينه، لافتراق حال الصحراء والمنازل.

وفي هذا بَيانُ أن كُلَّ مَن سَمِعَ مِن رسول الله شيئاً قَبِلَه عنه وقال به، وإن لم يُعرف حيثُ يَتَفَرَّقُ لمْ يتفرَّقْ بيْنَ ما لمْ يُعْرَفْ إلاَّ بِدِلالةٍ عن رسول الله على الفرق بَيْنَهُ.

[294] Dan sering yang pergi dalam keadaan itu dalam selain perlindungan dari yang shalat (4), melihat aurat mereka menghadap dan menungging, jika hadap kiblat, maka diamr agar hormati kiblat Allah dan lindungi aurat dari yang shalat, jika shalat di mana melihat mereka, dan makna ini lebih mirip makna-maknanya, dan Allah lebih mengetahui.

Dan mungkin bahwa beliau larang mereka menghadap yang dijadikan kiblat di padang untuk najis atau kencing, agar tidak dibuang najis atau kencing di kiblat, maka menjadi kotor dengannya, atau dari belakangnya, maka menjadi dari belakangnya gangguan bagi yang shalat kepadanya.

Beliau katakan: Maka Abu Ayyub mendengar apa yang diceritakan dari Nabi secara keseluruhan, maka katakan dengannya atas madzhab di padang dan rumah, dan tidak bedakan dalam madzhab antara rumah yang bagi manusia kemudahan dalam letakkan di sebagian keadaan menghadap kiblat atau menungging kiblat, dan yang pergi ke keperluannya tersembunyi, maka katakan dengan hadis secara keseluruhan, seperti didengarnya secara keseluruhan.

Dan demikian wajib atas siapa yang mendengar hadis bahwa katakan dengannya atas umumnya dan keseluruhannya, hingga temukan dalil yang membedakan padanya di antaranya.

(1) Al-Bukhari: Kitab ash-Shalat/380; Muslim: Kitab ath-Thaharah/388; at-Tirmidhi: Kitab ath-Thaharah/8; an-Nasai: Kitab ath-Thaharah/21.

(2) Al-Bukhari: Kitab al-Wudhu/142; an-Nasai: Kitab ath-Thaharah/23; Malik: Kitab an-Nida' li ash-Shalat/408.

(3) Murfaq dengan berat majlis dan mimbar: masdar rfaq dengannya.

(4) Demikian ia dalam asal dengan thabit ya'. Kata Syekh Ahmad Syakir: Dan ia boleh fashih khilaf apa yang dikira kebanyakan manusia.

Beliau (Syafi'i) berkata: Ketika Ibn Umar ceritakan bahwa beliau lihat Nabi menghadap Baitul Maqdis untuk keperluannya, dan ia salah satu dari dua kiblat, dan jika menghadapnya menungging Ka'bah: maka bantah atas yang katakan tidak boleh menghadap kiblat dan [296] tidak boleh menunggingnya untuk keperluan, dan lihat bahwa tidak pantas bagi siapa pun berhenti dari amr yang dilakukan Rasulullah.

Dan tidak mendengar dalam apa yang terlihat apa yang diamrkan Rasulullah dalam padang, maka bedakan antara padang dan rumah, maka katakan dengan larangan dalam padang dan dengan rukhsah dalam rumah, maka menjadi katakan dengan apa yang didengar dan dilihat, dan bedakan dengan dalil dari Rasulullah pada apa yang dibedakan di antaranya, karena perpisahan keadaan padang dan rumah.

Dan padanya penjelasan bahwa segala siapa yang mendengar dari Rasulullah sesuatu terima daripadanya dan katakan dengannya, meskipun tidak dikenali di mana terpisah, tidak pisahkan antara apa yang tidak dikenal kecuali dengan dalil dari Rasulullah pada perbedaan di antaranya.

- [297] - ولهذا أشباهٌ في الحديث، اكتفينا بما ذَكَرْنَا مِنها مِمَّا لم نَذْكر.

وجه آخر من الاختلاف.

أخبرنا "ابن عيينة" عن "الزهري" عن "عبيد الله بن عبد الله بن عُتْبَة" عن "ابن عباس" قال: أخبرني "الصَّعْبُ بن جَثَّامَةَ" "أنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ يُسْأَلُ عَنْ أَهْلِ الدَّاِر مِنَ المُشْرِكِينَ يُبَيَّتُونَ فَيُصَابُ مِنْ نِسَائِهِمْ وَذَرَارِيهِمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: هُمْ مِنْهُمْ" . وَزَادَ "عمرو بن دينار" عن "الزهري" "هُمْ مِنْ آبَائِهِمْ" (1) .

- [298] - أخبرنا "ابن عيينة" عن "الزهري" عن "ابن كَعْب بن مالك" عن عَمِّهِ: "أَنَّ النَّبِيَّ لَمَّا بَعَثَ إِلَى" ابن أبي الحُقَيْقِ "، نَهَى عَنْ قَتْلِ النِّسَاءِ وَالوِلْدَانِ" (2) .

قال: فكان "سفيان" يذهب إلى أنَّ قولَ النبي: "هُمْ مِنْهُمْ" إباحَةٌ لِقَتْلِهم، وأنَّ حديث "ابن أبي الحُقَيْقِ" ناسخ له، وقال: كان "الزهري" إذا حدَّثَ حَديثَ "الصَّعْب بن جَثَّامَةَ" ، أتْبَعَهُ حديث "ابن كعب" .

- [299] - قال "الشافعي" : وحديث "الصَّعْب بن جَثَّامَةَ" في عُمْرَةِ النبي، فإنْ كان في عُمرته الأولى فقد قيل: أمرُ "ابن أبي الحُقَيْقِ" قَبْلَهَا، وقيل: في سَنَتِها، وإنْ كان في عُمرته الآخِرة، فهو بعْدَ أمْرِ "ابن أبي الحُقَيْقِ" غَيْرَ شَكٍّ، والله اعلم.

ولم نَعْلَمْه - صلى الله عليه - رخَّص في قتل النساء والوِلْدان ثم نهى عنه.

ومعنى نهيه عندنا - والله أعلم - عن قتل النساء والوِلدان: أن يَقْصِدَ قَصْدَهُمْ بِقتل، وهم يُعْرفون مُتَمَيِّزين ممن أمَرَ بقتله منهم.

ومعنى قوله: هُمْ مِنْهُمْ: أنهم يجمعون خَصْلَتَيْنِ: أنْ - [300] - ليس لهم حُكْم الإيمان الذي يُمْنَع به الدَّمُ، ولا حكمُ دار الإيمان الذي يُمنع به الإغارةُ على الدَّارِ.

وإذْ أباحَ رسولُ الله البَيَاتَ والإغارة على الدار، فأغار على بني المُصْطَلِقِ غارِّين: فالعلم يحيط أن البيات والإغارة إذا حَلَّ بإحلال رسول الله لم يمتنع أحدٌ بَيَّتَ أوْ أغارَ مِن أن يُصيب النساء والوِلدان، فيسقط المَأْثَمُ فيهم والكفارةُ والعقْلُ والقَوَدُ عَن من أصابهم، إذ أُبيح له أن يُبَيِّتَ ويُغير، وليست لهم حُرْمة الإسلام.

ولا يكون له قتْلُهم عامِداً لهم متميزين عارفاً بهم.

فإنما نهى عن قتل الوِلدان: لأنهم لم يَبْلُغوا كُفْرًا فيَعملوا به، وعن قتل النساء: لأنه لا معنى فيهن لقتالٍ وأنهن والوِلدان يُتَخَوَّلُون (3) فيكونون قوَّةً لأهل دين الله.

(1) البخاري: كتاب الجهاد والسير/2790؛ مسلم: كتاب الجهاد والسير/3281؛ أبو داود: كتاب الجهاد/2298؛ ابن ماجه: كتاب الجهاد/2829.

(2) أبو داود: كتاب الجهاد/2298؛ مالك: كتاب الجهاد/856.

(3) يُتَّخذون خولاً أي عبيداً وإماءً.

فإن قال قائل: أبِنْ هذا بغيره.

قيل: فيه ما اكتفى العالم به مِنْ غَيْرِه.

فإن قال: أفتجد ما تَشُدُّه به غيرَه، وتُشَبِّهُهُ مِنْ كتاب الله؟

قلت: نعم، قال الله: "وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يَقْتُلَ مُؤْمِنًا إِلَّا خَطَأً، وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَأً فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ وَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ إِلَّا أَنْ يَصَّدَّقُوا، فَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَكُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ، وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ، وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِنْ اللَّهِ، وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (92) " [النساء] .

قال: فأوجب الله بقتل المؤمن خطأً الدِّية وتحريرَ رقبةٍ، وفي قتل ذي الميثاقِ الديةَ وتحريرَ رقبةٍ، إذا كانا معاً ممنوعَي الدم، بالإيمان والعهد والدار معاً، فكان المؤمن في الدار غيرِ - [302] - الممنوعة وهو ممنوعٌ بالإيمان، فَجُعِلَتْ فيه الكفارة بإتلافه، ولم يُجْعَلْ فيه الدِّيةُ، وهو ممنوع الدم بالإيمان، فلما كان الوِلْدانُ والنساء مِن المشركين لا ممنوعين بإيمان ولا دار: لم يكن فيهم عَقْلٌ ولا قَوَدٌ ولا دية ولا مأثم - إن شاء الله - ولا كفارةٌ.

في غسل الجمعة

فقال: فاذْكر وجوهاً مِن الأحاديث المختلفة عند بعض الناس أيضاً.

فقلت: أخبرنا "مالك" عن "صفوان بن سُلَيْم" عن "عطاء بن يسار" عن "أبي سعيد الخُدري" ، أنَّ رسولَ الله قال: "غُسْلُ يَوْمِ الجُمْعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ" (1) .

أخبرنا "ابن عيينة" عن "الزهري" عن "سالم" عن أبيه، - [303] - أنَّ النبي قال: مَنْ جَاءَ مِنْكُمْ الجُمْعَةَ فَلْيَغْتَسِلْ "(2) ."

قال "الشافعي" : فكان قولُ رسول الله في: (( غسل يوم الجمعة واجب )) ، وأمْرُه بالغسل، يحتمل معنيين: الظاهرُ منهما أنه واجب، فلا تجزئ الطهارَةُ لِصَلاة الجُمْعَةِ إلاَّ بالغسل، كما لا يجزئ في طهارة الجُنُبِ غيْرُ الغسل، ويحتمل واجبٌ في الاختيار والأخْلاق والنَّظافة.

أخبرنا "مالك" عن "الزهري" عن "سالم" قال: "دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ يَوْمَ الجُمْعَةِ، و" عُمُرُ بْنُ الخَطَّابِ "يَخْطُبُ، فَقَالَ" عُمَرُ ": أَيَّتُ سَاعَةٍ هَذِهِ، فَقَالَ: يَا أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ، انْقَلَبْتُ مِنَ السُّوقِ، فَسَمِعْتُ النِّدَاءَ، فَمَا زِدْتُ عَلَى أَنْ تَوَضَّأْتُ، فَقَالَ" عُمَرُ ": - [304] - الوُضُوءُ أَيْضًا! وَقَدْ عَلِمْتَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ كَانَ يَأْمُرُ بِالْغُسْلِ؟!" (3) .

أخبرنا الثِّقة عن "مَعْمَرٍ" عن "الزهري" عن "سالم" عن أبيه مثلَ معنى حديث "مالك" ، وسَمَّى الدَّاخِلَ يَوْمَ الجمعة بِغَيْرِ غُسل: "عثمان بن عَفَّانَ" .

قال: فلَمَّا حَفِظَ "عمر" عن رسول الله أنه كان يأمر بالغُسْلِ، وعلم أنَّ "عثمان" قد عَلِمَ مِنْ أمْر رسول الله بالغسل، ثم ذكر "عمر" "لعثمان" أمْرَ النبي بالغُسل، وعلِمَ "عثمان" ذلك: فلو ذهب - [305] - على مُتَوَهِّمٍ أنَّ "عثمان" نسِيَ، فقد ذكَّرَه "عمر" قبْلَ الصلاة بِنسيانِه، فلَمَّا لم يتركْ "عثمان" الصلاة للغسل، ولمَّا لمْ يأمره "عمر" بالخروج للغسل: دلَّ ذلك على أنهما قد عَلِمَا أن أمْرَ رسول الله بالغسل على الاختيار (4) ، لا على أنْ لا يُجْزِئَ غيُره، لأن "عمر" لم يكن لِيَدَعَ أمْرَه بالغسل، ولا "عثمان" إذْ علمنا أنه ذاكِرٌ لِترك الغُسل، وأمرِ النبي بالغسل: إلاَّ والغُسْلُ - كما وصفْنَا - على الاختيار.

قال: ورَوَى "البصْرِيُّونَ" أنَّ النبي قال: "مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ الجُمْعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَةْ، وَمَنِ اغْتَسَلَ فَالغُسْلُ أَفْضَلُ" (5) .

[297] Dan untuk ini semisal-semisalnya dalam hadis, kami cukup dengan apa yang kusebutkan daripadanya dari apa yang tidak kusebutkan.

Wajah lain dari perbedaan.

Kami diberitahu oleh Ibn Uyainah dari az-Zuhri dari Ubaydillah bin Abdullah bin Utbah dari Ibn Abbas katakan: Memberitahuku ash-Sha'b bin Jatsamah "bahwa beliau mendengar Nabi ditanya tentang ahli dar al-harb dari musyrikin yang diserang malam hari maka terkena dari istri-istrinya dan anak-anaknya, maka Rasulullah katakan: Mereka dari mereka". Dan tambah Amru bin Dinar dari az-Zuhri "mereka dari ayah-ayah mereka" (1).

[298] Kami diberitahu oleh Ibn Uyainah dari az-Zuhri dari Ibn Ka'b bin Malik dari pamannya: "Bahwa Nabi ketika kirim ke" Ibn Abi al-Huqaiq ", larang membunuh wanita dan anak-anak" (2).

Beliau katakan: Maka Sufyan pergi ke bahwa kata Nabi: "Mereka dari mereka" pengizinan membunuh mereka, dan bahwa hadis Ibn Abi al-Huqaiq nasikh baginya, dan katakan: Az-Zuhri ketika hadiskan hadis ash-Sha'b bin Jatsamah, ikuti dengan hadis Ibn Ka'b.

[299] Beliau (Syafi'i) berkata: Dan hadis ash-Sha'b bin Jatsamah dalam umrah Nabi, jika dalam umrahnya yang pertama maka dikatakan: Amr Ibn Abi al-Huqaiq sebelumnya, dan dikatakan: dalam sennya, dan jika dalam umrahnya yang terakhir, maka sesudah amr Ibn Abi al-Huqaiq tidak ragu, dan Allah lebih mengetahui.

Dan kami tidak ketahui beliau shalawat Allah padanya izinkan membunuh wanita dan anak-anak kemudian larang daripadanya.

Dan makna larangannya menurut kami dan Allah lebih mengetahui dari membunuh wanita dan anak-anak: bahwa niat niat mereka dengan pembunuhan, dan mereka dikenali terpisah dari yang diamr dibunuh daripadanya.

Dan makna kata-Nya: Mereka dari mereka: bahwa mereka kumpulkan dua sifat: bahwa [300] tidak bagi mereka hukum iman yang mencegah darah dengannya, dan bukan hukum dar al-iman yang mencegah serangan atas dar itu dengannya.

Dan karena Rasulullah izinkan serangan malam dan serangan atas dar, maka serang atas Bani al-Mushthalik penyerang: maka ilmu melingkupi bahwa serangan malam dan serangan jika halal dengan pengizinan Rasulullah tidak mencegah siapa pun yang serang malam atau serang dari terkena wanita dan anak-anak, maka gugur dosa padanya dan kaffarah dan aqil dan diyah dari yang terkena mereka, karena diizinkan baginya serang malam dan serang, dan tidak bagi mereka kemuliaan Islam.

Dan tidak menjadi baginya pembunuhan mereka sengaja untuk mereka terpisah dikenali dengan mereka.

Maka hanyalah larang dari pembunuhan anak-anak: karena mereka belum baligh kafir sehingga amal dengannya, dan dari pembunuhan wanita: karena tidak ada makna padanya untuk perang dan bahwa wanita dan anak-anak dianggap (3) maka menjadi kekuatan bagi ahli agama Allah.

(1) Al-Bukhari: Kitab al-Jihad wa as-Siyar/2790; Muslim: Kitab al-Jihad wa as-Siyar/3281; Abu Dawud: Kitab al-Jihad/2298; Ibn Majah: Kitab al-Jihad/2829.

(2) Abu Dawud: Kitab al-Jihad/2298; Malik: Kitab al-Jihad/856.

(3) Diambil sebagai budak artinya budak laki-laki dan perempuan.

Maka jika seseorang bertanya: Jelaskan ini dengan yang lain.

Dikatakan: Padanya apa yang cukup alim dengannya selain yang lain.

Maka jika katakan: Apakah kamu temukan apa yang kamu perkuat dengannya yang lain, dan samakan dengannya dari Kitab Allah?

Aku katakan: Ya, Allah bersabda: "Dan tidak menjadi bagi mukmin untuk membunuh mukmin kecuali khilaf, dan siapa membunuh mukmin khilaf maka pembebasan budak mukmin dan diyah yang diserahkan kepada keluarganya kecuali mereka sedekah, jika ia dari kaum musuh bagimu dan ia mukmin maka pembebasan budak mukmin, dan jika ia dari kaum di antara kamu dan di antaranya perjanjian maka diyah yang diserahkan kepada keluarganya, dan pembebasan budak mukmin, maka siapa yang tidak temukan maka shiam dua bulan berturut-turut taubat dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (92)" [An-Nisa'].

Beliau katakan: Maka Allah wajibkan dengan pembunuhan mukmin khilaf diyah dan pembebasan budak, dan dalam pembunuhan yang berperjanjian diyah dan pembebasan budak, jika sama-sama dilarang darah, dengan iman dan janji dan dar sama, maka mukmin dalam dar selain [302] yang dilarang dan ia dilarang dengan iman, maka dijadikan padanya kaffarah dengan kehancurannya, dan tidak dijadikan padanya diyah, dan ia dilarang darah dengan iman, maka ketika anak-anak dan wanita dari musyrikin tidak dilarang dengan iman dan bukan dar: maka tidak ada padanya aqil dan qawad dan diyah dan dosa jika Allah menghendaki dan tidak kaffarah.

Dalam Ghusl Jumat.

Maka beliau katakan: Maka sebutkan wajah-wajah dari hadis-hadis mukhtalifah menurut sebagian manusia juga.

Maka aku katakan: Kami diberitahu oleh Malik dari Shafwan bin Sulaim dari 'Atho' bin Yasar dari Abu Sa'id al-Khudri, bahwa Rasulullah bersabda: "Ghusl hari Jumat wajib atas segala muhtalim" (1).

Kami diberitahu oleh Ibn Uyainah dari az-Zuhri dari Salim dari ayahnya, [303] bahwa Nabi bersabda: "Siapa yang datang dari kalian Jumat maka mandilah" (2).

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka, kata Rasulullah dalam: ((Ghusl hari Jumat wajib)), dan amrnya dengan ghusl, memungkinkan dua makna: zahir daripadanya bahwa wajib, maka thaharah tidak mujzi untuk shalat Jumat kecuali dengan ghusl, seperti tidak mujzi dalam thaharah junub selain ghusl, dan memungkinkan wajib dalam pilihan dan akhlak dan kebersihan.

Kami diberitahu oleh Malik dari az-Zuhri dari Salim katakan: "Masuk laki-laki dari shahabat Nabi hari Jumat, dan" Umar bin al-Khattab "berkhotbah, maka katakan" Umar ": Keadaan jam ini apa, maka katakan: Wahai Amirul Mukminin, aku kembali dari pasar, maka dengar adzan, maka tidak tambah atas wudhu, maka katakan" Umar ": [304] Wudhu juga! Dan engkau ketahui bahwa Rasulullah amr dengan ghusl?!!" (3).

Kami diberitahu oleh yang thiqah dari Ma'mar dari az-Zuhri dari Salim dari ayahnya seperti makna hadis Malik, dan namai yang masuk hari Jumat tanpa ghusl: Utsman bin Affan.

Beliau katakan: Maka, ketika Umar hafal dari Rasulullah bahwa beliau amr dengan ghusl, dan ketahui bahwa Utsman telah ketahui dari amr Rasulullah dengan ghusl, kemudian Umar sebutkan "kepada Utsman" amr Nabi dengan ghusl, dan Utsman ketahui itu: maka jika pergi [305] atas yang mengira bahwa Utsman lupa, maka Umar ingatkan sebelum shalat dengan lupa-Nya, maka ketika Utsman tidak tinggalkan shalat untuk ghusl, dan ketika Umar tidak amrnya keluar untuk ghusl: menunjukkan itu bahwa keduanya ketahui bahwa amr Rasulullah dengan ghusl atas pilihan (4), bukan atas bahwa selainnya tidak mujzi, karena Umar tidak akan tinggalkan amrnya dengan ghusl, dan Utsman karena kami ketahui bahwa ingat untuk tinggalkan ghusl, dan amr Nabi dengan ghusl: kecuali ghusl seperti yang kucatat atas pilihan.

Beliau katakan: Dan diriwayatkan "penduduk Basrah" bahwa Nabi bersabda: "Siapa yang wudhu hari Jumat maka bagus dan nikmat, dan siapa yang mandi maka ghusl lebih utama" (5).

- [306] - أخبرنا "سفيان" عن "يحيى" عن "عَمْرةَ" عن "عائشة" قالت: "كَانَ النَّاسُ عُمَّالَ أَنْفُسِهِمْ، وَكَانُوا يَرُوحُونَ بِهَيْآتِهِمْ، فَقِيلَ لَهُمْ: لَوْ اغْتَسَلْتُمْ" (6) .

(1) البخاري: كتاب الجمعة/830؛ مسلم: كتاب الجمعة/1397؛ النسائي: كتاب الجمعة/1360؛ مالك: كتاب النداء للصلاة/210.

(2) البخاري: كتاب الجمعة/845؛ مسلم: كتاب الجمعة/1394.

(3) البخاري: كتاب الجمعة/829؛ مسلم: كتاب الجمعة/1395.

(4) لم ينفرد الشافعي بهذا التأويل فقد ذهب إليه مالك أيضاً وغيره. وردَّه ابن حزم في المحلى 2/19 وابن دقيق العيد في شرح عمدة الأحكام 2/109، 111 رداً بليغاً ومال إليه الشيخ أحمد شاكر في تعليقه على الرسالة ص 306 وفرَّق بين وجوبه وبين شرطيته لصحة الصلاة فأثبت الأول ونفى الثاني.

(4) الترمذي: كتاب الجمعة/457؛ النسائي: كتاب الجمعة/1363؛ أبوداود: كتاب الطهارة/300؛ ابن ماجه: كتاب إقامة الصلاة والسنة فيها/1081.

(5) البخاري: كتاب الجمعة/853؛ أبو داود: كتاب الطهارة/298؛ أحمد: باقي مسند الأنصار/23203.

النهي عن معنىً دلَّ عليه معْنًى في حديثٍ غيره.

أخبرنا "مالك" عن "أبي الزِّنَاد" و "محمد بن يحيى بن حَبّان" عن "الأعرج" عن "أبي هريرة" أنَّ رسولَ الله قال: "لاَ يَخْطُبْ أَحَدُكُمْ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ" (1) .

أخبرنا مالك "عن" نافع "عن" ابن عمر" عن النبي، أنه قال: "لاَ يَخْطُبْ أَحَدُكُمْ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ" (2) ."

قال "الشافعي" : فلو لم تأت عن رسول الله دِلالة على أن نهيه عن أنْ يَخْطُب عَلَى خطبة أخيه على معنى دون معنى: - [308] - كان الظاهِرُ أنَّ حراماً أنْ يخطب المرء على خِطبة غيره مِن حينِ يبتدئُ إلى أنْ يدعَها.

قال: وكان قول النبي: "لاَ يَخْطُبْ أَحَدُكُمْ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ" يحتمل أن يكون جوابًا أراد به في معنى الحديث، ولم يسمع مَنْ حدَّثَه: السببَ الذي له قال رسول الله هذا، فأدَّيَا بَعْضَهُ دون بعْض، أو شَكَّا في بعْضه وسَكَتَا عَمَّا شَكَّا فيه.

فيكون النبي سُئل عن رجل خطب امرأة فَرَضِيَتْهُ وأذِنت في نكاحه، فخَطَبَها أرْجَحُ عندها منه، فرجعت عن الأول الذي أذِنَتْ في إنْكاحه، فنهى عن خِطبة المرأة إذا كانت بهذه - [309] - الحال، وقد يكون أن ترجع عن من أذنت في إنكاحه، فلا يَنْكحُها من رجعت له، فيكونُ فَسَاداً عليها وعلى خاطبها الذي أذنت في إنكاحه.

(1) البخاري: كتاب النكاح/4747؛ النسائي: كتاب النكاح/3188؛ أبو داود: كتاب النكاح/1782؛ أحمد: باقي مسند المكثرين/9572.

(2) مالك: كتاب النكاح/965.

فإن قال قائل: لِمَ صِرت إلى أن تقول إنَّ نهي النبي أنْ يخطب الرجل على خطبة أخيه: على معنىً دون معنىً؟

فبِالدِّلالة عنه.

فإن قال: فأين هي؟

قيل له - إن شاء الله: أخبرنا "مالك" عن "عبد الله بن يزيد" مولى "الأسود بن سفيان" عن "أبي سَلَمَةَ بن عبد الرحمن" عن "فاطمة بنت قَيْسٍ" : "أنَّ زَوْجَهَا طَلَّقَهَا، فَأَمَرَهَا رَسُولُ اللهِ أنْ تَعْتَدَّ فِي - [310] - بَيْتِ" ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ "، وَقَالَ: إِذَا حَلَلْتِ فَآذِنِينِي، قَالَتْ: فَلَمَّا حَلَلَتُ ذَكَرْتُ لَهُ أَنَّ" مُعَاوِيَةَ بن أبي سُفْيَانَ "و" أبَا جَهْمٍ "خَطَبَانِي، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: فَأَمَّا" أَبُو جَهْمٍ "فَلاَ يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ عَاتِقِهِ، وأمَّا" مُعَاوِيَةُ "فَصُعْلُوكٌ لاَ مَالَ لَهُ، اِنْكِحِي" أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ "، قَالَتْ: فَكَرِهْتُهُ، فَقَالَ: اِنْكِحِي" أُسَامَةَ "، فَنَكَحْتُهُ، فَجَعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا، واغْتَبَطْتُ بِهِ" (1) .

قال "الشافعي" : فبهذا قُلْنَا.

ودلَّت سنةُ رسول الله في خِطبته "فاطمةَ" على "أسامة" بعد إعْلامِها رسولَ الله أنَّ "معاوية "و" أبا جهم" خطباها، على أمْرين:

- أحدهما: أنَّ النبي يعلم أنهما لا يخطُبانها إلاَّ وخِطبةُ أحدهما بعد خطبة الآخر، فَلَمَّا لم يَنْهَهَا ولم يَقُلْ لها ما كان لِواحِدٍ - [311] - أنْ يَخْطُبَكِ حتى يترك الآخَرُ خِطْبَتَكِ، وخطبها على "أسامة بن زيد" بعد خطبتهما: فاستدللنا على أنها لم ترضى، (2) ولو رَضِيَتْ واحِداً منهما أمرها أن تتزوج مَنْ رضيت، وأن إخبارَها إياهُ بمن خطبها، إنما كان إخباراً عَمَّا لم تأذن فيه، ولعلها استشارةٌ له، ولا يكون أن تستشيره وقد أذِنَتْ بأحدهما.

فلما خطبها على "أسامة" استدللنا على أنَّ الحال التي خطبها فيه غيرُ الحال التي نهى عن خطبتها فيها، ولم تكن حالٌ تُفَرِّقُ بين خطبتها حتى يَحِلَّ بعضها ويحرُمَ بعضها، إلا إذا أذنت للولي أن يزوجها، فكان لزوجها - إن زوَّجها الولي - أن يُلْزِمها التزويجَ، وكان عليه أن يُلزمَه، وحَلَّتْ له، فأما قبل ذلك فحالها واحدة: ليس لوليها أن يزوجها حتى تأذن، فرُكُونها وغيرُ ركونِها سَواءٌ.

(1) مسلم: كتاب الطلاق/2709؛ النسائي: كتاب النكاح/3193؛ أبو داود: كتاب الطلاق/1944؛ مالك: كتاب الطلاق/1064.

(2) هكذا هو في الأصل بإثبات الألف وقد قدَّمنا توجيه نحوه وأنه جائز في التعليق على ص 275

فإن قال قائل: فإنها راكِنةً مخالِفَةٌ لِحَالِها غيرَ راكِنة.

فكذلك هي لو خُطِبتْ فَشَتَمَت الخاطب وتَرَغَّبَتْ عنه ثم عاد عليها بالخطبة فلم تشتمه ولم تظهر تَرَغُّبًا ولم تركن: كانتْ حالها التي تَرَكَتْ فيها شَتْمه مخالفةً لحالها التي شتمته فيها، وكانت في هذه الحال أقربَ إلى الرضا، ثم تنتقلُ حالاتُها، لأنها قبل الرُّكون إلى مُتَأَوَّلٍ، بعضُها أقْرَبُ إلى الرُّكون منْ بعض.

- [313] - ولا يصح فيه معنى بحال - والله أعلم - إلاَّ ما وصفْتُ مِن أنه نهى عن الخطبة بعد إذنها للولي بالتزويج، حَتَّى يَصِيرَ أمْرُ الولي جائزاً، فأما ما لم يَجُز أمر الولي فأوَّلُ حالها وآخرُها سواءٌ، والله أعلم.

النهي عن معنىً أوضحَ من معنىً قَبْلهُ.

أخبرنا "مالك" عن "نافع" عن "ابن عمر" أنَّ رسولَ الله قال: "المُتَبَايِعَانِ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِالْخِيَارِ عَلَى صَاحِبِهِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، إلاَّ بَيْعَ الخِيَارِ" (1) .

[306] Kami diberitahu oleh Sufyan dari Yahya dari Amrah dari 'Aisyah katakan: "Manusia pekerja diri mereka, dan mereka pergi dengan kepala mereka, maka dikatakan kepada mereka: Seandainya kalian mandi" (6).

(1) Al-Bukhari: Kitab al-Jumu'ah/830; Muslim: Kitab al-Jumu'ah/1397; an-Nasai: Kitab al-Jumu'ah/1360; Malik: Kitab an-Nida' li ash-Shalat/210.

(2) Al-Bukhari: Kitab al-Jumu'ah/845; Muslim: Kitab al-Jumu'ah/1394.

(3) Al-Bukhari: Kitab al-Jumu'ah/829; Muslim: Kitab al-Jumu'ah/1395.

(4) Tidak khusus Syafi'i dengan ta'wil ini karena Malik dan yang lain pergi kepadanya. Dan redakannya Ibn Hazm dalam al-Muhalla 2/19 dan Ibn Daqiq al-'Id dalam syarh Umdah al-Ahkam 2/109, 111 redaan bligh dan pergi kepadanya Syekh Ahmad Syakir dalam ta'liqnya pada ar-Risalah sh 306 dan bedakan antara wajibnya dan syaratnya untuk shahih shalat maka thabit yang pertama dan nafikan yang kedua.

(5) At-Tirmidhi: Kitab al-Jumu'ah/457; an-Nasai: Kitab al-Jumu'ah/1363; Abu Dawud: Kitab ath-Thaharah/300; Ibn Majah: Kitab Iqaamah ash-Shalat wa Sunnah fiha/1081.

(6) Al-Bukhari: Kitab al-Jumu'ah/853; Abu Dawud: Kitab ath-Thaharah/298; Ahmad: Baqi Musnad al-Anshar/23203.

Larangan tentang makna yang ditunjukkan makna dalam hadis yang lain.

Kami diberitahu oleh Malik dari Abu az-Zinad dan Muhammad bin Yahya bin Habban dari al-A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian berkhotbah atas khutbah saudaranya" (1).

Kami diberitahu oleh Malik "dari" Nafi' "dari" Ibn Umar dari Nabi, bahwa beliau bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian berkhotbah atas khutbah saudaranya" (2).

Beliau (Syafi'i) berkata: Jika tidak datang dari Rasulullah dalil bahwa larangannya agar seseorang berkhotbah atas khutbah saudaranya atas makna selain makna: [308] maka zahir bahwa haram seseorang berkhotbah atas khutbah yang lain dari saat mulai hingga tinggalkan.

Beliau katakan: Dan kata Nabi: "Janganlah salah seorang dari kalian berkhotbah atas khutbah saudaranya" memungkinkan bahwa jawaban yang dimaksud dengannya dalam makna hadis, dan tidak didengar oleh yang hadiskan: sebab yang dengannya Rasulullah katakan ini, maka sampaikan sebagian selain sebagian, atau ragu dalam sebagian dan diam atas apa yang diragu padanya.

Maka menjadi Nabi ditanya tentang laki-laki yang berkhotbah wanita maka ridhainya dan izinkan dalam nikahnya, maka berkhotbahnya yang lebih berat menurutnya daripadanya, maka balik dari yang pertama yang izinkan dalam penikahannya, maka larang dari khutbah wanita jika dalam keadaan ini, dan mungkin bahwa balik dari yang izinkan dalam penikahannya, maka tidak menikahinya yang balik kepadanya, maka menjadi kerusakan atasnya dan atas yang khutbahnya yang izinkan dalam penikahannya.

(1) Al-Bukhari: Kitab an-Nikah/4747; an-Nasai: Kitab an-Nikah/3188; Abu Dawud: Kitab an-Nikah/1782; Ahmad: Baqi Musnad al-Mukatsirin/9572.

(2) Malik: Kitab an-Nikah/965.

Maka jika seseorang bertanya: Kenapa kamu pergi ke bahwa larangan Nabi agar laki-laki berkhotbah atas khutbah saudaranya: atas makna selain makna?

Dengan dalil daripadanya.

Maka jika katakan: Maka di mana ia?

Dikatakan kepadanya jika Allah menghendaki: Kami diberitahu oleh Malik dari Abdullah bin Yazid mawla al-Aswad bin Sufyan dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Fatimah binti Qais: "Bahwa suaminya talak dia, maka Rasulullah amr dia bahwa 'iddah [310] di rumah" Ibn Umm Maktum ", dan katakan: Jika halal, maka beri tahuku, beliau katakan: Maka ketika halal, aku sebutkan kepadanya bahwa" Muawiyah bin Abi Sufyan "dan" Abu Jahm "berkhutbahku, maka Rasulullah katakan: Maka adapun" Abu Jahm "maka tidak letakkan tongkatnya dari bahunya, dan adapun" Muawiyah "maka budak tanpa harta, nikahilah" Usamah bin Zaid ", beliau katakan: Maka aku benci dia, maka beliau katakan: Nikahilah" Usamah ", maka aku nikahi dia, maka Allah jadikan padanya kebaikan, dan aku senang dengannya" (1).

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka dengan ini kami katakan.

Dan menunjukkan sunnah Rasulullah dalam khutbahnya Fatimah kepada Usamah setelah pemberitahuan-Nya kepada Rasulullah bahwa Muawiyah "dan Abu Jahm" berkhutbahnya, atas dua amr:

Salah satunya: bahwa Nabi mengetahui bahwa keduanya tidak berkhutbahnya kecuali khutbah salah satunya setelah khutbah yang lain, maka ketika tidak larang dia dan tidak katakan kepadanya apa yang menjadi bagi satu [311] untuk berkhutbahmu hingga yang lain tinggalkan khutbahmu, dan khutbahnya kepada Usamah bin Zaid setelah khutbah keduanya: maka istidlal kami bahwa ia tidak ridha, (2) dan jika ridha satu daripadanya amr dia untuk nikah dengan yang diridhainya, dan bahwa pemberitahuan dia kepadanya dengan yang berkhutbahnya, hanyalah pemberitahuan tentang apa yang tidak izinkan padanya, dan mungkin istisyarah kepadanya, dan tidak menjadi bahwa bertanya padanya dan telah izinkan dengan salah satunya.

Maka ketika khutbahnya kepada Usamah istidlal kami bahwa keadaan yang khutbahnya padanya selain keadaan yang larang khutbahnya padanya, dan tidak menjadi keadaan yang membedakan antara khutbahnya hingga halal sebagiannya dan haram sebagiannya, kecuali jika izinkan kepada wali untuk menikahkannya, maka menjadi amr wali boleh, maka atas suaminya jika nikahkan wali untuk mewajibkan pernikahan, dan wajib atasnya mewajibkannya, dan halal baginya, maka sebelum itu keadaannya satu: tidak bagi wali untuk menikahkannya hingga izinkan, maka rukonnya dan selain rukonnya sama.

(1) Muslim: Kitab at-Talaq/2709; an-Nasai: Kitab an-Nikah/3193; Abu Dawud: Kitab at-Talaq/1944; Malik: Kitab at-Talaq/1064.

(2) Demikian ia dalam asal dengan thabit alif dan kami sebutkan penjelasan semisalnya dan bahwa boleh dalam ta'liq pada sh 275.

Maka jika seseorang bertanya: Maka ia rukon bertentangan dengan keadaannya selain rukon.

Maka demikian ia jika berkhutbah maka mencaci khatib dan menolak daripadanya kemudian kembali padanya dengan khutbah maka tidak mencaci dan tidak tampak penolakan dan tidak rukon: menjadi keadaannya yang tinggalkan mencacinya bertentangan dengan keadaannya yang mencacinya, dan menjadi dalam keadaan ini lebih dekat kepada ridha, kemudian berpindah keadaan-keadaannya, karena sebelum rukon kepada yang ber-ta'wil, sebagiannya lebih dekat kepada rukon daripada sebagian.

[313] Dan tidak shahih padanya makna dalam keadaan dan Allah lebih mengetahui kecuali apa yang kucatat dari bahwa beliau larang khutbah setelah izinkan dia kepada wali dengan pernikahan, hingga menjadi amr wali boleh, maka sebelum tidak boleh amr wali awal keadaannya dan akhirnya sama, dan Allah lebih mengetahui.

Larangan tentang makna yang lebih jelas daripada makna sebelumnya.

Kami diberitahu oleh Malik dari Nafi' dari Ibn Umar bahwa Rasulullah bersabda: "Dua yang bertukar jual beli masing-masing satu dari keduanya pilihan atas shahibnya selama tidak berpisah, kecuali jual beli khiyar" (1).

- [314] - أخبرنا "سفيان" عن "الزهري" عن "سعيد بن المسيب" عن "أبي هريرة" أنَّ رسولَ الله قال: "لاَ يَبِيعُ الرَّجُلُ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ" (2) .

قال "الشافعي" : وهذا معنى يُبَيِّنُ أن رسول الله قال: "المتبايعان بالخيار ما لم يتفرقا" ، وأنَّ نهيه عن أن يبيع الرجل على بيع أخيه، إنما هو قبل أن يتَفَرَّقا عن مقامهما الذي تبايعا فيه.

وذلك أنهما لا يكونان متبايعين حتى يَعْقدا البيْعَ معاً، فلو كان البيع إذا عَقَداه لزم كلَّ واحد منهما، ما ضَرَّ البائِعَ أن يبيعه رجلٌ سِلْعَةً كسلعته أو غيرَها، وقد تمَّ بيعه لِسِلْعته، ولكنه لَمَّا كان لهما الخِيار كان الرجل لو اشترى من رجلٍ ثَوْبًا بِعشرة دنانِيرَ فجاءه آخر فأعطاه مثله بتسعة دنانير: أشْبَهَ أن يَفْسَخَ البيعَ، إذا كان له الخيارُ قبل أن يفارقه، ولعله يفسخه ثم لا يَتِمُّ - [315] - البيع بينه وبَيْنَ بَيِّعِهِ الآخر، فيكونُ الآخَرُ قد أفسد على البائع وعلى المشتري، أو على أحدهما.

فهذا وجْهُ النهي عن أن يبيع الرجلُ على بَيْعِ أخيه، لاَ وَجْهَ له غيرُ ذلك.

ألاَ تَرَى أنه لوْ باعَهُ ثوباً بعشرة دنانيرَ، فلزمه البيع قبل أن يتفرقا من مقامهما ذلك، ثم باعه آخر خيراً منه بدينار: لم يَضُرَّ البائِعَ الأوَّلَ، لأنه قد لَزِمَهُ عَشْرَةُ دنانيرَ لا يستطيع فسخَها؟!

قال: وقد رُوِيَ عن النبي أنه قال: "لاَ يَسُومُ أَحَدُكُمْ عَلَى سَوْمِ أَخِيهِ" (3) ، فإن كان ثابتاً، ولسْتُ أحفظه ثابتاً، فهو مثل: "لاَ يَخْطُبْ أَحَدُكُمْ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ" ، لا يسوم على سومه إذا رضي البيعَ وأذِنَ بأن يُباعَ قبل البيع، حتى لوْ بِيعَ لَزِمَهُ.

فإن قال قائل: ما دل على ذلك؟

فإن رسول الله باع فيمن يزيد، وبيْعُ مَنْ يَزيدُ سَوْمُ رجُلٍ على سوم أخيه، ولكن البائع لم يرْضَ السَّوْمَ الأوَّلَ حتى طَلَبَ الزِّيَادَةَ.

(1) البخاري: كتاب البيوع/1969؛ مسلم: كتاب البيوع/2721؛ النسائي: كتاب البيوع/4404؛ مالك: كتاب البيوع/1177.

(2) البخاري: كتاب البيوع/1996؛ الترمذي: كتاب النكاح/1053؛ النسائي: كتاب البيوع/4430.

(3) مسلم: كتاب النكاح/2519؛ الترمذي: كتاب البيوع/1213؛ ابن ماجه: كتاب التجارات/2163؛ أحمد: باقي مسند المكثرين/8966.

النهي عن معنى يُشْبِه الذي قبلَه في شيء ويفارقه في شيء غيره

أخبرنا "مالك" عن "محمد بن يحيى بن حَبَّان" عن "الأعرج" عن "أبي هريرة" : "أنَّ رَسُولَ اللهِ نَهَى عَنِ الصَّلَاةِ بَعْدَ العَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ، وَعَنِ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ" (1) .

أخبرنا "مالك" عن "نافع" عن "ابن عمر" أن رسول الله قال: - [317] - "لاَ يَتَحَرَّى (2) أَحَدُكُمْ بِصَلاَتِهِ عِنْدَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَلاَ عِنْدَ غُرُوبِهَا" (3) .

أخبرنا "مالك" عن "زيد بن أسلم" عن "عطاء بن يسار" عن "عبد الله الصُّنَابِحِيِّ" ، أنَّ رسولَ الله قال: "إنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ - [320] - وَمَعَهَا قَرْنُ الشَّيْطَانِ، فَإِذَا ارْتَفَعَتْ فَارَقَهَا، ثُمَّ إذَا اسْتَوَتْ قَارَنَهَا، فَإِذَا زَالَتْ فَارَقَهَا، ثُمَّ إذَا دَنَتْ لِلْغُرُوبِ قَارَنَهَا، فَإِذَا غَرُبَتْ فَارَقَهَا، وَنَهَى رَسُولُ اللهِ عَنِ الصَّلاَةِ فِي تِلْكَ السَّاعَاتِ" (4) .

فاحتمل النهي من رسول الله عن الصلاة في هذه الساعات معنيين:

- أحدهما: - وهو أعَمُّهما - أنْ تكون الصلوات كلها، واجِبها الذي نُسي ونيم عنه، وما لزم بوجه من الوجوه منها: مُحَرَّمًا في هذه الساعات، لا يكون لأحد أن يُصلي فيها، ولو صلى لم يؤدي (5) ذلك عنه ما لزمه من الصلاة، كما يكون مَنْ قدَّم صلاةً قبْل دخول وقتها لم تُجْزي عنه.

[314] Kami diberitahu oleh Sufyan dari az-Zuhri dari Sa'id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: "Tidak boleh laki-laki jual atas jual saudaranya" (2).

Beliau (Syafi'i) berkata: Dan ini makna yang menjelaskan bahwa Rasulullah katakan: "Dua yang bertukar jual beli pilihan selama tidak berpisah", dan bahwa larangannya agar laki-laki jual atas jual saudaranya, hanyalah sebelum berpisah dari tempat mereka yang bertukar jual di dalamnya.

Dan itu bahwa keduanya tidak menjadi bertukar jual hingga mengikat jual beli bersama, maka jika jual beli ketika diikat lantas masing-masing satu dari keduanya, apa rugi penjual bahwa jualkan laki-laki barang seperti barangnya atau selainnya, dan telah sempurna jualnya barangnya, tapi ketika ada pilihan bagi keduanya menjadi laki-laki jika beli dari laki-laki kain dengan sepuluh dinar maka datang yang lain beri semisalnya dengan sembilan dinar: lebih mirip bahwa fsakh jual beli, jika ada pilihan sebelum berpisah daripadanya, dan mungkin fsakhnya kemudian tidak sempurna [315] jual beli di antaranya dan penjualnya yang lain, maka menjadi yang lain telah rusak atas penjual dan pembeli, atau atas salah satunya.

Maka ini wajah larangan agar laki-laki jual atas jual saudaranya, tidak ada wajah baginya selain itu.

Tidakkah kamu lihat bahwa jika jualkannya kain dengan sepuluh dinar, lantas jual beli sebelum berpisah dari tempat itu, kemudian jualkannya yang lain lebih baik daripadanya satu dinar: tidak rugi penjual yang pertama, karena telah lantas padanya sepuluh dinar tidak mampu fsakhnya?!!!

Beliau katakan: Dan diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian tusum atas tusum saudaranya" (3), jika thabit, dan aku tidak hafal thabit, maka seperti: "Janganlah salah seorang dari kalian berkhotbah atas khutbah saudaranya", tidak tusum atas tusumnya jika ridha jual beli dan izinkan agar dijual sebelum jual beli, hingga jika dijual lantas padanya.

Maka jika seseorang bertanya: Apa dalilnya atas itu?

Maka Rasulullah jual dalam yang diberi Yazid, dan jual Yazid tusum laki-laki atas tusum saudaranya, tapi penjual tidak ridha tusum pertama hingga minta kelebihan.

(1) Al-Bukhari: Kitab al-Buyu'/1969; Muslim: Kitab al-Buyu'/2721; an-Nasai: Kitab al-Buyu'/4404; Malik: Kitab al-Buyu'/1177.

(2) Al-Bukhari: Kitab al-Buyu'/1996; at-Tirmidhi: Kitab an-Nikah/1053; an-Nasai: Kitab al-Buyu'/4430.

(3) Muslim: Kitab an-Nikah/2519; at-Tirmidhi: Kitab al-Buyu'/1213; Ibn Majah: Kitab at-Tijarat/2163; Ahmad: Baqi Musnad al-Mukatsirin/8966.

Larangan tentang makna yang mirip yang sebelumnya dalam sesuatu dan berpisah darinya dalam sesuatu yang lain.

Kami diberitahu oleh Malik dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari al-A'raj dari Abu Hurairah: "Bahwa Rasulullah [317] larang shalat setelah Ashar hingga terbenam matahari, dan larang shalat setelah Shubuh hingga terbit matahari" (1).

Kami diberitahu oleh Malik dari Nafi' dari Ibn Umar bahwa Rasulullah bersabda: [317] "Janganlah salah seorang dari kalian tatuhar (2) dengan shalatnya ketika terbit matahari dan ketika terbenamnya" (3).

Kami diberitahu oleh Malik dari Zaid bin Aslam dari 'Atho' bin Yasar dari Abdullah ash-Shunabihi, bahwa Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya matahari terbit [320] bersamanya tanduk setan, maka jika terangkat berpisah daripadanya, kemudian ketika rata tempel padanya, maka jika bergeser berpisah daripadanya, kemudian ketika dekat terbenam tempel padanya, maka jika terbenam berpisah daripadanya, dan Rasulullah larang shalat dalam jam-jam itu" (4).

Maka, larangan dari Rasulullah dari shalat dalam jam-jam ini memungkinkan dua makna:

Salah satunya: dan ia yang paling umum daripadanya bahwa shalat-shalat semuanya, wajibnya yang dilupakan dan tertidur daripadanya, dan yang lantas dengan wajah dari wajah-wajah daripadanya: haram dalam jam-jam ini, tidak menjadi bagi siapa pun shalat di dalamnya, dan jika shalat tidak sampaikan itu daripadanya apa yang lantas daripadanya dari shalat, seperti siapa yang mendahului shalat sebelum masuk waktunya tidak mujzi baginya.

- [321] - واحتمل أن يكون أراد به بعض الصلاة دون بعض.

فوجدنا الصلاة تتفرق بوجهين: أحدهما: ما وجب منها فلم يكن لمسلم تركُه في وقته، ولو تركه كان عليه قَضَاهُ، والآخر: ما تقرب إلى الله بالتنقل فيه، وقد كان للمتنقل تركُه بلا قَضًا له عليه.

ووجدنا الواجب عليه منها يُفارق التَّطَوُّع في السَّفر إذا كان المرء راكباً، فيصلي المكتوبة بالأرض، لا يجزئه غيرُها، والنافلةَ راكباً مُتَوجهاً حيث شاء.

ومُفَرَّقان في الحضر والسفر، ولا يكون لِمَنْ أطاق - [322] - القيامَ أن يصلي واجِبًا من الصَّلاة قاعداً، ويكون ذلك له في النافلة.

فلَمَّا احتمل المعنيين، وجب على أهل العلم أن لا يحملوها على خاصٍّ دون عامٍّ إلا بدِلالة، مِن سنة رسول الله، أو إجماع علماء المسلمين، الذين لا يمكن أنْ يُجْمِعُوا على خلاف سنةٍ له.

(1) البخاري: كتاب مواقيت الصلاة/553؛ مسلم: كتاب صلاة المسافرين وقصرها/1366؛ مالك: كتاب النداء للصلاة/461.

(2) هكذا هو بإثبات الألف وتكرر غير مرة نحوه وتمحّل الشرّاح في تأويله فعدوا (لا) نافية وهو غير سديد وقدّمنا توجيه نحوه في التعليق على ص 275 وأنه إشباع للحركة قبل الحرف.

(3) البخاري: كتاب مواقيت الصلاة/550؛ مسلم: كتاب صلاة المسافرين وقصرها/1369؛ مالك: كتاب النداء للصلاة/460.

(4) النسائي: كتاب المواقيت/556؛ مالك: كتاب النداء للصلاة/457.

(5) هكذا ثبت بالياء وانظر التعليق على ص 275

قال: وهكذا غير هذا من حديث رسول الله، هو على الظاهر من العامِّ حتى تأتي الدِّلالة عنه كما وصفْتُ، أو بإجماع المسلمين: أنه على باطنٍ دون ظاهِرٍ، وخاصٍّ دون عامٍّ، فيجعلونه بما جاءت عليه الدلالة عليه، ويطيعونه في الأمرين جميعاً.

أخبرنا "مالك" عن "زيد بن أسلم" عن "عطاء بن يسار" وعن "بُسْر بن سعيد" وعن "الأعرج" يحدثونه عن "أبي هريرة" أنَّ رسول الله - [323] - قال: "مَنْ أَدْرَكَ رَكعَةً مِنَ الصُّبْحِ قَبْلَ أنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ الصُّبْحَ، وَمَنْ أَدْرَكَ رَكعْةً مِنَ العَصْرِ قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ العَصْرَ" (1) .

قال "الشافعي" : فالعلم يحيط أن المُصلي ركعةً من الصبح قبل طلوع الشمس والمصلي ركعة من العصر قبل غروب الشمس، قد صلَّيَا معًا في وقتين يجمعان تحريمَ وقتين، وذلك أنهما صليا بعد الصبح والعصر، ومع بُزُوغ الشمس ومَغِيبها، وهذه أربعةُ أوْقات مَنْهِيٌّ عن الصلاة فيها.

لَمَّا جعَلَ رسول الله المصلين في هذه الأوقات مُدْرِكين لصلاة الصبح والعصر، استدللنا على أن نهيه عن الصلاة في هذه الأوقات على النوافل التي لا تَلْزَمُ، وذلك أنه لا يكون - [324] - أن يُجْعل المَرْءُ مُدْرِكًا لصلاةٍ في وقتٍ نُهِيَ فيه عن الصلاة.

أخبرنا "مالك" عن "ابن شهاب" عن "ابن المسيب" أنَّ رسولَ الله قال: "مَنْ نَسِيَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّهَا إذَا ذَكَرَهَا، فَإِنَّ اللهَ يَقُولُ:" أَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي (14) " [طه] " (2) .

وحدّثَ "أنس بن مالك" و "عمران بن حصين" عن النبي مِثل معنى حديث "ابن المسيب" ، وزاد أحدُهما: "أوْ نَامَ عَنْهَا" .

قال "الشافعي" : فقال رسول الله: "فَلْيُصَلِّهَا إذَا - [325] - ذَكَرَهَا" ، فجعل ذلك وقتاً لها، وأخبر به عن الله - تبارك وتعالى - ولم يستثني (3) وقتاً مِن الأوقات يَدَعُها فيه بعْد ذكرها.

أخبرنا "ابن عيينة" عن "أبي الزبير" عن "عبد الله بن باباه" عن "جبير بن مُطْعِمٍ" أن النبي قال: "يَا بَنِي عَبْدِ منَاَفٍ، مَنْ وَلِيَ مِنْكُمْ مِنْ أَمْرِ النَّاسِ شَيْئًا فَلاَ يَمْنَعَنَّ أَحَدًا طَافَ بَهَذَا البَيْتِ وَصَلَّى، أَيَّ سَاعَةٍ شَاءَ، مِنْ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ" (4) .

أخبرنا "عبد المجيد" عن "ابن جريج" عن - [326] - "عطاء" عن النبي مثل معناه، وزاد فيه: "يَا بَنِي عَبْدِ المُطَّلِبِ، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ" ، ثم ساق الحديث.

قال: فأخبر "جُبَيْرٌ" عن النبي، أنَّهُ أَمَرَ بِإِبَاحَةِ الطَّوَافِ بِالْبَيْتِ وَالصَّلاَةِ لَهُ فِي أَيِّ سَاعَةٍ شَاءَ الطَّائِفُ وَالمُصَلِّي.

وهذا يبين أنه إنما نهى عن المواقيت التي نهى عنها، عن الصلاة التي لا تلزم بوجه من الوجوه، فأما ما لزم فلم يَنهَ عنه، بل أباحه، صلى الله عليه.

(1) مسلم: كتاب المساجد ومواضع الصلاة/956؛ أحمد: باقي مسند المكثرين/9575؛ مالك: كتاب وقوت الصلاة/4.

(2) البخاري: كتاب مواقيت الصلاة/562؛ النسائي: كتاب المواقيت/615؛ أبو داود: كتاب الصلاة/371؛ ابن ماجه: كتاب الصلاة/689؛ الدارمي: كتاب الصلاة/1201.

(3) هكذا هي بالياء وكثر مجيء نحوها كثرة يُطمأن إلى صحتها ويُركن إلى مذهبها. وانظر ص 275

(4) الترمذي: كتاب الحج/795؛ النسائي: كتاب المواقيت/581؛ أبو داود: كتاب المناسك/1618؛ ابن ماجه: كتاب إقامة الصلاة والسنة فيها/1244؛

وصلى المسلمون على جنائزهم عامةً بعد العصر والصبح، لأنها لاَزِمة.

وقد ذهب بعض أصحابنا إلى أن "عمر بن الخطاب" - [327] - طاف بعد الصبح، ثم نَظَرَ فلم يرى (1) الشمْسَ طلعتْ، فركِب حتى أتى ذا طوًى وطلعت الشمس، فأناخ فصلى: فنهى عن الصلاة للطواف بعد العصر وبعد الصبح، كما نهى عما لا يلزم مِن الصلاة.

قال: فإذا كان "لِعُمر" أن يؤخر الصلاة للطواف، فإنما تركها لأن ذلك له، ولأنه لو أراد منزلاً بذي طوى لحاجةٍ كان واسعاً له - إن شاء الله -، ولكن سمع النهيَ جملةً عن الصلاة، وضرب "المنكدِرَ" عليها بالمدينة بعد العصر، ولم يسمع ما يدل على أنه - [328] - إنما نهى عنها للمعنى الذي وصفنا، فكان يجب عليه ما فعل.

ويجب على من علم المعنى الذي نَهَى عنه والمعنى الذي أبيحت فيه: أن إباحتها بالمعنى الذي أباحها فيه خلاف المعنى الذي نهى فيه عنها، كما وصفتُ مما رَوَى "علي" عن النبي مِن النهي عن إمساك لحوم الضحايا بعد ثلاثٍ، إذْ سمع النهي ولم يسمع سبب النهي.

(1) انظر الحاشية (3) من المقطع السابق مباشرة.

قال: فإن قال قائل: فقد صنع "أبو سعيد الخدري" كما صنع "عمر" ؟

قلنا: والجواب فيه كالجواب في غيره.

[321] Dan memungkinkan bahwa dimaksud dengannya sebagian shalat selain sebagian.

Maka temukan shalat terpisah dengan dua wajah: salah satunya: apa yang wajib daripadanya maka tidak bagi muslim tinggalkan pada waktunya, dan jika tinggalkan wajib qadha atasnya, dan yang lain: apa yang didekati kepada Allah dengan perpindahan padanya, dan mungkin bagi yang berpindah tinggalkan tanpa qadha atasnya.

Dan temukan yang wajib atasnya terpisah dari sunnah dalam safar jika laki-laki menunggang, maka shalat yang tertulis dengan berdiri, tidak mujzi baginya selainnya, dan sunnah menunggang menghadap ke mana yang diinginkannya.

Dan terpisah dalam hadar dan safar, dan tidak bagi yang mampu [322] berdiri untuk shalat wajib dari shalat duduk, dan menjadi baginya dalam sunnah.

Maka ketika memungkinkan dua makna, wajib atas ahli ilmu bahwa tidak angkat padanya khusus selain umum kecuali dengan dalil, dari sunnah Rasulullah, atau ijma' ulama muslimin, yang tidak mungkin ijma' atas khilaf sunnah baginya.

(1) Al-Bukhari: Kitab Mawaqit ash-Shalat/553; Muslim: Kitab Shalat al-Musafirin wa Qashruha/1366; Malik: Kitab an-Nida' li ash-Shalat/461.

(2) Demikian ia dengan thabit alif dan kekerapan selain sekali semisalnya dan temahul syarahi dalam ta'wilnya maka hitung (la) nafi dan ia selain shadid dan kami sebutkan ta'wil semisalnya dalam ta'liq pada sh 275 dan bahwa pengisian untuk gerak sebelum huruf.

(3) Al-Bukhari: Kitab Mawaqit ash-Shalat/550; Muslim: Kitab Shalat al-Musafirin wa Qashruha/1369; Malik: Kitab an-Nida' li ash-Shalat/460.

(4) An-Nasai: Kitab al-Mawaqit/556; Malik: Kitab an-Nida' li ash-Shalat/457.

(5) Demikian thabit dengan ya' dan lihat ta'liq pada sh 275.

Beliau katakan: Dan demikian selain ini dari hadis Rasulullah, ia atas zahir umum hingga datang dalil daripadanya seperti yang kucatat, atau dengan ijma' muslimin: bahwa atas batin selain zahir, dan khusus selain umum, maka jadikan dengannya apa yang dibawa dalil padanya, dan taat kepadanya dalam dua amr semuanya.

Kami diberitahu oleh Malik dari Zaid bin Aslam dari 'Atho' bin Yasar dan dari Busar bin Sa'id dan dari al-A'raj mereka hadiskan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah [323] bersabda: "Siapa yang mendahului rakaat dari Shubuh sebelum terbit matahari maka telah mendahului Shubuh, dan siapa yang mendahului rakaat dari Ashar sebelum terbenam matahari maka telah mendahului Ashar" (1).

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka, ilmu melingkupi bahwa yang shalat rakaat dari Shubuh sebelum terbit matahari dan yang shalat rakaat dari Ashar sebelum terbenam matahari, telah shalat bersamaan dalam dua waktu yang kumpulkan larangan dua waktu, dan itu bahwa keduanya shalat setelah Shubuh dan Ashar, dan dengan terbit matahari dan terbenamnya, dan ini empat waktu yang dilarang shalat di dalamnya.

Ketika Rasulullah jadikan yang shalat dalam jam-jam ini mendahului shalat Shubuh dan Ashar, istidlal kami bahwa larangannya dari shalat dalam jam-jam ini atas sunnah-sunnah yang tidak wajib, dan itu bahwa tidak menjadi [324] bahwa dijadikan manusia mendahului shalat dalam waktu yang dilarang shalat di dalamnya.

Kami diberitahu oleh Malik dari Ibn Syihab dari Ibn al-Musayyab bahwa Rasulullah bersabda: "Siapa yang lupa shalat maka shalatkan ketika ingat, sesungguhnya Allah bersabda: 'Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku (14)' [Tha Ha]" (2).

Dan hadiskan Anas bin Malik dan Imran bin Husain dari Nabi seperti makna hadis Ibn al-Musayyab, dan tambah salah satunya: "Atau tertidur daripadanya".

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka kata Rasulullah: "Maka shalatkan ketika [325] ingat", maka jadikan itu waktu baginya, dan beritahu dengannya dari Allah Maha Suci dan Maha Tinggi dan tidak kecualikan (3) waktu dari waktu-waktu tinggalkan padanya setelah ingat.

Kami diberitahu oleh Ibn Uyainah dari Abu az-Zubair dari Abdullah bin Babaah dari Jubair bin Muth'im bahwa Nabi bersabda: "Wahai Bani Abd Manaf, siapa yang wilayah dari kalian dari amr manusia sesuatu maka janganlah mencegah siapa pun thawaf Bait ini dan shalat, jam apa pun yang diinginkannya, dari malam atau siang" (4).

Kami diberitahu oleh Abd al-Majid dari Ibn Juraij dari [326] 'Atho' dari Nabi seperti maknanya, dan tambah padanya: "Wahai Bani Abd al-Muthalib, wahai Bani Abd Manaf", kemudian sampaikan hadis.

Beliau katakan: Maka beritahu Jubair dari Nabi, bahwa beliau amr dengan pengizinan thawaf Bait dan shalat baginya dalam jam apa pun yang diinginkan thawaf dan yang shalat.

Dan ini menjelaskan bahwa hanyalah larang dari jam-jam yang dilarang daripadanya, dari shalat yang tidak wajib dengan wajah dari wajah-wajah, maka adapun yang wajib tidak larang daripadanya, tapi izinkan, shalawat Allah padanya.

(1) Muslim: Kitab al-Masajid wa Mawadhi' ash-Shalat/956; Ahmad: Baqi Musnad al-Mukatsirin/9575; Malik: Kitab Waqt ash-Shalat/4.

(2) Al-Bukhari: Kitab Mawaqit ash-Shalat/562; an-Nasai: Kitab al-Mawaqit/615; Abu Dawud: Kitab ash-Shalat/371; Ibn Majah: Kitab ash-Shalat/689; ad-Darimi: Kitab ash-Shalat/1201.

(3) Demikian ia dengan ya' dan kekerapan semisalnya kekerapan diwaspadai shahihnya dan dirukun kepada madzhabnya. Dan lihat sh 275.

(4) At-Tirmidhi: Kitab al-Hajj/795; an-Nasai: Kitab al-Mawaqit/581; Abu Dawud: Kitab al-Manashik/1618; Ibn Majah: Kitab Iqaamah ash-Shalat wa Sunnah fiha/1244.

Dan shalat muslim pada jenazah mereka secara umum setelah Ashar dan Shubuh, karena lantas.

Dan telah pergi sebagian shahabat kami ke bahwa Umar bin al-Khattab [327] thawaf setelah Shubuh, kemudian lihat tidak lihat matahari terbit, naik hingga datang Dhathu Thuwah dan terbit matahari, turun shalat: maka larang dari shalat untuk thawaf setelah Ashar dan setelah Shubuh, seperti larang dari apa yang tidak wajib dari shalat.

Beliau katakan: Maka jika bagi Umar menunda shalat untuk thawaf, maka tinggalkan karena itu baginya, dan karena jika inginkan turun di Dhathu Thuwah untuk keperluan luas baginya jika Allah menghendaki -, tapi dengar larangan secara keseluruhan dari shalat, dan pukul al-Munkadir atasnya dengan Madinah setelah Ashar, dan tidak dengar apa yang menunjukkan bahwa [328] hanyalah larang daripadanya untuk makna yang kucatat, maka wajib atasnya apa yang dilakukannya.

Dan wajib atas siapa yang ketahui makna yang dilarang daripadanya dan makna yang diizinkan padanya: bahwa pengizinan dengan makna yang diizinkannya khilaf makna yang dilarang daripadanya, seperti yang kucatat dari apa yang diriwayatkan Ali dari Nabi dari larangan menyimpan daging kurban setelah tiga, karena dengar larangan dan tidak dengar sebab larangan.

(1) Lihat hasyiyah (3) dari potongan sebelumnya langsung.

Beliau katakan: Maka jika seseorang bertanya: Maka Abu Sa'id al-Khudri lakukan seperti yang dilakukan Umar?

Kami katakan: Dan jawab padanya seperti jawab dalam yang lain.

- [329] - قال: فإن قال قائل: فهل مِن أحد صَنَعَ خِلاف ما صَنَعَا؟

قيل: نعم، "ابنُ عمر" ، و "ابن عباس" ، و "عائشة" ، و "الحسن" ، و "الحسين" ، وغيرهم، وقد سمع "ابن عمر" النهي من النبي.

أخبرنا "ابن عيينة" عن "عمرو بن دينار" قال: رأيت أنا و "عطاء بن أبي رَباحٍ" "ابنَ عمرَ" طاف بعد الصبح، وصلى قبل أن تطلع الشمس.

"سفيان" عن "عَمَّارٍ الدُّهْنِيِّ" عن "أبي شعبة" : أنَّ "الحسن" و "الحسين" طافا بعد العصر وصَلَّيَا.

- [330] - أخبرنا "مسلم" و "عبد المجيد" عن "ابن جريج" عن "ابن أبي مُلَيْكَةَ" قال: رأيتُ "ابن عباس" طاف بعد العصر وصلَّى.

قال: وإنما ذكرْنا تَفَرُّقَ أصحاب رسول الله في هذا ليَسْتَدِلَّ مَن عَلِمَهُ على أنَّ تفرُّقهم فيما لرسول الله فيه سنةٌ: لا يكون إلا على هذا المعنى، أو على أنْ لا تبلغ السنة مَن قال خلافها منهم، أو تأويلٍ تحتمله السنة، أو ما أشبه ذلك، مما قد يرى قائله له فيه عُذْرًا، إن شاء الله.

وإذا ثَبَتَ عن رسول الله الشيءُ فهو اللازم لجميع مَنْ عَرَفَهُ، لا يُقَوِّيه ولا يُوهِنُه شيءٌ غيره، بل الفرْضُ الذي على الناس اتِّباعه، ولم يجعل اللهُ لِأَحَدٍ معه أمْرًا يخالف أمْرَهُ.

باب آخر.

أخبرنا "مالك" عن "نافع" عن "ابن عمر" : "أَنَّ رَسُولَ اللهِ نَهَى عَنِ المُزَابَنَةِ. والمُزَابَنَةُ: بَيْعُ الثَّمَرِ بِالتَّمْرِ كَيْلًا، وَبَيْعُ الكَرْمِ بِالزَّبِيبِ كَيْلاً" (1) .

أخبرنا "مالك" عن "عبد الله بن يزيد" مولى "الأسود - [332] - بن سفيان" أنَّ "زيْدًا أبا عيَّاشٍ" أخبره عن "سعد بن أبي وقاص" : "أنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ سُئِلَ عَنْ شِرَاءِ التَّمْرِ بِالرُّطَبِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ: أَيَنْقُصُ الرُّطَبُ إِذَا يَبِسَ؟ قاَلُوا: نَعَمْ، فَنَهَى عَنْ ذَلِكَ" (2) .

- [333] - أخبرنا "مالك" عن "نافع" عن "ابن عمر" عن "زيد بن ثابت" : أنَّ رَسُولَ اللهِ رَخَّصَ لِصَاحِبِ العَرِيَّةِ أنْ يَبِيعَهَا بِخَرْصِهَا "(3) ."

أخبرنا "ابن عيينة" عن "الزهري" عن "سالم" عن أبيه عن "زيد بن ثابت" : "أنَّ النَّبِيَّ رَخَّصَ فِي العَرَايَا" (4) .

[329] Beliau katakan: Maka jika seseorang bertanya: Apakah ada dari seseorang lakukan khilaf apa yang dilakukan keduanya?

Dikatakan: Ya, Ibn Umar, dan Ibn Abbas, dan 'Aisyah, dan al-Hasan, dan al-Husain, dan yang lain, dan Ibn Umar dengar larangan dari Nabi.

Kami diberitahu oleh Ibn Uyainah dari Amru bin Dinar katakan: Aku lihat aku dan 'Atho' bin Abi Rabah Ibn Umar thawaf setelah Shubuh, dan shalat sebelum terbit matahari.

Sufyan dari Ammar ad-Duhni dari Abu Syu'bah: bahwa al-Hasan dan al-Husain thawaf setelah Ashar dan shalat.

[330] Kami diberitahu oleh Muslim dan Abd al-Majid dari Ibn Juraij dari Ibn Abi Mulaikah katakan: Aku lihat Ibn Abbas thawaf setelah Ashar dan shalat.

Beliau katakan: Dan hanyalah kusebutkan perpecahan shahabat Rasulullah dalam ini agar istidlal siapa yang ketahuinya bahwa perpecahan mereka dalam apa yang bagi Rasulullah sunnah: tidak menjadi kecuali atas makna ini, atau atas bahwa sunnah tidak sampai kepada yang katakan khilafnya daripada mereka, atau ta'wil yang memungkinkannya sunnah, atau apa yang mirip itu, dari apa yang lihat pengatakannya padanya maaf, jika Allah menghendaki.

Dan ketika thabit dari Rasulullah sesuatu maka ia lantas bagi segala yang kenal, tidak kuatkan dan tidak lemahkan padanya sesuatu selainnya, tapi kewajiban yang atas manusia mengikutinya, dan Allah tidak jadikan bagi siapa pun bersamanya amr yang khilaf amr-Nya.

Bab lain.

Kami diberitahu oleh Malik dari Nafi' dari Ibn Umar: "Bahwa Rasulullah [331] larang dari al-muzabanah. Dan al-muzabanah: jual buah dengan kurma kayl, dan jual kebun anggur dengan kismis kayl" (1).

Kami diberitahu oleh Malik dari Abdullah bin Yazid mawla al-Aswad [332] bin Sufyan bahwa Zaid Abu Ayyasy memberitahunya dari Sa'd bin Abi Waqqash: "Bahwa beliau mendengar Nabi ditanya tentang beli kurma dengan rutab? Maka Nabi katakan: Apakah rutab berkurang jika kering? Mereka katakan: Ya, maka larang daripadanya" (2).

[333] Kami diberitahu oleh Malik dari Nafi' dari Ibn Umar dari Zaid bin Tsabit: bahwa Rasulullah izinkan bagi pemilik 'ariyyah bahwa jual dengannya dengan kharshnya "(3).

Kami diberitahu oleh Ibn Uyainah dari az-Zuhri dari Salim dari ayahnya dari Zaid bin Tsabit: "Bahwa Nabi izinkan dalam al-'arayya" (4).

- [334] - قال "الشافعي" : فكان بيع الرُّطَبِ بالتَّمْرِ مَنْهِيًّا عنه، لنهي النبي، وبَيَّنَ رسولُ الله أنه إنما نهى عنه لأنه ينقص إذا يَبِسَ، وقد نهى عن التمر بالتمر إلاَّ مثلاً بمثل، فلَمَّا نظَرَ في المُتَعَقَّبِ مِن نُقْصان الرطب إذا يبس، كان لا يكون أبداً مثْلاً بمثل، إذْ كان النُّقْصَانُ مُغَيَّبًا لا يُعْرَفُ، فكان يجمع معنيين: أحدهما التَّفاضُل في المَكِيلَة؛ والآخر المُزَابَنَة، وهي بيع ما يُعْرف كيْلُه بما يُجْهل كيْله مِنْ جنسه، فكان مَنْهِيًّا لمعنيين

فَلَمَّا رخَّصَ رُسولُ الله في بيع العَرَايَا بالتمر كيْلاً لم تعْدُوا العرايا أن تكون رخصة مِن شيء نُهِيَ عنه، أو لم يكن النهي عنه: عن المزابنة والرطب بالتمر: إلاَّ مَقْصُوداً بهما إلى غير - [335] - العرايا، فيكونَ هذا مِن الكلام العام الذي يراد به الخاصُّ.

(1) البخاري: كتاب البيوع/2026؛ مسلم: كتاب البيوع/2846؛ مالك: كتاب البيوع/1140.

(2) الترمذي: كتاب البيوع/1146؛ النسائي: كتاب البيوع/4469؛ أبو داود: كتاب البيوع/2915؛ ابن ماجه: كتاب التجارات/2255؛ مالك: كتاب البيوع/1139.

(3) البخاري: كتاب البيوع/2039؛ مسلم: كتاب البيوع/2838؛ مالك: كتاب البيوع/1131.

(4) البخاري: كتاب البيوع/2028؛ مسلم: كتاب البيبوع/2043؛ النسائي: كتاب البيوع/4460.

وجه يشبه المعنى الذي قبله.

وأخبرنا "سعيد بن سالم" عن "ابن جُرَيْجٍ" عن "عطاء" عن "صفوان بن مَوْهَبٍ" أنه أخبره عن "عبد الله بن محمد بن صَيْفِيِّ" عن "حكيم بن حِزَامٍ" أنه قال: "قَالَ لِي - [336] - رَسُولُ اللهِ: أَلَمْ أُنَبَّأْ، - أَوْ أَلَمْ يَبْلُغْنِي، أَوْ كَمَا شَاءَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ: أَنَّكَ تَبِيعُ الطَّعَامَ؟ قال" حكيم ": بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: لاَ تَبِيعَنَّ طَعَامًا حَتَّى تَشْتَرِيَهُ وَتَسْتَوْفِيَهُ" (1) .

أخبرنا "سعيد" عن "ابن جُرَيج" قال: أخبرني "عطاء" ذلك أيضاً عن "عبد الله بن عِصْمَة" عن "حكيم بن حزام" أنه سمعه منه عن النبي.

أخبرنا الثقة عن "أيوب بن أبي تميمة" عن "يوسف - [337] - بن مَاهَكَ" عن "حكيم بن حزام" قال: "نَهَانِي رَسُولُ اللهِ عَنْ بَيْعِ مَا لَيْسَ عِنْدِي" (2) .

يعني بيعَ ما ليس عندك، وليس بمضمونٍ عليك.

أخبرنا "ابن عيينة" عن "ابن أبي نَجِيحٍ" عن "عبد الله بن كثير" عن "أبي المِنْهَالِ" عن "ابن عباس" قال: "قَدِمَ رَسُولُ اللهِ - [338] - المَدِينَةَ وَهُمْ يُسَلِّفُونَ فِي التَّمْرِ السَّنَةَ وَالسَّنَتَيْنِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ: مَنْ سَلَّفَ فَلْيُسَلِّفْ فِي كَيْلٍ مَعْلُومٍ ووزن معلوم وَأَجَلٍ مَعْلُومٍ" (3) .

قال "الشافعي" : حِفْظِي: "وَأَجَلٍ مَعْلُومٍ" .

وقال: غَيْرِي قَدْ قال ما قلْتُ، وقال: "أوْ إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ" .

[334] Beliau (Syafi'i) berkata: Maka, jual rutab dengan kurma dilarang daripadanya, karena larangan Nabi, dan jelaskan Rasulullah bahwa hanyalah larang daripadanya karena berkurang jika kering, dan telah larang kurma dengan kurma kecuali semisal dengan semisal, maka ketika lihat dari akibat berkurang rutab jika kering, menjadi tidak pernah semisal dengan semisal, karena berkurang ghaib tidak dikenali, maka menjadi kumpul dua makna: salah satunya perbedaan dalam kayl; dan yang lain al-muzabanah, dan ia jual apa yang dikenal kaylnya dengan apa yang diabaikan kaylnya dari jenisnya, maka dilarang karena dua makna.

Maka ketika Rasulullah izinkan jual al-'arayya dengan kurma kayl tidak anggap al-'arayya bahwa rukhsah dari sesuatu yang dilarang daripadanya, atau tidak menjadi larangan daripadanya: dari al-muzabanah dan rutab dengan kurma: kecuali dimaksudkan dengannya ke selain [335] al-'arayya, maka menjadi ini dari kata umum zahir yang dimaksud dengannya khusus.

(1) Al-Bukhari: Kitab al-Buyu'/2026; Muslim: Kitab al-Buyu'/2846; Malik: Kitab al-Buyu'/1140.

(2) At-Tirmidhi: Kitab al-Buyu'/1146; an-Nasai: Kitab al-Buyu'/4469; Abu Dawud: Kitab al-Buyu'/2915; Ibn Majah: Kitab at-Tijarat/2255; Malik: Kitab al-Buyu'/1139.

(3) Al-Bukhari: Kitab al-Buyu'/2039; Muslim: Kitab al-Buyu'/2838; Malik: Kitab al-Buyu'/1131.

(4) Al-Bukhari: Kitab al-Buyu'/2028; Muslim: Kitab al-Buyu'/2043; an-Nasai: Kitab al-Buyu'/4460.

Wajah yang mirip makna yang sebelumnya.

Dan kami diberitahu oleh Sa'id bin Salam dari Ibn Juraij dari 'Atho' dari Shafwan bin Mawhab bahwa memberitahunya dari Abdullah bin Muhammad bin Shifi "dari" Hakim bin Hizam bahwa beliau katakan: "Katakan kepadaku [336] Rasulullah: Bukankah aku diberitahu, atau tidak sampai kepadaku, atau seperti apa yang Allah kehendaki dari itu: bahwa engkau jual makanan? Katakan" Hakim ": Ya wahai Rasulullah. Maka Rasulullah katakan: Janganlah engkau jual makanan hingga beli dan sempurnakan" (1).

Kami diberitahu oleh Sa'id dari Ibn Juraij katakan: Memberitahuku 'Atho' itu juga dari Abdullah bin 'Ishmah dari Hakim bin Hizam bahwa beliau mendengar daripadanya dari Nabi.

Kami diberitahu oleh yang thiqah dari Ayyub bin Abi Tamimah dari Yusuf [337] bin Mahak dari Hakim bin Hizam katakan: "Rasulullah larang aku dari jual apa yang tidak ada padaku" (2).

Artinya jual apa yang tidak ada padamu, dan bukan dijamin atasmu.

Kami diberitahu oleh Ibn Uyainah dari Ibn Abi Najih dari Abdullah bin Katsir dari Abu al-Minhal dari Ibn Abbas katakan: "Datang Rasulullah [338] Madinah dan mereka musalaf dalam kurma setahun dan dua tahun, maka Rasulullah katakan: Siapa yang musalaf maka musalaf dalam kayl yang diketahui dan timbangan yang diketahui dan ajl yang diketahui" (3).

Beliau (Syafi'i) berkata: Hafalku: "Dan ajl yang diketahui".

Dan yang lain katakan apa yang kukatakan, dan katakan: "Atau sampai ajl yang diketahui".

- [339] - قال: فكان نهي النبي أنْ يَبِيعَ المَرْءُ مَا لَيْسَ عِنْدَهُ، يحتمل أن يبيع ما ليس بحضرته يراه المشتري كما يراه البائع عند تَبَايُعِهِمَا فيه، ويحتمل أن يبيعه ما ليس عنده: ما ليس يملك بعينه، - [340] - فلا يكون موصوفاً مضموناً على البائع يُؤْخَذُ به، ولا في مِلْكِهِ: فيلزم أن يُسَلِّمَهُ إليه بعينه، وغيْرَ هذين المعنيين.

فَلَمَّا أَمَرَ رسولُ الله مَنْ سلَّف أن يُسَلِّفَ في كيْلٍ معلوم ووَزْنٍ معلوم وأجَلٍ معلوم، أو إلى أجل معلوم: دخل هذا بيعُ ما ليس عند المرء حاضراً ولا مملوكاً حين باعه.

ولَمَّا كانَ هذا مضْموناً على البائع بصفة يؤخذ بها عند مَحَلِّ الأجل: دلَّ على أنه إنما نهى عن بيع عين الشيء في ملك البائع، والله أعلم.

وقد يحتمل أو يكون النهيَ عن بيع العين الغائبة، - [341] - كانتْ في ملك الرجل أو في غير ملكه، لأنها قد تَهْلِكُ وتنقص قبل أن يراها المشتري.

(1) النسائي: كتاب البيوع/4523؛ أحمد: مسند المكثرين/14789.

(2) الترمذي: كتاب البيوع/1153؛ أحمد: مسند المكيين/14774.

(3) البخاري: كتاب السلم/2085؛ مسلم: كتاب المساقاة/3010؛ الترمذي: كتاب البيوع/1232؛ النسائي: كتاب البيوع/4537.

قال: فكل كلام كان عاماً ظاهراً في سنة رسول الله فهو على ظهوره وعمومه، حتى يُعْلَمَ حديثٌ ثابِتٌ عن رسول الله - بأبي هو وأمي - يدل على أنه إنما أريد بالجملة العامة في الظاهر بعضُ الجملة دون بعض، كما وصفتُ من هذا وما كان في مثل معناه.

ولزم أهلَ العلم أنْ يُمْضُوا الخبرين على وجوههما، ما وجدوا لإمضائهما وجهاً، ولا يَعُدُّونهما مختلفين وهما يحتملان أن يُمْضيَا، وذلك إذا أمكن فيهما أن يُمْضَيَا مَعًا، أو وُجِد السبيلُ إلى إمضائهما، ولم يكن منهما واحد بأوْجَبَ مِن الآخر.

- [342] - ولا يُنْسَب الحديثان إلى الاختلاف، ما كان لهما وجهاً (1) يمضَيَان معاً، إنما المختلِف ما لم يُمْضَى (2) إلا بسقوط غيره، مثل أن يكون الحديثان في الشيء الواحد، هذا يُحِلُّهُ وهذا يُحَرِّمه.

(1) هكذا بالنصب وهو تِرْبٌ لشواهد سبقت انظر ص 158

(2) هذا من الكثرة التي أشرنا إليها في التعليق على ص 325 وانظر ص 275

[صفة نهي الله ونهي رسوله] (1)

فقال: فصِفْ لي جِمَاع نهي الله - جل ثناؤه - ثم نهي النَّبِيِّ: عامًّا، لا تُبْقِ منه شيئاً.

فقلت له: يجمع نهيه معنيين:

- أحدهما: أن يكون الشيء الذي نهى عنه مُحَرَّمًا، لا يحل إلا بوجه دل الله عليه في كتابه، أو على لسان نبيه.

فإذا نهى رسولُ الله عن الشيء من هذا فالنهيُ مُحرِّم، لا وجه له غيرُ التحريم، إلا أنْ يكون على معنى، كما وصفْتُ.

قال: فصِفْ لي هذا الوجه الذي بدأت بذكره من - [344] - النهي، بمثال يدل على ما كان في مثل معناه.

قال: فقلتُ له: كلُّ النساء مُحَرَّمَاتُ الفُرُوج، إلا بواحد من المعنيين: النكاحِ والوطْئِ بمِلْكِ اليَمين، وهما المعنيان اللذان أَذِنَ اللهُ فيهما. وسنَّ رسولُ الله كيْفَ النكاح الذي يَحِلُّ به الفرج المُحَرَّمُ قبله، فسَنَّ فيه ولِيًّا وشهوداً ورِضًا مِنَ المنْكوحة الثيِّب، وسنته في رضاها دليلٌ على أنَّ ذلك يكون بِرضا المُتَزَوِّج، لا فرق بينهما.

فإذا جمَعَ النكاحُ أرْبعاً: رضا المُزَوَّجَةِ الثيِّبِ، والمُزَوَّجِ، وأن يُزَوِّج المرأةَ وليُّها بشهود: حَلَّ النكاحُ، إلا في حالات سأذكرها، إن شاء الله.

وإذا نقص النكاحَ واحدٌ مِن هذا كان - [345] - النكاحُ فاسداً، لأنه لم يُؤْتَ به كما سنَّ رسول الله فيه الوجهَ الذي يحل به النكاح.

ولو سَمَّى صَدَاقًا كان أحبَّ إليَّ، ولا يَفْسد النكاح بترك تسمية الصَّداق، لأن الله أثْبَتَ النكاحَ في كتابه بغير مهر، وهذا مكتوب في غير هذا الموضع.

قال: وسواء في هذا المرأةُ الشريفة والدَّنِيَّةُ، لأن كلَّ واحِدٍ منهما، فيما يَحِلُّ به ويحرم، ويجب لها وعليها، مِن الحلال والحرام والحدود، سواء.

(1) زاد هذا العنوان الشيخ أحمد شاكر تأسياً بالشافعي في تسميته أحدَ كتبه الملحقة بالأم.

والحالات التي لو أُتِيَ بالنكاح فيها على ما وصفْتُ - [346] - أنه يجوز النكاحُ، فيما لم يُنْهَ فيها عنها من النكاح. فأما إذا عُقد بهذه الأشياء كان النكاح مفسوخاً، بنهي الله في كتابه وعلى لسان نبيه عن النكاح بحالات نهى عنها، فذلك مفسوخ.

وذلك: أن ينْكِحَ الرجل أختَ امرأتِه، وقد نهى الله عن الجمع بينهما، وأن ينكح الخامسةَ، وقد انْتَهَى اللهُ به إلى أربع، فَبَيَّنَ - [347] - النبي أن انتهاءَ اللهِ به إلى أربع حَظْرٌ عليه أن يجمع بين أكثر منهُنَّ، أو ينكحَ المرأةَ على عمتها أو خالتها، وقد نهى النبي عن ذلك، وأنْ يَنْكِحَ المرأةَ في عِدَّتِهَا.

فكلُّ نكاح كان من هذا لم يصِحَّ، وذلك أنه قد نُهِيَ عن عقدِه، وهذا ما لا خلاف فيه بيْنَ أحد من أهل العلم.

ومثله - والله أعلم - أن النبي نهى عن الشِّغَارِ (1) ، وأن النبي نهى عن نكاح المُتْعَةِ (2) ، وأن النبي نهى المُحْرِمَ أنْ يَنْكِحَ أو يُنْكِحَ.

فنحن نفسخ هذا كلَّه من النكاح، في هذه الحالات التي نهى عنها، بمثل ما فسخنا به ما نهى عنه مما ذُكِرَ قبْلَه.

[339] Beliau katakan: Maka, larangan Nabi agar manusia jual apa yang tidak ada padanya, memungkinkan bahwa jual apa yang tidak hadir padanya melihat pembeli seperti melihat penjual ketika tukar jual mereka padanya, dan memungkinkan bahwa jual apa yang tidak ada padanya: apa yang tidak milik dengan 'ainnya, [340] maka tidak dijamin atas penjual yang diambil dengannya, dan bukan dalam miliknya: lantas wajib sampaikan kepadanya dengan 'ainnya, dan selain dua makna ini.

Maka ketika Rasulullah amr siapa yang musalaf bahwa musalaf dalam kayl diketahui dan timbangan diketahui dan ajl diketahui, atau sampai ajl diketahui: masuk ini jual apa yang tidak ada pada manusia hadir dan bukan milik ketika jualnya.

Dan ketika ini dijamin atas penjual dengan sifat yang diambil dengannya ketika tempat ajl: menunjukkan bahwa hanyalah larang dari jual 'ain barang dalam milik penjual, dan Allah lebih mengetahui.

Dan mungkin atau menjadi larangan dari jual 'ain yang ghaib, [341] menjadi dalam milik laki-laki atau dalam selain miliknya, karena mungkin binasa dan berkurang sebelum melihat pembeli.

(1) An-Nasai: Kitab al-Buyu'/4523; Ahmad: Musnad al-Mukatsirin/14789.

(2) At-Tirmidhi: Kitab al-Buyu'/1153; Ahmad: Musnad al-Makkiyyin/14774.

(3) Al-Bukhari: Kitab as-Salam/2085; Muslim: Kitab al-Masaqah/3010; at-Tirmidhi: Kitab al-Buyu'/1232; an-Nasai: Kitab al-Buyu'/4537.

Beliau katakan: Maka segala kata yang umum zahir dalam sunnah Rasulullah maka atas zahirnya dan umumnya, hingga diketahui hadis thabit dari Rasulullah ayahku dan ibuku fida menunjukkan bahwa hanyalah dimaksud dengan kalimat umum zahir sebagian kalimat selain sebagian, seperti yang kucatat dari ini dan apa yang ada dalam seperti maknanya.

Dan lantas ahli ilmu bahwa laksanakan dua kabar atas wajah-wajahnya, apa yang temukan untuk laksanakan keduanya wajah, dan tidak anggap keduanya berbeda dan keduanya memungkinkan laksana, dan itu jika memungkinkan padanya bahwa laksana bersamaan, atau ditemukan jalan ke laksanakan keduanya, dan tidak menjadi salah satunya lebih wajib daripada yang lain.

[342] Dan tidak dinisbahkan dua hadis ke perbedaan, apa yang ada padanya wajah (1) laksana bersamaan, hanyalah yang berbeda apa yang tidak laksana (2) kecuali dengan gugur yang lain, seperti bahwa dua hadis dalam satu barang, ini menghalalkannya dan ini mengharamkannya.

(1) Demikian dengan nasb dan ia timbunan untuk syawahid sebelumnya lihat sh 158.

(2) Ini dari kekerapan yang kami tunjukkan dalam ta'liq pada sh 325 dan lihat sh 275.

[Deskripsi Larangan Allah dan Larangan Rasul-Nya] (1)

Maka beliau katakan: Maka gambarkan untukku kumpulan larangan Allah Maha Suci pujian-Nya kemudian larangan Nabi: umum, jangan tinggalkan daripadanya sesuatu.

Maka aku katakan kepadanya: Kumpulkan larangannya dua makna:

Salah satunya: bahwa barang yang dilarang daripadanya haram, tidak halal kecuali dengan wajah yang ditunjukkan Allah padanya dalam kitab-Nya, atau pada lidah nabinya.

Maka jika Rasulullah larang dari barang dari ini maka larangan mengharamkan, tidak ada wajah baginya selain pengharaman, kecuali atas makna, seperti yang kucatat.

Beliau katakan: Maka gambarkan untukku wajah ini yang mulai kusebut dari [344] larangan, dengan contoh yang menunjukkan apa yang ada dalam seperti maknanya.

Beliau katakan: Maka aku katakan kepadanya: Segala wanita haram kemaluannya, kecuali dengan salah satu dari dua makna: nikah dan hubungan dengan milik tangan kanan, dan keduanya makna yang Allah izinkan padanya. Dan sunnahkan Rasulullah bagaimana nikah yang halalkan kemaluan yang haram sebelumnya, maka sunnahkan padanya wali dan saksi dan ridha dari yang dinikahi yang sudah menikah, dan sunnahnya dalam ridhanya dalil bahwa itu menjadi dengan ridha yang dinikahi, tidak ada perbedaan di antaranya.

Maka jika kumpulkan nikah empat: ridha yang dinikahi yang sudah menikah, dan yang menikahi, dan bahwa wali wanita nikahkan dengan saksi: halal nikah, kecuali dalam keadaan yang akan kusebutkan, jika Allah menghendaki.

Dan jika kurang nikah satu dari ini menjadi [345] nikah rusak, karena tidak dilakukan seperti sunnahkan Rasulullah wajah yang halalkan nikah dengannya.

Dan jika namai mahar lebih kusukai, dan tidak rusak nikah dengan tinggalkan penamaan mahar, karena Allah thabitkan nikah dalam kitab-Nya tanpa mahar, dan ini tertulis dalam selain posisi ini.

Beliau katakan: Dan sama dalam ini wanita mulia dan rendah, karena masing-masing satu daripadanya, dalam apa yang halal dengannya dan haram, dan wajib baginya dan atasnya, dari halal dan haram dan hudud, sama.

(1) Tambah judul ini Syekh Ahmad Syakir mengikuti Syafi'i dalam penamaan salah satu kitab-kitabnya yang dilampirkan pada al-Umm.

Dan keadaan-keadaan yang jika dilakukan nikah padanya atas apa yang kucatat [346] bahwa boleh nikah, dalam apa yang tidak dilarang daripadanya dari nikah. Maka jika diikat dengan barang-barang ini menjadi nikah batal, karena larangan Allah dalam kitab-Nya dan pada lidah nabinya dari nikah dengan keadaan yang dilarang daripadanya, maka itu batal.

Dan itu: bahwa laki-laki nikahi saudara perempuan istrinya, dan Allah larang pengumpulan di antaranya, dan bahwa nikahi yang kelima, dan Allah akhiri dengannya ke empat, maka [347] jelaskan Nabi bahwa akhiri Allah dengannya ke empat larangan atasnya mengumpulkan lebih dari itu, atau nikahi wanita atas bibinya atau bibi ibunya, dan Nabi larang daripadanya, dan bahwa nikahi wanita dalam iddahnya.

Maka segala nikah yang dari ini tidak sah, dan itu karena telah dilarang pengikatannya, dan ini yang tidak ada perbedaan padanya di antara siapa pun dari ahli ilmu.

Dan semisalnya dan Allah lebih mengetahui bahwa Nabi larang dari asy-syighar (1), dan bahwa Nabi larang dari nikah mut'ah (2), dan bahwa Nabi larang yang ihram bahwa nikahi atau dinikahkan.

Maka kami fsakh semuanya dari nikah, dalam keadaan-keadaan ini yang dilarang daripadanya, dengan seperti apa yang fsakh kami dengannya apa yang dilarang daripadanya dari yang disebutkan sebelumnya.

- [348] - وقد يخالفنا في هذا غيْرُنا، وهو مكتوب في غير هذا الموضع. (3)

(1) الشِّغارُ: بالكسر نكاح كان في الجاهلية، وهو أن يقول الرجل لآخر: زوِّجني ابنتك أو أختك على أن أزَوِّجك ابنتي أو أختي، على أنَّ صداق كلِّ واحِدَة منهما بُضْعُ الأخرى، كأنهما رَفَعَا المهرَ وأخليا البُضْعَ عنه [مختار الصحاح - الرازي]

(2) نكاح المتعة: النِّكاح إلى أجَلٍ مُعَيَّن [النهاية - ابن الأثير] .

(3) انظر اختلاف الحديث للشافعي والأم 5/68 - 72

ومثله: أن يَنْكِح المرأةَ بغير إذنها، فتُجِيزَ بعدُ، فلا يجوز، لأن العقْدَ وقَعَ مَنْهِيًّا عنه.

ومثل هذا ما نهى عنه رسول الله مِن بيع الغَرَرِ، وبيع الرطب بالتمر إلا في العرايا، أو غير ذلك مما نهى عنه.

وذلك أن أصلَ مالِ كلِّ امْرِئٍ محرَّم على غيره، إلاَّ بما أُحَلَّ به، وما أُحل به من البيوع ما لم ينْه عنه رسول الله، ولا يكون ما نهى عنه رسول الله من البيوع مُحِلًّا ما كان أصله محرماً - [349] - من مال الرجل لأخيه، ولا تكون المعصية بالبيع المنهي عنه تُحِلُّ مُحَرَّمًا، ولا تَحِلُّ إلا بما لا يكون مَعْصِيَةً، وهذا يدخل في عامة العلم.

فإن قال قائل: ما الوجه المباح الذي نُهِيَ المرْءُ فيه عن شيء، وهو يخالف النهيَ الذي ذكرتَ قبْلَه؟

فهو - إن شاء الله - مثل نهي رسول الله أن يشتمل الرجل على الصَّمَّاءِ (1) ، وأن يَحْتَبِيَ في ثوب واحد مُفْضِيًا بِفَرْجِه - [350] - إلى السماء، وأنه أمر غُلاماً أن يأكل مما بين يديه، ونهاه أن يأكل مِن أعلى الصَّحْفَةِ، ويُرْوَى عنه، وليس كثبوت ما قبله مما ذكرنا: أنه نهى عن أن يَقْرُِن الرجل إذا أكل بين التمرتين، وأن يكْشِف التمْرة عمَّا في جَوْفِها، وأنْ يُعَرِّسَ على ظهر الطريق.

[348] Dan mungkin khilaf kami dalam ini yang lain, dan ia tertulis dalam selain posisi ini. (3)

(1) Asy-Syighar: dengan kasrah nikah yang ada di jahiliyah, dan ia bahwa katakan laki-laki kepada yang lain: Nikahkan aku putrimu atau saudara perempuanmu atas bahwa aku nikahkan putriku atau saudara perempuanku, atas bahwa mahar masing-masing satu dari keduanya hubungan yang lain, seperti keduanya angkat mahar dan lepaskan hubungan daripadanya [Mukhtar ash-Shihah ar-Razi].

(2) Nikah mut'ah: nikah ke ajl yang ditentukan [An-Nihayah Ibn al-Atsir].

(3) Lihat Ikhtilaf al-Hadis untuk Syafi'i dan al-Umm 5/68 72.

Dan semisalnya: bahwa nikahi wanita tanpa izninya, maka izinkan sesudah, maka tidak boleh, karena 'aqad jatuh dilarang daripadanya.

Dan semisal ini apa yang dilarang daripadanya Rasulullah dari jual gharar, dan jual rutab dengan kurma kecuali dalam al-'arayya, atau yang lain dari apa yang dilarang daripadanya.

Dan itu bahwa asal harta segala manusia haram atas yang lain, kecuali dengan apa yang dihalalkan dengannya, dan apa yang dihalalkan dengannya dari jual beli apa yang tidak dilarang daripadanya Rasulullah, dan tidak menjadi apa yang dilarang daripadanya Rasulullah dari jual beli menghalalkan apa yang asalnya haram [349] dari harta laki-laki bagi saudaranya, dan tidak menjadi maksiat dengan jual yang dilarang daripadanya menghalalkan yang haram, dan tidak halal kecuali dengan apa yang tidak menjadi maksiat, dan ini masuk dalam umum ilmu.

Maka jika seseorang bertanya: Apa wajah yang diizinkan yang dilarang manusia padanya sesuatu, dan ia khilaf larangan yang kamu sebutkan sebelumnya?

Maka ia jika Allah menghendaki seperti larangan Rasulullah agar laki-laki istimal pada yang budek (1), dan bahwa ihtabi dalam satu kain terbuka [350] kemaluannya ke langit, dan bahwa amr budak untuk makan dari yang di depannya, dan larangnya agar makan dari atas piring, dan diriwayatkan daripadanya, dan bukan thabit seperti yang sebelumnya dari yang kusebutkan: bahwa larang agar laki-laki qaruna ketika makan antara dua kurma, dan bahwa angkat kurma dari apa yang di dalam rongganya, dan bahwa 'arrasa atas punggung jalan.

- [351] - فَلما كان الثوب مباحاً لِلاَّبِسِ، والطعامُ مباحًا لآكِلِه، حتى يأتيَ عليه كلِّه إنْ شاء، والأرض مباحة له إذا كانت لله لا لآدمي، وكان الناس فيها شَرَعاً، (2) فهو نُهِيَ فيها عن شيء أن يفعله، وأُمِر فيها بأن يفعل شيئاً غير الذي نُهِيَ عنه.

والنهي يدل على أنه إنما نَهَى عن اشتمال الصماء والاحتباء مُفضياً بفرجه غيرَ مُسْتَتِرٍ: أنَّ في ذلك كشفَ عورته، قيل له يسترها بثوبه، فلم يكن نهيُهُ عن كشف عورته نهيَه عن لُبس ثوبه فيحرمَ عليه لبسُه، بل أمره أن يلبسه كما يستر عورته.

- [352] - ولم يكن أمْرُه أن يأكل مِن بين يديه ولا يأكل من رأس الطعام، إذا كان مباحاً له أن يأكل ما بين يديه وجميعَ الطعام: إلاَّ أدَبًا في الأكل من بين يديه، لأنه أجملُ به عند مُوَاكِلِه، وأبعَدُ له من قُبْح الطَّعْمَة والنَّهَم، وأَمَره ألا يأكل من رأس الطعام لأن البركة تنزل منه له، على النظر له في أن يُبارَك له بَرَكَةً دائِمة يدوم نزولها له، وهو يبيحُ له إذا أكل ما حوْلَ رأس الطعام أن يأكل رأسه.

وإذا أباح له المَمَرَّ على ظهر الطريق فالممرُّ عليه إذْ كان مُباحاً - [353] - لأنه لا مالِكَ له يمنع الممر عليه فيحرُم بمنعه: فإنما نهاه لمعنى يُثْبِت نظراً له، فإنه قال: "فَإِنَّهَا مَأْوَى الهَوَامِّ، وَطُرُقُ الحَيَّاتِ" (3) ، على النظر له، لا على أن التعريس محرَّم، وقد ينهى عنه إذا كانت الطريق مُتَضايقاً مسْلوكاً، لأنه إذا عرَّس عليه في ذلك الوقت منع غيره حقه في الممر.

(1) اشْتِمالُ الصَّمَّاءِ: أن يَرُدَّ الكِساءَ من قِبَلِ يَمينِهِ على يَدِهِ اليُسْرَى وعاتِقِهِ الأَيْسَرِ، ثم يَرُدَّهُ ثانِيَةً من خَلْفِهِ على يَدِهِ اليُمْنَى وعاتِقِهِ الأَيْمَنِ، فَيُغَطِّيَهُما جميعاً، أو الاشتِمالُ بثَوب واحِدٍ ليس عليه غيرُهُثم يضَعُهُ من أحَدِ جانِبَيْهِ، فَيَضَعُهُ على مَنْكِبِهِ، فَيَبْدو منه فَرْجُه [القاموس المحيط - فيروزآبادي] .

(2) أي سواء.

(3) مسلم: كتاب الإمارة/3553؛ الترمذي: كتاب الأدب؛ أحمد: باقي مسند المكثرين/8563.

فإن قال قائل: فما الفرق بين هذا والأوَّل؟

قيل له: مَن قامت عليه الحجة يَعْلَم أن النبي نهى عمَّا وصفْنا، ومَنْ فَعَل ما نُهِيَ عنه - وهو عالم بنهيه - فهو عاصٍ بفعله ما نُهِيَ عنه، وليَسْتَغْفِرِ الله ولا يَعودُْ (1) .

فإن قال: فهذا عاص، والذي ذكرتَ في الكتاب - [354] - قبْله في النكاح والبيوع عاص، فكيْف فرَّقْتَ بين حالهما؟

فقلتُ: أمَّا في المعْصِية فلم أفرِّقْ بينهما، لأنِّي قد جعلتهما عاصيين، وبعضُ المعاصِي أعظمُ مِنْ بعض.

فإن قال: فكيف لم تُحَرِّمْ على هذا لُبْسَهُ وأكلَه ومَمَرَّه على الأرض بمعصيته، وحرَّمْتَ على الآخر نِكاحَه وبيعه بمعصيته؟

قيل: هذا أُمِرَ بِأمْرٍ في مباحٍ حلال له، فأحللْتُ له ما حلَّ له، وحرَّمتُ عليه ما حُرِّم عليه، وما حرِّم عليه غيرُ ما أُحل له، ومعصيته في الشيء المباح له لا تحرمه عليه بكل حال، ولكن تُحَرِّم عليه أن يفعل فيه المعصيةَ.

فإن قيل: فما مثل هذا؟

قيل له: الرجل له الزوجة والجارية، وقد نُهِيَ أنْ يَطَأهما حائضتين وصائمتين، ولوْ فَعَلَ لم يحلَّ ذلك الوطء له - [355] - في حاله تلك، ولم تُحَرَّمْ واحدة منهما عليه في حالٍ غير تلك الحال، إذا كان أصلُهُما مباحاً وحلالاً.

وأصلُ مال الرجل محرَّم على غيره إلا بما أبيح به مما يَحِلُّ، وفروجُ النساء محرمات إلا بما أُبيحتْ به مِن النكاح والمِلْك، فإذا عقد عُقْدة النكاح أو البيع مَنْهِيًّا عنها على محرَّم لا يَحِلُّ إلا بما أُحلَّ به، لم يَحِلَّ المحرَّمُ بِمُحَرَّمٍ، وكان على أصل تحريمه، حتى يؤتى بالوجه الذي أحلَّه الله به في كتابه، أو على لسان رسوله، أو إجماع المسلمين، أو ما هو في مثل معناه.

قال: وقد مَثَّلْتُ قبْل هذا: النهيَ الذي أُريد به غيرُ التحريم بالدلائل، فاكْتَفَيْتُ مِن ترْدِيدِه، وأسأل الله العِصْمة والتَّوْفيق.

(1) هكذا هي بإثبات الواو وقدَّمنا في غير موضع جوازه مع حرف الجزم ويجوز أن تكون (لا) نافية مع إرادة النهي.

[351] Maka ketika kain boleh bagi pemakainya, dan makanan boleh bagi pemakannya, hingga datang padanya semuanya jika menghendaki, dan bumi boleh baginya jika untuk Allah bukan untuk anak Adam, dan manusia dalamnya syar'an, (2) maka ia dilarang padanya sesuatu agar dilakukan, dan diamr padanya agar lakukan sesuatu selain yang dilarang daripadanya.

Dan larangan menunjukkan bahwa hanyalah larang dari istimal yang budek dan ihtiba terbuka kemaluannya selain tersembunyi: bahwa dalam itu keterbukaan aurat, dikatakan kepadanya tutup dengan kainnya, maka larangannya dari keterbukaan aurat bukan larangannya dari pakai kainnya sehingga haram padanya pemakainnya, tapi amr agar pakai seperti tutup auratnya.

[352] Dan bukan amrnya agar makan dari depannya dan tidak makan dari kepala makanan, jika boleh baginya makan apa yang di depannya dan segala makanan: kecuali adab dalam makan dari depannya, karena lebih indah baginya di depan teman makannya, dan lebih jauh baginya dari keburukan sisa dan tamak, dan amrnya jangan makan dari kepala makanan karena berkah turun daripadanya baginya, atas pandangan baginya agar diberkahi baginya berkah tetap turun padanya, dan ia izinkan baginya jika makan apa yang di sekitar kepala makanan agar makan kepalanya.

Dan jika izinkan baginya jalan atas punggung jalan maka jalan di atasnya karena boleh [353] karena tidak ada pemilik baginya mencegah jalan di atasnya sehingga haram dengan pencegahannya: maka hanyalah larangnya untuk makna yang thabit pandangan baginya, karena beliau katakan: "Sesungguhnya ia tempat serangga, dan jalan ular" (3), atas pandangan baginya, bukan atas bahwa 'arrasa haram, dan mungkin larang daripadanya jika jalan sempit dilalui, karena jika 'arrasa di atasnya pada waktu itu mencegah hak yang lain dalam jalan.

(1) Ishtimal al-shamma': bahwa lipat kain dari sisi kanannya atas tangan kirinya dan bahu kirinya, kemudian lipat kedua dari belakangnya atas tangan kanannya dan bahu kanannya, maka tutup keduanya semuanya, atau ishtimal dengan satu kain tidak ada selainnya lalu letakkan dari salah satu sisinya, maka letakkan atas bahunya, maka tampak daripadanya kemaluannya [Al-Qamus al-Muhit al-Firuzabadi].

(2) Artinya sama saja.

(3) Muslim: Kitab al-Imarah/3553; at-Tirmidhi: Kitab al-Adab; Ahmad: Baqi Musnad al-Mukatsirin/8563.

Maka jika seseorang bertanya: Maka apa perbedaan antara ini dan yang pertama?

Dikatakan kepadanya: Siapa yang berdiri atasnya hujjah ketahui bahwa Nabi larang dari apa yang kucatat, dan siapa yang lakukan apa yang dilarang daripadanya dan ia alim larangannya maka ia durhaka dengan perbuatannya apa yang dilarang daripadanya, dan mintalah ampun Allah dan jangan kembali (1).

Maka jika katakan: Maka ini durhaka, dan yang kamu sebutkan dalam Kitab [354] sebelumnya dalam nikah dan jual beli durhaka, maka bagaimana kamu bedakan antara keadaan keduanya?

Maka aku katakan: Adapun dalam maksiat tidak bedakan di antaranya, karena telah jadikan keduanya durhaka, dan sebagian maksiat lebih besar daripada sebagian.

Maka jika katakan: Maka bagaimana tidak haram atas ini pemakaiannya dan makannya dan jalan atas bumnya dengan maksiatnya, dan haram atas yang lain nikahnya dan jualnya dengan maksiatnya?

Dikatakan: Ini diamr dengan amr dalam halal-hal yang halal baginya, maka halalkan baginya apa yang halal baginya, dan haram atasnya apa yang haram atasnya, dan apa yang haram atasnya selain apa yang dihalalkan baginya, dan maksiatnya dalam barang yang halal baginya tidak haramkan padanya dalam segala keadaan, tapi haram atasnya agar lakukan padanya maksiat.

Maka jika dikatakan: Maka semisal ini apa?

Dikatakan kepadanya: Laki-laki baginya istri dan budak perempuan, dan telah dilarang bahwa hubungi keduanya haidh dan sha'im, dan jika lakukan tidak halal hubungan itu baginya [355] dalam keadaannya itu, dan tidak haram satu daripadanya atasnya dalam keadaan selain keadaan itu, jika asal keduanya halal dan boleh.

Dan asal harta laki-laki haram atas yang lain kecuali dengan apa yang diizinkan dengannya dari yang halal, dan kemaluan wanita haram kecuali dengan apa yang diizinkan dengannya dari nikah dan milik, maka jika ikat ikatan nikah atau jual beli dilarang daripadanya atas haram tidak halal kecuali dengan apa yang dihalalkan dengannya, tidak halal haram dengan haram, dan menjadi atas asal pengharamannya, hingga dilakukan wajah yang Allah halalkan dengannya dalam kitab-Nya, atau pada lidah rasul-Nya, atau ijma' muslimin, atau apa yang ada dalam seperti maknanya.

Beliau katakan: Dan telah kuperumpikan sebelum ini: larangan yang dimaksud dengannya selain pengharaman dengan dalil-dalil, maka cukup dari pengulangan, dan aku tanya Allah pelindung dan taufiq.

(1) Demikian ia dengan thabit waw dan kami sebutkan dalam selain tempat bolehnya dengan huruf jazm dan boleh bahwa (la) nafi dengan iradah larangan.

[باب العلم] (1)

[Bab Ilmu] (1)

قال "الشافعي" : فقال لي قائل: ما العِلْمُ؟ وما يَجِبُ على الناس في العلم؟

فقلت له: العلم عِلْمان: علمُ عامَّةٍ، لا يَسَعُ بالِغاً غيرَ مغلوب على عقْلِه جَهْلُهُ.

قال: ومِثْل ماذا؟

قلت: مثلُ الصَّلَوَاتِ الخمس، وأن لله على الناس صومَ شهْر رمضانَ، وحجَّ البيت إذا استطاعوه، وزكاةً في أموالهم، وأنه حرَّمَ عليهم الزِّنا والقتْل والسَّرِقة والخمْر، وما كان في معنى - [358] - هذا، مِمَّا كُلِّفَ العِبادُ أنْ يَعْقِلوه ويعْملوه ويُعْطُوه مِن أنفسهم وأموالهم، وأن يَكُفُّوا عنه ما حرَّمَ عليهم منه.

وهذا الصِّنْف كلُّه مِن العلم موجود نَصًّا في كتاب الله، وموْجوداً (2) عامًّا عنْد أهلِ الإسلام، ينقله عَوَامُّهم عن مَن مضى من عوامِّهم، يَحْكونه عن رسول الله، ولا يتنازعون في حكايته ولا وجوبه عليهم.

Beliau (Syafi'i) berkata: Maka berkata kepadaku seseorang: Apa ilmu? Dan apa yang wajib atas manusia dalam ilmu?

Maka aku katakan kepadanya: Ilmu dua ilmu: ilmu umum, tidak muhal bagi yang baligh selain yang kalah atas akalnya kebodohannya.

Beliau katakan: Dan semisal apa?

Aku katakan: Semisal shalat lima waktu, dan bahwa bagi Allah atas manusia shiam bulan Ramadan, dan haji Bait jika mampu, dan zakat dalam harta mereka, dan bahwa haram atas mereka zina dan pembunuhan dan pencurian dan khamr, dan apa yang ada dalam makna [358] ini, dari apa yang diklifkan hamba-hamba agar akal dan amal dan beri dari jiwa dan harta mereka, dan tahan dari apa yang haram atas mereka daripadanya.

Dan jenis ilmu ini semuanya ada nash dalam Kitab Allah, dan ada (2) umum di tempat ahli Islam, dipindahkan umum mereka dari yang lalu dari umum mereka, hanyarkan dari Rasulullah, dan tidak berselisih dalam hanyarkannya dan wajibnya atas mereka.

- [359] - وهذا العلم العام الذي لا يمكن فيه الغلط مِن الخبر، ولا التأويلُ، ولا يجوز فيه التنازعُ.

قال: فما الوجه الثاني؟

قلت له: ما يَنُوبُ العِباد مِن فُروع الفرائض، وما يُخَصُّ به مِن الأحكام وغيرها، مما ليس فيه نصُّ كتاب، ولا في أكثره نصُّ سنَّة، وإن كانت في شيء منه سنةٌ فإنما هي مِن أخْبار الخاصَّة، لا أخبارِ العامَّة، وما كان منه يحتمل التأويل ويُسْتَدْرَكُ قِياسًا.

قال: فيَعْدُو هذا أن يكون واجِبًا وجوبَ العلم قبله؟ أوْ مَوْضوعاً عن الناس عِلْمُه، حتَّى يكونَ مَنْ عَلِمَهُ مُنْتَفِلاً، - [360] - ومَنْ تَرَكَ علْمَه غيرَ آثِمٍ بِتركه، أو مِنْ وَجْهٍ ثالثٍ، فتُوجِدُنَاهُ خَبَرًا أو قياسا؟

فقلت له: بلْ هو مِن وجه ثالثٍ.

قال: فصِفْهُ واذْكر الحجَّةَ فيه، ما يَلْزَمُ منه، ومَنْ يَلْزَمُ، وعنْ مَنْ يَسْقُطُ؟

فقلت له: هذه درجةٌ مِن العلم ليس تَبْلُغُها العامَّةُ، ولم يُكَلَّفْهَا كلُّ الخاصَّة، ومَن احتمل بلوغَها مِن الخاصة فلا يَسَعُهُمْ كلَّهم كافةً أنْ يُعَطِّلُوهَا، وإذا قام بها مِن خاصَّتِهم مَنْ فيه الكفايةُ لم يَحْرَجْ غيرُه ممن تَرَكَها، إن شاء الله، والفضْل فيها لمن قام بها على مَنْ عَطَّلَهَا.

فقال: فأوْجِدْنِي هذا خبراً أو شيئاً في معناه، ليكون هذا قياساً عليه؟

- [361] - فقلتُ له: فَرَضَ اللهُ الجِهادَ في كتابه وعلى لسانِ نبِّيه، ثم أكَّدَ النَّفِير مِن الجهاد، فقال: "إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنْ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمْ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ وَالقُرَآن، وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنْ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمْ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ، وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (111) " [التوبة] .

وقال: "وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (36) " [التوبة] .

وقال: "فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوْا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5) " [التوبة] .

وقال: "قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ - [362] - مِنْ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ (29) " [التوبة] .

أخبرنا "عبد العزيز" عن "محمد بن عمرو" عن "أبي سَلَمَةَ" عن "أبي هريرة" قال: قال رسولُ الله: "لاَ أزَالُ أُقَاتِلُ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ، فَإِذَا قَالُوهَا عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إلاَّ بِحَقِّهَا، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ" (1) .

وقال الله - جَلَّ ثناؤه: "مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمْ انفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ؟ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنْ الْآخِرَةِ؟ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ (38) إِلَّا تَنفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (39) " [التوبة] .

وقال: "انفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ - [363] - وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ (41) " [التوبة] .

قال: فاحتملت الآيات أن يكون الجهاد كلُّه والنفيرُ خاصة منه: على كل مُطِيقٍ له، لا يَسَعُ أحَدًا منهم التخَلُّف عنه، كما كانت الصلوات والحجُّ والزَّكاة، فلم يخرج أحَدٌ وَجَبَ عليه فرْضٌ منها مِنْ أنْ يؤدِّيَ غيرُهُ الفرْضَ عن نفسه، لأنَّ عَمَلَ أحَدٍ في هذا لا يُكْتب لغيره.

واحتملت أن يكون معنى فرْضِها غيرَ معنى فرْضِ الصلوات، وذلك أن يكون قُصِدَ بالفرض فيها قصْدَ الكِفاية، فيكونَُ مَن قام بالكفاية في جهاد مَنْ جُوهِدَ مِن المشركين مُدْرِكًا تأديةَ الفرض ونافِلَةَ الفضْل، ومُخْرِجًا مَن تَخَلَّفَ مِن المَأْثَمِ.

ولمْ يُسَوِّي (2) اللهُ بينهما، فقال الله: "لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُوْلِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ - [364] - بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ، فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً، وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى، وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (95) " [النساء] ، فأما الظاهر في الآيات فالفَرْضُ على العامَّة.

(1) البخاري: كتاب الإيمان/24؛ مسلم: كتاب الإيمان/32؛ الترمذي: كتاب تفسير القُرَآن/3264؛ النسائي: كتاب تحريم الدم/3908.

(2) هكذا هي بإثبات الياء وقدمنا مراراً أنه جائز.

قال: فأبِنِ الدِّلالة في أنه إذا قام بعضُ العامَّةِ بالكِفاية أخْرَجَ المُتَخَلِّفينَ مِنَ المَأْثَمِ؟

فقلت له: في هذه الآية.

قال: وأين هو منها؟

[359] Dan ilmu umum ini yang tidak mungkin padanya kesalahan dari kabar, dan tidak ta'wil, dan tidak boleh padanya perselisihan.

Beliau katakan: Maka apa wajah kedua?

Aku katakan kepadanya: Apa yang ganti hamba-hamba dari furu' kewajiban, dan apa yang dikhususkan daripadanya dari hukum-hukum dan selainnya, dari apa yang tidak ada padanya nash kitab, dan dalam kebanyakan tidak ada nash sunnah, dan meskipun ada padanya sunnah maka hanyalah dari kabar khashah, bukan kabar umum, dan apa yang padanya memungkinkan ta'wil dan diistidlal qiyas.

Beliau katakan: Menjadi ini wajib dan wajib ilmunya seperti yang sebelumnya? Atau ditinggalkan dari manusia ilmunya, hingga menjadi yang mengetahuinya sukarela, [360] dan yang tinggalkan ilmunya bukan berdosa dengan tinggalkannya, atau dari wajah ketiga, maka temukan itu kabar atau qiyas?

Maka aku katakan kepadanya: Bahkan ia dari wajah ketiga.

Beliau katakan: Maka gambarkan dan sebutkan hujjah padanya, apa yang wajib daripadanya, dan siapa yang wajib, dan dari siapa yang gugur?

Maka aku katakan kepadanya: Ini derajat dari ilmu tidak sampai padanya umum, dan tidak diklifkan segala khashah, dan siapa yang mungkin sampai padanya dari khashah maka tidak muhal bagi semuanya secara keseluruhan bahwa gugurkan, dan jika berdiri padanya dari khashah mereka yang cukup untuk kewajiban tidak membebankan yang lain dari yang tinggalkan, jika Allah menghendaki, dan keutamaan padanya bagi yang berdiri padanya atas yang gugurkan.

Beliau katakan: Maka temukan untukku ini kabar atau sesuatu dalam maknanya, agar menjadi ini qiyas padanya?

[361] Maka aku katakan kepadanya: Allah wajibkan jihad dalam kitab-Nya dan pada lidah nabinya, kemudian tegas nafir dari jihad, maka bersabda: 'Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan bahwa bagi mereka surga mereka berperang di jalan Allah maka membunuh dan dibunuh janji atas-Nya hak dalam Taurat dan Injil dan Al-Qur'an, dan siapa yang lebih menepati perjanjiannya daripada Allah maka bergembiralah dengan jual kalian yang kalian jual dengannya, dan itu kesuksesan yang besar (111)' [At-Taubah].

Dan bersabda: 'Dan perangilah orang-orang musyrik semuanya seperti mereka memerangi kalian semuanya dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa (36)' [At-Taubah].

Dan bersabda: 'Maka bunuhlah orang-orang musyrik di mana saja kamu temukan mereka dan ambillah mereka dan kepunglah mereka dan intailah mereka segala intai, jika mereka bertaubat dan dirikan shalat dan beri zakat maka lepaskan jalan mereka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (5)' [At-Taubah].

Dan bersabda: 'Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak kepada hari akhir dan tidak mengharamkan apa yang haramkan Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama agama yang benar [362] dari orang-orang yang diberi kitab hingga beri jizyah dengan tangan mereka dalam keadaan rendah (29)' [At-Taubah].

Kami diberitahu oleh Abd al-Aziz dari Muhammad bin Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah katakan: Rasulullah bersabda: "Aku tidak berhenti memerangi manusia hingga mereka katakan la ilaha illallah, jika mereka katakan itu lindung dariku darah mereka dan harta mereka kecuali haknya, dan hisab mereka atas Allah" (1).

Dan Allah Maha Suci pujian-Nya bersabda: 'Apa (hal) kalian ketika dikatakan kepadamu berangkatlah di jalan Allah berat kalian ke bumi? Apakah kalian ridha dengan kehidupan dunia daripada akhirat? Maka kenikmatan kehidupan dunia dalam akhirat hanyalah sedikit (38) Jika kalian tidak berangkat niscaya siksa kalian dengan siksa yang pedih dan ganti kaum selain kalian dan kalian tidak merugikan-Nya sesuatu dan Allah atas segala sesuatu Maha Kuasa (39)' [At-Taubah].

Dan bersabda: 'Berangkatlah ringan dan berat dan berjihadlah dengan harta kalian [363] dan jiwa kalian di jalan Allah itu lebih baik bagi kalian jika kamu mengetahui (41)' [At-Taubah].

Beliau katakan: Maka, ayat-ayat memungkinkan bahwa jihad semuanya dan nafir khusus daripadanya: atas segala yang mampu padanya, tidak muhal bagi siapa pun dari mereka meninggalkan, seperti shalat-shalat dan haji dan zakat, maka tidak keluar siapa pun wajib padanya kewajiban dari bahwa sampaikan yang lain kewajiban atas dirinya, karena amal satu dalam ini tidak dicatat bagi yang lain.

Dan memungkinkan bahwa makna kewajibannya selain makna kewajiban shalat-shalat, dan itu bahwa dimaksud dengan kewajiban padanya maksud kewajiban yang cukup, maka menjadi siapa yang berdiri dengan cukup dalam jihad siapa yang dijihad dari musyrikin mendahului penuhi kewajiban dan sunnah keutamaan, dan keluarkan siapa yang tinggalkan dari dosa.

Dan tidak [364] Allah samakan di antaranya, maka bersabda Allah: 'Tidak sama orang-orang yang duduk dari orang-orang mukmin selain yang ada uzur dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah [364] dengan harta mereka dan jiwa mereka, Allah lebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta mereka dan jiwa mereka atas orang-orang yang duduk derajat, dan masing-masing janjikan Allah yang husna, dan lebihkan Allah orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk pahala yang besar (95)' [An-Nisa'], maka zahir dalam ayat-ayat kewajiban atas umum.

(1) Al-Bukhari: Kitab al-Iman/24; Muslim: Kitab al-Iman/32; at-Tirmidhi: Kitab Tafsir al-Qur'an/3264; an-Nasai: Kitab Tahrim ad-Dam/3908.

(2) Demikian ia dengan thabit ya' dan kami sebutkan berulang bahwa boleh.

Beliau katakan: Maka jelaskan dalil padanya bahwa jika berdiri sebagian umum dengan cukup keluarkan yang tinggalkan dari dosa?

Maka aku katakan kepadanya: Dalam ayat ini.

Beliau katakan: Dan di mana ia daripadanya?

- [365] - قلتُ: قال اللهُ: "وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى" ، فوَعَدَ المتخلفين عن الجِهاد الحُسْنَى على الإيمان، وأبان فضيلةَ المجاهدين على القاعِدين، ولو كانوا آثمين بالتخلف إذا غَزَا غيرُهم: كانت العقوبة بالإثم - إن لم يعفو اللهُ - أوْلَى بهم مِنَ الحُسنى.

قال: فهل تجد في هذا غيرَ هذا؟

قلت: نعم، قال الله: "وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (122) " [التوبة] ، وغَزَا رسولُ الله، وَغَزَّى معه مِن أصْحابه جماعةً وخَلَّفَ أُخْرَى، حتى تَخَلَّفَ - [366] - "علي بن أبي طالب" في غزوة تبوك، وأخْبَرَنا اللهُ أنَّ المسلمين لم يكونوا لِيَنْفِرُوا كافَّةً: "فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ" ، فأخْبَرَ أنَّ النَّفِيرَ على بعضهم دون بعضٍ، وأنَّ التَّفَقُّهَ إنما هو على بعضهم دون بعض.

وكذلك ما عَدَا الفرْضَ في عُظْمِ الفرائض التي لا يَسَعُ جَهْلُها، والله أعْلَمُ.

وهكذا كلُّ ما كان الفرْضُ فيه مَقْصوداً به قصْدَ الكِفاية فيما يَنوبُ، فإذا قام به من المسلمين مَنْ فيه الكفاية خَرَجَ مَنْ تَخَلَّفَ عنه مِنَ المَأْثَمِ.

ولو ضَيَّعُوهُ مَعًا خِفْتُ أنْ لا يَخرج واحِدٌ منهم مُطِيقٌ فيه مِن المأثم، بَلْ لا أشُكُّ، إن شاء الله، لِقوْله: "إِلَّا تَنفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا" .

- [367] - قال: فَمَا معناها؟

قلت: الدِّلالة عليها أنَّ تخلُّفَهمْ عَن النَّفير كافَّةً لا يَسَعُهم، ونَفِيرَ بعْضهم - إذا كانت في نفيره كفايةٌ - يُخْرِجُ مَنْ تَخَلَّفَ مِن المأثم، إن شاء الله، لأنه إذا نَفَرَ بعضُهم وقع عليهم اسم "النَّفِير" .

قال: ومثلُ ماذا سِوى الجِهادِ؟

قلت: الصلاة على الجنازة ودفْنُها، لا يحل تركها، ولا يجب على كُلِّ مَنْ بِحَضْرَتِهَا كلِّهم حُضورُها، ويُخْرِجُ مَن تَخَلَّفَ مِن المأثم مَن قام بكِفايتها.

[365] Aku katakan: Allah bersabda: "Dan masing-masing janjikan Allah yang husna", maka janjikan yang tinggalkan jihad yang husna atas iman, dan jelaskan keutamaan mujahidin atas yang duduk, dan jika mereka berdosa dengan tinggalkan ketika gazwa yang lain: menjadi hukuman dengan dosa jika tidak ampuni Allah lebih utama bagi mereka daripada yang husna.

Beliau katakan: Apakah kamu temukan dalam ini selain ini?

Aku katakan: Ya, Allah bersabda: "Dan tidak menjadi bagi orang-orang mukmin untuk berangkat semuanya, maka kenapa tidak berangkat dari setiap firqah dari mereka sekelompok untuk bertafakkah dalam agama dan memberi peringatan kaumnya ketika kembali kepada mereka agar mereka waspada (122)" [At-Taubah], dan gazwa Rasulullah, dan gazwa bersamanya dari shahabatnya sekelompok dan tinggalkan yang lain, hingga tinggalkan [366] Ali bin Abi Thalib dalam gazwah Tabuk, dan beritahu kami Allah bahwa muslimin tidak menjadi untuk berangkat semuanya: "Maka kenapa tidak berangkat dari setiap firqah dari mereka sekelompok", maka beritahu bahwa nafir atas sebagian selain sebagian, dan bahwa tafakkah hanyalah atas sebagian selain sebagian.

Dan demikian selain kewajiban dalam kebesaran kewajiban yang tidak muhal kebodohannya, dan Allah lebih mengetahui.

Dan demikian segala apa yang kewajibannya dimaksud dengannya maksud yang cukup dalam apa yang ganti, maka jika berdiri padanya dari muslim yang cukup keluarkan siapa yang tinggalkan daripadanya dari dosa.

Dan jika gugurkan semuanya khawatir bahwa tidak keluar satu pun dari mereka yang mampu padanya dari dosa, [367] tapi aku tidak ragu, jika Allah menghendaki, karena kata-Nya: "Jika kalian tidak berangkat niscaya siksa kalian dengan siksa yang pedih".

Beliau katakan: Maka apa maknanya?

Aku katakan: Dalil padanya bahwa tinggalkan mereka dari nafir secara keseluruhan tidak muhal bagi mereka, dan nafir sebagian jika ada dalam nafirnya cukup keluarkan siapa yang tinggalkan dari dosa, jika Allah menghendaki, karena jika berangkat sebagian jatuh atas mereka nama "nafir".

Beliau katakan: Dan semisal apa selain jihad?

Aku katakan: Shalat atas jenazah dan penguburannya, tidak boleh tinggalkan, dan tidak wajib atas segala yang hadir padanya semuanya hadir padanya, dan keluarkan siapa yang tinggalkan dari dosa siapa yang berdiri dengan cukupnya.

- [368] - وهكذا رَدُّ السلام، قال الله: "وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا (86) " [النساء] .

وقال رسولُ الله: "يُسَلِّمُ القَائِمُ عَلَى القَاعِدِ" (1) ، و "إِذَا سَلَّمَ مِنَ القَوْمِ وَاحِدٌ أَجْزَأَ عَنْهُمْ" (2) ، وإنما أُريدَ بهذا الرَّدُّ، فَرَدُّ القليل جامِعٌ لاسم "الرَّدّ" ، والكفاية فيه مانعٌ لِأنْ يكونَ الرَّدُّ مُعَطَّلاً.

ولم يَزَلِ المسلمون على ما وصفْتُ، مُنْذُ بعثَ اللهُ نَبِيَّهُ - فيما بَلَغَنا - إلى اليوم، يَتَفَقَّهُ أقَلُّهُمْ، ويَشْهَدُ الجنائِزَ بعضُهم، ويجاهدُ ويرُدُّ السلامَ بعضُهم، ويتخلف عَنْ ذلك غيرُهم، فيعرفون - [369] - الفضْلَ لمن قام بالفقه والجهاد وحضورِ الجنائز وردِّ السلام، ولا يُؤَثِّمُونَ مَنْ قَصَّرَ عن ذلك، إذا كان بهذا قائمون بكِفَايَتِهِ.

(1) بلفظ: "يسلم الراكب على الماشي، والماشي على القاعد، والقليل على الكثير" في: الالبخاري: كتاب الاستئذان/5774؛ مسلم: كتاب السلام/4019؛ الترمذي: كتاب الإستئذان والآداب/2627.

(2) مالك: كتاب الجامع/1512.

[368] Dan demikian balas salam, Allah bersabda: "Dan apabila disapa dengan salam maka sapalah dengan lebih baik daripadanya atau balaslah, sesungguhnya Allah Maha Menghitung atas segala sesuatu (86)" [An-Nisa'].

Dan Rasulullah bersabda: "Yang berdiri salam atas yang duduk" (1), dan "Jika salam dari kaum satu mujzi bagi mereka" (2), dan hanyalah dimaksud dengannya balas, maka balas sedikit kumpul nama "balas", dan cukup padanya pencegah agar menjadi balas digugurkan.

Dan tidak berhenti muslim atas apa yang kucatat, sejak Allah utus nabi-Nya dalam apa yang sampai kami hingga hari ini, bertafakkah yang paling rendah dari mereka, dan hadir jenazah sebagian dari mereka, dan jihad dan balas salam sebagian dari mereka, dan tinggalkan daripada itu yang lain, maka kenal [369] keutamaan bagi yang berdiri dengan fiqh dan jihad dan hadir jenazah dan balas salam, dan tidak berdosa siapa yang kurang daripada itu, jika dengan ini berdiri dengan cukupnya.

(1) Dengan lafaz: "yslm al-raakib 'ala al-maasyi, wal-maasyi 'ala al-qa'id, wal-qalil 'ala al-katsir" dalam: Al-Bukhari: Kitab al-Istizhan/5774; Muslim: Kitab as-Salam/4019; at-Tirmidhi: Kitab al-Istizhan wa al-Adab/2627.

(2) Malik: Kitab al-Jami'/1512.

[باب خبر الواحد] .

[Bab Kabar dari Satu Orang] .

فقال لي قائل: احْدُدْ لي أقلَّ ما تقوم به الحجة على أهل العلم، حتى يَثْبَتَ عليهم خبرُ الخاصَّة.

فقلت: خبرُ الواحد عن الواحد حتى يُنْتَهَى به إلى - [370] - النبي أو مَنْ انتهى به إليه دونه.

ولا تقوم الحجة بخبر الخاصة حتى يَجْمَعَ أُموراً:

- منها أن يكون مَنْ حدَّثَ به ثِقَةً في دينه، معروفاً بالصِّدق في حديثه، عاقِلاَ لِمَا يُحَدِّثُ به، عالمِاً بما يُحيل مَعَانِيَ الحديث مِنَ اللفظ، وأن يكون ممن يُؤَدِّي الحديث بحروفه كما سَمِعَ، لا يحدث به على المعنى، لأنه إذا حدَّث على المعنى وهو غيرُ - [371] - عالمٍ بما يُحِيلُ به معناه: لم يَدْرِ لَعَلَّهُ يُحِيل الحَلاَلَ إلى الحرام، وإذا أدَّاه بحروفه فلم يَبْقَ وجهٌ يُخاف فيه إحالتُهُ الحديثَ، حافظاً إن حدَّث به مِنْ حِفْظِه، حافظاً لكتابه إن حدَّث مِنْ كتابه. إذا شَرِكَ أهلَ الحفظ في حديث وافَقَ حديثَهم، بَرِيًّا مِنْ أنْ يكونَ مُدَلِّساً، يُحَدِّثُ عَن من لقي ما لم يسمعْ منه، ويحدِّثَ عن النبي ما يحدث الثقات خلافَه عن النبي.

ويكونُ هكذا مَنْ فوقَه ممَّن حدَّثه، حتى يُنْتَهَى بالحديث مَوْصُولاً إلى النبي أو إلى مَنْ انْتُهِيَ به إليه دونه، لأنَّ كلَّ - [372] - واحد منهم مثْبِتٌ لمن حدَّثه، ومثبت على من حدَّث عنه، فلا يُسْتَغْنَى في كل واحد منهم عمَّا وصفْتُ.

فقال: فأوْضِحْ لي مِن هذا بشيء لعَلِّي أكونُ به أعرَفَ مِنِّي بهذا، لِخِبْرَتي به وقِلَّة خبْرَتي بما وصفْتَ في الحديث؟

فقلت له: أتريد أن أخبرك بشيء يكون هذا قياساً عليه؟

قال: نعم.

قلت: هذا أصلٌ في نفْسِهِ، فلا يكون قياساً على غيره، لأن القياس أضْعَفُ مِن الأصْل.

قال: فلسْتُ أريد أن تجعله قياساً، ولكنْ مَثِّلْه لي على شيء من الشهادات، التي العِلْم بها عامٌّ.

قلت: قد يخالف الشهاداتِ في أشْياءَ، ويُجَامِعُها في غيرها.


Maka berkata kepadaku seseorang: Tentukan untukku paling sedikit apa yang berdiri hujjah atas ahli ilmu, hingga thabit atas mereka kabar khashah.

Maka aku katakan: Kabar yang satu dari yang satu hingga sampai dengannya [370] kepada Nabi atau kepada siapa yang sampai dengannya kepadanya selainnya.

Dan tidak berdiri hujjah dengan kabar khashah hingga kumpulkan amr-amr:

Daripadanya bahwa yang hadiskan dengannya thiqah dalam agamanya, terkenal dengan shiddiq dalam hadisnya, berakal apa yang dihadiskan dengannya, alim dengan apa yang mengalihkan makna-makna hadis dari lafaz, dan bahwa dari yang sampaikan hadis dengan huruf-hurufnya seperti didengar, tidak hadiskan dengannya atas makna, karena jika hadiskan atas makna dan ia selain alim dengan apa yang mengalihkan maknanya: tidak tahu mungkin mengalihkan halal ke haram, dan jika sampaikan dengan huruf-hurufnya maka tidak tersisa wajah yang ditakuti padanya pengalihan hadisnya, hafizh jika hadiskan daripadanya hafalannya, hafizh untuk kitabnya jika hadiskan dari kitabnya. Jika ikut ahli hafalan dalam hadis mutafiq hadis mereka, bebas dari menjadi mudallis, hadiskan dari yang ditemui apa yang tidak didengar daripadanya, dan hadiskan dari Nabi apa yang hadiskan thiqat khilafnya dari Nabi.

Dan menjadi demikian siapa yang atasnya dari yang hadiskan, hingga sampai hadis maushul kepada Nabi atau kepada siapa yang sampai dengannya kepadanya selainnya, karena masing-masing satu dari mereka thabitkan bagi yang hadiskan dan thabit atas yang hadiskan daripadanya, maka tidak digantikan dalam masing-masing satu dari mereka apa yang kucatat.

Beliau katakan: Maka jelaskan untukku dari ini dengan sesuatu agar aku menjadi dengannya lebih kenal daripada dengan ini, karena khabariku dengannya dan sedikit khabariku dengan apa yang kucatat dalam hadis?

Maka aku katakan kepadanya: Apakah kamu inginkan aku beritahu dengan sesuatu yang menjadi ini qiyas padanya?

Beliau katakan: Ya.

Aku katakan: Ini asal dalam dirinya, maka tidak menjadi qiyas atas yang lain, karena qiyas lebih lemah daripada asal.

Beliau katakan: Aku tidak inginkan kamu jadikan qiyas, tapi rumuskan untukku atas sesuatu dari kesaksian-kesaksian, yang ilmu padanya umum.

Aku katakan: Mungkin khilaf kesaksian-kesaksian dalam barang-barang, dan mutafiq dengannya dalam selainnya.

- [373] - قال: وأيْن يُخالِفها؟

قلت: أقْبَلُ في الحديث الواحدَ وَالمَرْأَةَ، ولا أقْبل واحِداً منهما وحْدَه في الشهادة.

وأقبلُ في الحديث: (حدَّثَنِي فُلانٌ عَنْ فُلاَنٍ) ، إذا لم يكن مُدَلِّسًا، ولا أقبل في الشهادة إلا: (سَمِعْتُ) أو (رَأيْتُ) أو (أَشْهَدَنِي) .

وتختلف الأحاديث، فآخُذُ بِبَعْضها، استدلالاً بكتاب أو سنة أو إجماع أو قياس، وهذا لا يُؤْخَذُ به في الشهادات هكذا، ولا يُوجد فيها بحال.

ثم يكون بشرٌ كلُّهم تجوز شهادتُه ولا أقْبَلُ حديثَه، مِنْ قِبَلِ ما يَدْخُلُ في الحديث مِنْ كثْرة الإحالة، وإزالة بعض ألفاظ المعاني.

ثم هو يُجَامِعُ الشهاداتِ في أشياءَ غيْرِ ما وصفْتُ.

فقال: أمَّا ما قُلْتَ مِن ألاَّ تَقْبَلَ الحديثَ إلاَّ عنْ ثِقَةٍ حافِظٍ عالِمٍ بما يُحِيلُ معنى الحديث: فكَما قلْتَ، فَلِمَ لمْ تَقُلْ هكذا في الشهادات؟

فقلْتُ: إنَّ إحالةَ معنى الحديث أخْفَى مِن إحالة معنى الشهادة، وبهذا احْتطتُ في الحديث بأكثرَ مما احتطتُ به في الشهادة.

قال: وهكذا كما وصفْتَ، ولكِنِّي أنْكرْتُ - إذا كان مَنْ يُحَدَّثُ عنه ثِقةً فحَدَّثَ عنْ رجلٍ لم تعرِفْ أنْت ثقتَه: - [375] - امْتِناعَكَ من أنْ تُقَلِّدَ الثقةَ، فَتُحْسِنَ الظَّنَّ به، فلا تترُكَه يَرْوِي إلاَّ عن ثقةٍ، وإنْ لم تعْرِفْهُ أنْتَ؟!

فقلتُ له: أرأيْتَ أربعَةَ نَفَرٍ عُدولٍ فُقَهاءَ شَهِدوا على شهادة شاهدَين بِحَقٍّ لِرَجُلٍ على رجل: أكنْتَ قاضِيًا به ولم يقل لك الأربعةُ: إنَّ الشاهدَين عَدْلانِ؟

قال: لا، ولا أقطع بشهادتهما شيئاً حتى أعْرِفَ عدْلَهُما، إمَّا بتعديل الأربعة لهما، وإمَّا بتعديل غيرِهم، أو مَعْرِفَةً مِنِّي بِعدْلهما.

فقلتُ له: ولِمَ لَمْ تَقْبَلْهُما على المعنى الذي أمرْتني أن أقْبَلَ عليه الحديثَ، فتقولَ: لم يكونوا لِيَشْهَدوا إلاَّ عَلَى مَنْ هو أعْدَلُ عندهم؟

فقال: قد يَشْهدون على مَنْ هو عدْلٌ عنْدهم، ومَنْ - [376] - عَرَفوه ولمْ يَعْرِفوا عدْلَه، فلَمَّا كان هذا موْجوداً في شهادَتهم لم يكن لي قبولُ شهادةِ مَنْ شهِدوا عليه حتى يُعَدِّلوه، أوْ أعرِفَ عدْلَه وعدْلَ مَنْ شَهِدَ عِنْدي على عدْل غيْرِه، ولا أقْبَلُ تعديلَ شاهِدٍ على شاهدٍ عَدَّلَ الشاهدُ غيرَه ولمْ أعْرف عدْلَهُ.

فقلتُ: فالحجة في هذا لكَ الحُجَّةُ عليك: في ألاَّ تَقْبَلَ خبَرَ الصَّادِق عَن منْ جَهِلْنا صدْقَه.

والناس مِن أنْ يشْهَدوا على شهادَة مَنْ عرَفوا عدْلَه: أشَدُّ تَحَفُّظًا مِنْهُمْ مِنْ أنْ يَقْبَلُوا إلاَّ حديثَ مَنْ عرَفوا صِحَّةَ حديثه.

وذلك: أنَّ الرجل يَلْقَى الرجُلَ يَُرَى عليه سِيما الخير، فيُحْسنُ الظنَّ به، فيَقْبلُ حديثَه، ويقْبَلُه وهو لا يَعْرِف - [377] - حالَه، فيَذْكُرُ أنَّ رجُلاً يُقال له: (فلان) حدَّثَنِي كذا، إمَّا على وجْهٍ يرْجو أنْ يجِدَ عِلْمَ ذَلِك الحديث عنْدَ ثِقة فيقبَلَه عن الثقة، وإمَّا أن يحدث به على إنكاره والتعجب منه، وإمَّا بِغفْلةٍ في الحديث عنه.

ولا أعْلَمُنِي لَقِيتُ أحَداً قَطُّ بَرِيًّا مِن أنْ يحدث عنْ ثِقةٍ حافِظٍ وآخَرَ يُخَالِفه.

ففَعَلْتُ في هذا ما يجبُ عليَّ.

ولم يكن طَلَبِي الدَّلائلَ على معرفة صِدق مَنْ حدَّثني بأوْجَبَ عليَّ مِن طلبي ذلك على معرفة صدْقِ مَن فَوْقَه، لأني أحتاجُ في كلهم إلى ما أحتاج إليه فيمن لقِيتُ مِنهم، لأنَّ كلَّهم مُثْبِتٌ خَبَرًا عن من فوقه ولِمَنْ دونه.

فقال: فما بالُك قبِلْتَ ممن لم تعرفه بالتَّدْليسِ أن يقول: (عن) ، وقد يُمْكِنُ فيه أنْ يكونَ لمْ يسْمَعْه؟

فقلت له: المسلمون العُدول عُدولٌ أصِحَّاءُ الأمْر في أنفسهم، وحالُهُم في أنفسهم غيرُ حالهم في غيرهم، ألا ترى أنِّي إذا عرَفتهم بالعدل في أنفسهم قَبِلْتُ شَهادَتهم، وإذا شَهِدوا على شهادة غيرِهم لمْ أقْبلْ شهادَة غيرِهم حتى أعرف حاله؟! ولم تكن معرفتي عدْلَهم معرفتي عدلَ من شَهِدوا على شهادَتِه.

وقولُهم عن خبر أنفسهم وتسميتُهم: على الصِّحة، حتى نسْتَدِلَّ مِنْ فِعلهم بما يخالف ذلك، فَنَحْتَرِسَ منهم في الموضع الذي خالَف فِعْلُهم فيه ما يجب عليهم.

ولم نَعْرِفْ بالتدليس بِبَلدنا، فيمن مضى ولا مَنْ - [379] - أدْرَكْنا مِن أصحابنا، إلاَّ حديثاً فإن منهم من قبله عن من لو تركه عليه كان خيراً له.

وكان قول الرجل: (سمعتُ فلاناً يقول سمعت فلاناً) وقولُه: (حدّثَني فلانٌ عنْ فُلان) : سَواءً عنْدهم، لا يحدِّثُ واحد منهم عن من لَقِيَ إلاَّ ما سَمِع منه ممن عَنَاه بهذه الطريق، قَبِلْنا منه: (حدثني فلان عن فلان) .

ومَن عرَفْناه دلَّس مَرَّةً فقَدْ أبَان لَنَا عوْرَته في رِوايتِه.

وليستْ تلك العورةُ بالكذب فنَرُدَّ بها حديثَه، ولا النَّصيحَةِ في الصِّدق، فنقْبَلَ مِنه ما قَبِلْنا مِن أهل النصيحة في الصدق.

[373] Beliau katakan: Dan di mana khilaf dengannya?

Aku katakan: Terima dalam hadis yang satu dan perempuan, dan tidak terima satu dari keduanya sendiri dalam kesaksian.

Dan terima dalam hadis: (Haditsnuku fulan dari fulan), jika bukan mudallis, dan tidak terima dalam kesaksian kecuali: (Aku dengar) atau (aku lihat) atau (kesaksikan aku).

Dan berbeda hadis-hadis, maka ambil dengan sebagiannya, istidlal dengan kitab atau sunnah atau ijma' atau qiyas, dan ini tidak diambil dengannya dalam kesaksian-kesaksian demikian, dan tidak ditemukan padanya dalam keadaan.

Kemudian menjadi manusia semuanya boleh kesaksiannya dan tidak terima hadisnya, dari sisi apa yang masuk dalam hadis dari kekerapan pengalihan, dan penghilangan sebagian lafaz makna-makna.

Kemudian ia mutafiq kesaksian-kesaksian dalam barang-barang selain apa yang kucatat.

Beliau katakan: Adapun apa yang kamu katakan dari tidak terima hadis kecuali dari thiqah hafizh alim dengan apa yang mengalihkan makna hadis: maka seperti yang kamu katakan, maka kenapa tidak katakan demikian dalam kesaksian-kesaksian?

Maka aku katakan: Sesungguhnya pengalihan makna hadis lebih tersembunyi daripada pengalihan makna kesaksian, dan dengan ini aku waspada dalam hadis lebih banyak daripada waspada dalam kesaksian.

Beliau katakan: Dan demikian seperti yang kucatat, tapi aku bantah jika yang dihadiskan daripadanya thiqah lalu hadiskan dari laki-laki yang tidak kamu kenal kepercayaannya: [375] pencegahanmu dari taklid thiqah, maka husnuzhan dengannya, maka tidak tinggalkan agar riwayat kecuali dari thiqah, meskipun tidak kenal dia kamu?!

Maka aku katakan kepadanya: Apakah kamu lihat empat orang adil fuqaha kesaksian atas kesaksian dua saksi dengan hak bagi laki-laki atas laki-laki: apakah kamu qadhi dengannya dan tidak katakan kepadamu empat: Sesungguhnya dua saksi adil?

Beliau katakan: Tidak, dan tidak potong dengan kesaksian mereka sesuatu hingga kenal keadilan keduanya, baik dengan ta'dil empat padanya, atau dengan ta'dil yang lain, atau pengetahuan dariku dengan keadilan keduanya.

Maka aku katakan kepadanya: Dan kenapa tidak terima keduanya atas makna yang amrku terima hadis padanya, maka katakan: Tidak menjadi bagi mereka kesaksian kecuali atas yang lebih adil menurut mereka?

Beliau katakan: Mungkin kesaksian atas yang adil menurut mereka, dan yang kenal dan tidak kenal keadilannya, maka ketika ini ada dalam kesaksian mereka tidak menjadi bagi ku penerimaan kesaksian yang kesaksian atasnya hingga ta'dilkan, atau kenal keadilannya dan keadilan yang kesaksian atas keadilan yang lain, dan tidak terima ta'dil saksi atas saksi ta'dil saksi yang lain dan tidak kenal keadilannya.

Maka aku katakan: Maka hujjah dalam ini bagimu hujjah atasmu: dalam tidak terima kabar shadiq dari yang kami bodoh shiddiqnya.

Dan manusia dari kesaksian atas kesaksian yang kenal keadilannya: lebih waspada daripada dari penerimaan kecuali hadis yang kenal shahih hadisnya.

Dan itu: bahwa laki-laki jumpa laki-laki terlihat padanya tanda kebaikan, maka husnuzhan dengannya, maka terima hadisnya, dan terima dan ia tidak kenal [377] keadaannya, maka sebutkan bahwa laki-laki dikatakan namanya: (Fulan) haditsnuku demikian, baik atas wajah harap temukan ilmu hadis itu dari thiqah maka terima daripadanya thiqah, atau hadiskan dengannya atas penolakan dan keheranan daripadanya, atau dengan lalai dalam hadis daripadanya.

Dan aku tidak ketahui jumpa seseorang yang suci dari bahwa hadiskan dari thiqah hafizh dan yang lain khilafnya.

Maka lakukan dalam ini apa yang wajib atas ku.

Dan bukan talabku dalil-dalil atas pengetahuan shiddiq yang haditsnuku lebih wajib atas ku daripada talabku itu atas pengetahuan shiddiq siapa yang atasnya, karena aku butuh dalam semuanya kepada apa yang butuh kepadanya dalam yang kutemui dari mereka, karena semuanya thabitkan kabar dari yang atasnya dan bagi yang bawahnya.

Beliau katakan: Maka kenapa kamu terima dari yang tidak kenal dengan at-tadlis bahwa katakan: (dari), dan mungkin padanya bahwa tidak mendengarnya?

Maka aku katakan kepadanya: Muslimin al-'udul al-'udul shahih amr dalam diri mereka, dan keadaan mereka dalam diri mereka selain keadaan mereka dalam yang lain, tidakkah kamu lihat bahwa jika kenal mereka dengan keadilan dalam diri mereka terima kesaksian mereka, dan jika kesaksian atas kesaksian yang lain tidak terima kesaksian yang lain hingga kenal keadaannya?! Dan bukan pengetahuan ku keadilan mereka pengetahuan keadilan yang kesaksian atas kesaksiannya.

Dan kata mereka dari kabar diri mereka dan penamaan mereka: atas shahih, hingga istidlal dari perbuatan mereka dengan apa yang khilaf itu, maka waspada dari mereka dalam tempat yang khilaf perbuatan mereka padanya apa yang wajib atas mereka.

Dan tidak kenal dengan tadlis di negeri kami, dari yang lalu dan yang kami temui dari shahabat kami, kecuali hadis maka dari mereka yang terima daripadanya dari yang jika tinggalkan padanya lebih baik baginya.

Dan menjadi kata laki-laki: (Aku dengar fulan katakan aku dengar fulan) dan kata-Nya: (Haditsnuku fulan dari fulan): sama menurut mereka, tidak hadiskan satu dari mereka dari yang ditemui kecuali apa yang didengar daripadanya dari yang dituju dengannya jalan ini, terima daripadanya: (Haditsnuku fulan dari fulan).

Dan siapa yang kenal kami tadlis sekali maka telah jelaskan kepadaku kelemahan riwayatnya.

Dan kelemahan itu bukan dusta maka redakan hadisnya dengannya, dan bukan nasehat dalam shiddiq, maka terima daripadanya apa yang terima dari ahli nasehat dalam shiddiq.

- [380] - فقلْنا: لا نقبل مِن مُدَلِّسٍ حديثاً حتى يقولَ فيه: (حدثني) أو (سمعْتُ) .

فقال: قَدْ أراكَ تقْبَل شهادَة من لا يُقْبَل حديثُه؟

قال: فقلتُ: لِكِبَرِ أمْر الحديث ومَوْقِعه مِن المسلمين، ولمعنى بَيِّنٍ.

قال: وما هو؟

قلت: تكون اللَّفْظةُ تُتْركُ مِن الحديث فتُحيلُ معناه، أو يُنْطَقُ بها بِغير لَفْظَة المُحَدِّث، والناطِق بها غيرُ عامِدٍ لإحالة الحديث: فيُحِيلُ معْناه.

فإذا كان الذي يحملُ الحديثَ يجهَلُ هذا المعنى، كان غيرَ عاقِل للحديث، فلمْ نقْبَل حديثَه، إذا كان يحمل ما لا يَعْقِلُ، إن - [381] - كان ممن لا يُؤَدِّي الحديثَ بِحُروفِه، وكان يَلْتَمِس تأديته على معانيه، وهو لا يعقِلُ المعنى.

قال: أفيكونُ عَدْلًا غَيْرَ مَقْبول الحديث؟

قلت: نَعَمْ، إذا كان كما وصفْتُ كان هذا مَوْضِعَ ظِنَّةٍ بَيِّنَةٍ يُرَدُّ بها حدُيثه، وقد يكون الرجل عدلاً على غيره ظَنِينَاً في نفسه وبعض أقْرَبِيه، ولعلَّه أنْ يَخِرَّ من بُعْدٍ أهْوَنُ عليه مِن أنْ يَشْهَد بِبَاطلٍ، ولكنْ الظِّنَّةُ لَمَّا دَخَلَتْ عليه تُرِكَتْ بها شهادتُه، فالظِّنَّةُ ممن لا يؤدي الحديث بحروفه ولا يعقل معانيه: أبْيَنُ منها في الشَّاهِد لمن تُرَدُّ شهادتُه فيما هو ظَنِينٌ فيه بحال.

وقد يُعْتَبَرُ على الشُّهود فيما شهدوا فيه، فإن استدللنا على مَيْلٍ نسْتَبِينُهُ أو حِيَاطَةٍ بمُجاوزة قصْدٍ للمشهود له: - [382] - لمْ نَقْبَلْ شهادَتهم، وإنْ شهِدوا في شيء مما يَدِقُّ ويذْهَبُ فَهْمُه عليهم في مِثْل ما شهِدوا عليه: لمْ نقْبَلْ شهادَتهم، لأنهم لا يعقلون معنى ما شهدوا عليه.

ومَنْ كَثُرَ غَلَطُه مِن المحدثين ولم يكن له أصْلُ كِتَابٍ صحيح: لم نقبل حديثَه، كما يكون مَنْ أكْثَرَ الغَلَطَ في الشهادة لم نقبل شهادَته.

وأهلُ الحديث مُتَبَايِنُونَ:

- فمِنْهم المعروف بعِلْمِ الحديث، بطلَبه وسماعه مِن الأب والعمِّ وذَوِي الرَّحِمِ والصَّدِيقِ، وطُولِ مُجالَسَة أهلِ التَّنازُع فيه، ومَنْ كان هكذا كان مُقَدَّمًا في الحِفْظ، إنْ خالَفه مَنْ يُقَصِّرُ - [383] - عنه كان أوْلَى أنْ يُقْبَل حديثُه ممن خالفه مِنْ أهل التقصير عنه.

ويُعْتَبَرُ على أهْلِ الحديث بأنْ إذَا اشْتَرَكُوا في الحديث عن الرَّجُل بِأنْ يُسْتَدَلَّ على حِفْظ أحدِهم بِمُوَافَقَةِ أهْل الحِفْظ، وعلى خلاف حِفْظه بخلاف حفظ أهْلِ الحِفْظِ له.

وإذا اختلفَت الروايةُ استدللنا على المحفوظ منها والغَلَط بهذا، ووُجُوهٍ سِواه، تدُلُّ على الصدق والحفظ والغلط، قد بيَّناها في غير هذا الموضع، وأسأل الله التوفيق.

فقال: فما الحجَّةُ لك في قَبول خبر الواحد وأنْتَ لا تُجِيز شَهادَة واحِدٍ وحْده؟ وما حجتك في أنْ قِسْتَهُ بالشهادَة في أكْثَرِ أمْره، وفَرَّقْتَ بَيْنَهُ وبَيْنَ الشهادَةِ في بعْض أمْره؟

380] Maka katakan: Kami tidak terima dari mudallis hadis hingga katakan padanya: (Haditsnuku) atau (aku dengar).

Beliau katakan: Sudah kulihat kamu terima kesaksian dari yang tidak diterima hadisnya?

Beliau katakan: Maka aku katakan: Karena kebesaran amr hadis dan posisinya dari muslimin, dan makna jelas.

Beliau katakan: Dan apa itu?

Aku katakan: Menjadi lafaz ditinggalkan dari hadis maka mengalihkan maknanya, atau diucapkan dengannya selain lafaz yang hadiskan, dan yang ucapkan dengannya selain sengaja pengalihan hadis: mengalihkan maknanya.

Maka jika yang bawa hadis bodoh makna ini, menjadi selain berakal untuk hadis, maka tidak terima hadisnya, jika bawa apa yang tidak diakl, jika [381] dari yang tidak sampaikan hadis dengan huruf-hurufnya, dan lantas cari sampaikan atas makna-maknanya, dan ia tidak akal makna.

Beliau katakan: Apakah menjadi adil selain diterima hadis?

Aku katakan: Ya, jika seperti yang kucatat menjadi ini tempat zhannh yang jelas dirujuk dengannya hadisnya, dan mungkin laki-laki adil atas yang lain zhanni dalam dirinya dan sebagian kerabat terdekatnya, dan mungkin bahwa jatuh dari jauh lebih ringan padanya daripada kesaksian dengan batil, tapi zhannah ketika masuk padanya ditinggalkan dengannya kesaksiannya, maka zhannah dari yang tidak sampaikan hadis dengan huruf-hurufnya dan tidak akal makna-maknanya: lebih jelas daripadanya dalam saksi bagi yang dirujuk kesaksiannya dalam apa yang zhanni padanya dengan keadaan.

Dan dipertimbangkan atas saksi-saksi dalam apa yang kesaksian padanya, jika istidlal atas kecenderungan kami lihat atau lindung dengan melewati maksud untuk yang disaksikan: [382] tidak terima kesaksian mereka, dan jika kesaksian dalam sesuatu dari yang sulit dan pergi faham mereka atas semisal apa yang kesaksian padanya: tidak terima kesaksian mereka, karena mereka tidak akal makna apa yang kesaksian padanya.

Dan siapa yang banyak kesalahannya dari perawi dan bukan asalnya kitab shahih: tidak terima hadisnya, seperti menjadi siapa yang banyak kesalahan dalam kesaksian tidak terima kesaksiannya.

Dan ahli hadis berbeda-beda:

Dari mereka yang terkenal dengan ilmu hadis, dengan pencarian dan pendengarannya dari ayah dan paman dan kerabat dan shadiq, dan panjang teman duduk ahli perselisihan padanya, dan siapa yang demikian menjadi didahulukan dalam hafalan, jika khilafnya siapa yang kurang [383] daripadanya lebih utama diterima hadisnya daripada yang khilaf daripadanya dari ahli kekurangan daripadanya.

Dan dipertimbangkan atas ahli hadis dengan bahwa jika ikut dalam hadis dari laki-laki dengan istidlal hafalan salah satunya dengan mutafiq ahli hafalan, dan atas khilaf hafalannya dengan khilaf hafalan ahli hafalan baginya.

Dan jika berbeda riwayat istidlal kami atas yang terhafal daripadanya dan kesalahan dengan ini, dan wajah-wajah selain, menunjukkan shiddiq dan hafalan dan kesalahan, sudah jelaskan dalam selain posisi ini, dan aku tanya Allah taufiq.

Beliau katakan: Maka apa hujjah bagimu dalam penerimaan kabar yang satu dan engkau tidak izinkan kesaksian satu sendiri? Dan apa hujjahmu bahwa qiyaskan dengan kesaksian dalam kebanyakan amrnya, dan bedakan di antaranya dan kesaksian dalam sebagian amrnya?

- [384] - قال: فقلْتُ له: أنتَ تُعِيدُ ما قد ظَنَنْتُكَ فَرَغْتَ مِنه!! ولمْ أَقِسْهُ بالشَّهادَة، إنَّمَا سألْتَ أنْ أمَثِّلَهُ لَكَ بشيء تعرفه، أنتَ به أخبرُ منك بالحديث، فَمَثَّلْتُهُ لك بذلك الشيء، لا أنِّي احْتَجْتُ لأنْ يكون قياساً عليه.

وتَثْبِيتُ خبر الواحد أقْوى مِنْ أنْ أحْتاج إلى أنْ أُمَثِّلَهُ بغيره، بَلْ هُوَ أصْلٌ في نفْسِه.

قال: فكيف يكون الحديث كالشهادة في شيء، ثم يفارِقُ بعْضَ معانِيها في غيره؟

فقلت له: هو مخالف للشهادة - كما وصفْتُ لك - في بعض أمْره، ولو جَعَلْتُهُ كالشهادة في بعض أمره دون بعضٍ كانت الحجة لي فيه بَيِّنَةً، إنْ شاء الله.

[384] Beliau katakan: Maka aku katakan kepadanya: Engkau ulangi apa yang kuperlukan kamu selesai daripadanya!! Dan aku tidak qiyaskan dengan kesaksian, hanyalah kamu tanya agar rumuskan untukmu dengan sesuatu yang kamu kenal, engkau dengannya lebih khabar daripada dengan hadis, maka rumuskan untukmu dengan barang itu, bukan bahwa aku istidlal agar menjadi qiyas padanya.

Dan thabit kabar yang satu lebih kuat daripada butuhku rumuskan dengan yang lain, [385] tapi ia asal dalam dirinya.

Beliau katakan: Maka bagaimana menjadi hadis seperti kesaksian dalam sesuatu, kemudian berpisah sebagian makna-maknanya dalam yang lain?

Maka aku katakan kepadanya: Ia bertentangan dengan kesaksian seperti yang kucatat untukmu dalam sebagian amrnya, dan jika jadikan seperti kesaksian dalam sebagian amrnya selain sebagian hujjah bagiku padanya jelas, jika Allah menghendaki.

- [385] - قال: وكيْف ذلك، وسبيلُ الشهادات سبيلٌ واحِدة؟

قال: فقلْتُ: أتعني في بعض أمرها دون بعض؟ أمْ في كلِّ أمْرها؟

قال: بلْ في كلِّ أمْرِها.

قلتُ: فَكَمْ أقَلُّ ما تَقْبَلُ علَى الزِّنا؟

قال: أربعة.

قلتُ: فإن نَقَصُوا واحِد جَلَدْتَهم؟

قال: نعم.

قلت: فكم تقبل على القتل والكفر وقطع الطريق الذي تَقْتُلُ به كلِّه؟

قال: شاهِدين.

قلت له: كم تقْبل على المال؟

[385] Beliau katakan: Dan bagaimana itu, dan jalan kesaksian-kesaksian jalan satu?

Beliau katakan: Maka aku katakan: Apakah kamu maksud dalam sebagian amrnya selain sebagian? Atau dalam segala amrnya?

Beliau katakan: Bahkan dalam segala amrnya.

Aku katakan: Maka berapa paling sedikit yang terima atas zina?

Beliau katakan: Empat.

Aku katakan: Maka jika kurang satu kamu cambuk mereka?

Beliau katakan: Ya.

Aku katakan: Maka berapa terima atas pembunuhan dan kekafiran dan pemotongan jalan yang dibunuh semuanya?

Beliau katakan: Dua saksi.

Aku katakan kepadanya: Berapa terima atas harta?

- [386] - قال: شاهِدًا وامْرأتَيْنِ.

قلت: فكَمْ تقبل في عُيوب النِّساء؟

قال: امْرَأةً.

قلت: ولَوْ لم يُتِمُّوا شاهِدَيْن وشاهِدًا وامْرأتين: لم تَجْلِدْهُم كما جَلَدْتَ شُهودَ الزِّنا؟

قال: نعم.

قلت: أفَتَراها مُجْتَمِعَةً؟

قال: نعم، في أنْ أقْبَلَهَا مُتَفَرِّقَةً في عَدَدِهَا. وفي أنْ لاَ يُجْلَدَ إلاَّ شاهِدُ الزِّنا.

قلت له: فلَوْ قلْتُ لك هذا في خَبَرِ الواحِدِ، وهو مُجَامِعٌ للشَّهادة في أنْ أقْبَلَه، ومُفَارِقٌ لها في عَدَدِهِ، هلْ كانتْ لك حجَّةٌ إلاَّ كَهِيَ عَلَيْكَ؟!

[386] Beliau katakan: Satu saksi dan dua perempuan.

Aku katakan: Maka berapa terima dalam cacat wanita?

Beliau katakan: Satu perempuan.

Aku katakan: Dan jika tidak sempurnakan dua saksi dan satu saksi dan dua perempuan: tidak cambuk mereka seperti cambuk saksi zina?

Beliau katakan: Ya.

Aku katakan: Apakah kamu lihat sama?

Beliau katakan: Ya, dalam bahwa terima masing-masing terpisah dalam jumlahnya. Dan dalam bahwa tidak dicambuk kecuali saksi zina.

Aku katakan kepadanya: Maka jika katakan kepadamu ini dalam kabar yang satu, dan ia mutafiq dengan kesaksian dalam bahwa terima, dan terpisah daripadanya dalam jumlahnya, apakah hujjah bagimu kecuali seperti ia atasmu?!!!

- [387] - قال: فإنما قلْتُ بالخلاف بَيْنَ عدَد الشهادات خَبَرًا واستدلالاً.

قلت: وكذلك قلْتُ في قبول خبر الواحد خبًرا واستدلالاً.

وقلتُ: أَرأيْتَ شهادَة النِّساء في الوِلادَة، لِمَ أَجَزْتَهَا ولا تُجِيزُهَا في دِرهمٍ؟

قال: اتِّبَاعًا.

قلتُ: فإنْ قيل لك: لَمْ يُذْكَرْ في القُرَآن أقَلُّ مِنْ شاهد وامرأتين؟ 

 [387] Beliau katakan: Maka hanyalah katakan dengan perbedaan antara jumlah kesaksian-kesaksian kabar dan istidlal.

Aku katakan: Dan demikian katakan dalam penerimaan kabar yang satu kabar dan istidlal.

Dan katakan: Apakah kamu lihat kesaksian perempuan dalam kelahiran, kenapa izinkan dan tidak izinkan dalam dirham?

Beliau katakan: Mengikuti.

Aku katakan: Maka jika dikatakan kepadamu: Tidak disebutkan dalam Al-Qur'an paling sedikit dari satu saksi dan dua perempuan?[]

 

LihatTutupKomentar