Tawassul dalam Islam
Tawasul atau wasilah adalah berdoa dan memohon pada Allah dengan memakai perantara yakni menyebut nama yang ditawassuli. Oleh karena itu, kalimat "tawassul pada Nabi" maksudnya adalah memohon pada Allah agar terpenuhi yang diminta dengan menyebut nama Nabi Muhammad Perantara itu dapat berupa amal shalih yang pernah dilakukannya, meminta orang soleh agar berdoa untuk dia, menyebut nama atau sifat Allah. Memakai perantara orang saleh yang masih hidup disepakati seluruh ulama.
Tawasul atau wasilah adalah berdoa dan memohon pada Allah dengan memakai perantara yakni menyebut nama yang ditawassuli. Oleh karena itu, kalimat "tawassul pada Nabi" maksudnya adalah memohon pada Allah agar terpenuhi yang diminta dengan menyebut nama Nabi Muhammad Perantara itu dapat berupa amal shalih yang pernah dilakukannya, meminta orang soleh agar berdoa untuk dia, menyebut nama atau sifat Allah. Memakai perantara orang saleh yang masih hidup disepakati seluruh ulama. Namun tawasul pada orang yang sudah meninggal, seperti Nabi Muhammad, para ulama dan orang salih sudah meninggal dunia masih menjadi perdebatan khususnya di kalangan ulama Wahabi. Bagi Ahlussunnah Wal Jamaah non-Wahabi tawasul dengan Nabi itu dibolehkan.
DAFTAR ISI
- PENGERTIAN TAWASSUL
- DALIL TENTANG TAWASSUL
- PENDAPAT ULAMA AHLUSSUNNAH TENTANG TAWASSUL
- CONTOH DOA DENGAN TAWASSUL
- PENDAPAT MADZHAB EMPAT ATAS BOLEHNYA TAWASUL PADA NABI
- PENDAPAT ULAMA WAHABI SALAFI TENTANG TAWASSUL
- PARA ULAMA BESAR BERTAWASUL PADA NABI DI AKHIR KITAB MEREKA
- CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM
PENGERTIAN TAWASSUL
Kata tawassul (Arab, التوسل) adalah kata asli bahasa Arab yang dapat dijumpai dalam Al-Quran, hadist, perkataan orang Arab dalam bentuk syair (puisi) maupun prosa. Maknanya adalah: mendekatkan diri (taqarrub) pada yang diinginkan dan berusaha mencapainya dengan semangat harapan. Ibnul Asir berkata dalam An-Nihayah: Al-Wasil adalah orang yang berharap; kata Al-Wasilah adalah ibadah dan perantara; dan segala sesuatu yang dibuat untuk mencapai sesuatu atau mendekatkan diri. Bentuk jamaknya al-wasilah adalah wasail (وسائل). Ibnu Faris dalam Mukjam al-Maqayis berkata: Al-Wasilah bermakna ingin dan berharap. Al-Wasil adalah orang yang berharap pada Allah. Dari sini dapat disimpulkan makna etimologis dari tawasul adalah menjadikan suatu jalan yang dapat mencapai tujuan atau mengharap sampai pada tujuan yang ingin dicapai.
Dalam istilah syariah, tawassul adalah jalan atau sebab yang dijadikan oleh Allah untuk menuju kepadanya. Tawassul pada Nabi berarti memohon dikabulkannya doa kepada Allah dengan menyebut nama Nabi. Seperti: Ya Allah, ampunilah aku dengan kemuliaan Nabi Muhammad
DALIL TENTANG TAWASSUL
- QS An-Nisa' 4:64
.ولو أنّهم إذ ظلموا أنفسهم جاءوك فاستغفروا الله واستغفر لهم الرسول لوجدوا الله توّاباً رحيماً
Artinya: Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
- QS Yusuf :97-98
قالوا يا أبانا استغفر لنا ذنوبنا إنّا كنّا خاطئين قال سوف أستغفر لكم ربّي إنّه هو الغفور الرحيم
Artinya: Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)". Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
- QS Al-Maidah 5:35
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
- QS Al-Isra 17:57
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
Artinya: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.
- Hadits riwayat Ibnu Majah [1385], Ahmad [4/138], Hakim [1/313] Menurut Al-Rifa'i Al-Wahabidalam kitab At-Tawashul ila Haqiqat al-Tatawassul, hlm. 158, menyatakan bahwa hadits ini masyhur dan sahih.
وروي عن عثمان بن حنيف أنه قال: إن رجلاً ضريراً أتى النبي (ص) فقال: أدع الله أن يعافيني, فقال(ص) : (إن شئتَ دعوت, وإن شئتَ صبرتَ وهو خير ), قال: فادعه, فأمره (صلى الله عليه وآله) أن يتوضّأ فيحسن وضوءه ويصلّي ركعتين ويدعو بهذا الدعاء: (( اللهمّ إنّي أسألك وأتوجّه إليك بنبيّك نبيّ الرحمة, يا محمد إنّي أتوجّه بك إلى ربّي في حاجتي لتقضى, اللهم شفّعه فيّ )). قال ابن حنيف: فوالله ما تفرّقنا وطال بنا الحديث حتّى دخل علينا كأن لم يكن به ضرّ.
Artinya: Diriwayatkan melalui sahabat ‘Usman bin Hunaif ada seseorang yang sedang sakit datang ke baginda Nabi Muhammad SAW lalu berkata: Ya Rasulullah do’akan kami semoga Allah SWT memberikan kesembuhan kepadaku. Nabipun bersabda: seandainya kamu bersabar maka itu yang terbaik bagimu. Orang yang sakit berkata lagi: Do’akan kami. Dalam satu riwayat : ini sulit bagiku karena tidak ada yang menuntun kami.
Akhirnya Rasululah pun memerintahkannya berwudhu’ dan berdo’a dengan do’a: Ya Allah kami meminta dan menghadap kepadamu dengan lantaran nabi mu Muhammad SAW Nabi membawa kedamaian. Wahai Muhammad sesungguhnya kami menghadap kepadamu sebagai wasilah kepada tuhanku untuk mengabulkan hajatku. Ya Allah berikan syafa’at baginda Nabi Muhammad kepadaku.
Ibnu Hunaif berkata: Demi Allah tidak lama setelah itu seakan-akan tidak terjadi apa-apa padanya.
- Hadits riwayat Hakim [المستدرك 2/615], Tabrani [Suyuthi, Durrul Mukhtar 1/59], Baihaqi [Ruhul Maani, 1/217] dari Umar bin Khattab Nabi bersabda:
(لما أذنب آدم الذي أذنبه رفع رأسه إلى السماء فقال : أسألك بحق محمد إلا غفرت لي ...
.- Hadits riwayat Al-Bazzar dikutip oleh Al-Hafidz Al-Haitsami dalam Majmak Al-Zawaid "ما يحصل لأمته (صلى الله عليه وآله) من استغفاره بعد وفاته" dari Ibnu Mas'ud. Al-Haitsami berkata: Hadist ini sanadnya sahih.
ان لله ملائكة سياحين يبلغوني عن امتي السلام) قال: وقال رسول الله (صلى الله عليه وآله): (حياتي خير لكم تحدثون وتحدث لكم ووفاتي خير لكم تعرض عليَّ أعمالكم فما رأيت من خير حمدت الله عليه وما رأيت من شر استغفرت الله لكم
Artinya: Allah mempunya malaikat yang bertugas menyampaikan salam umatku padaku. Rasulullah bersabda: Hidupku lebih baik bagi kalian... Dan matiku lebih baik bagi kalian... Kebaikan yang kalian lakukan aku bersyukur pada Allah sedang keburukan yang aku lihat aku mohonkan ampun buat kalian.
- Hadits riwayat Ibnu Majah dan Ahmad dari Abi Said Al-Khudri [3/21]
اللهمَّ بحق السائلين عليك وبحق ممشاي...
Artinya: Ya Allah dengan haknya orang-orang yang meminta padamu dan hak perjalanananku
- Hadits riwayat Daruqutni dalam Al-Afrad dan Ibnu Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah
اللهمَّ بحق السائلين عليك وبحق مخرجي هذا...
Kedua hadits di atas ditakhrij oleh Al-Kautsari dan Al-Ghimari
- Hadits riwayat Al-Utbi dikutip oleh Ibnu Qudamah Al-Maqdisi Al-Hanbali dalam Al-Mughni 3/589 dan juga dalam Al-Syarhul Kabir 3/494. Al-Utbi berkata:
كنت جالساً عند قبر النبي (صلى الله عليه وآله) فجاء أعرابي فقال: السلام عليك يا رسول الله سمعت الله يقول (( وَمَا أَرسَلنَا مِن رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذنِ اللَّهِ وَلَو أَنَّهُم إِذ ظَلَمُوا أَنفُسَهُم جَاءُوكَ فَاستَغفَرُوا اللَّهَ وَاستَغفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّاباً رَحِيماً )) (النساء:64), وقد جئتك مستغفراً من ذنبي مستشفعاً بك إلى ربي ثم أنشأ يقول:
يا خير من دفنت في الترب أعظمه ***** فطاب من طيبهن القاع والأكم
نفسي الفداء لقبر أنت ساكنه ***** فيه العفاف وفيه الجود والكرم
ثم أنصرف الأعرابي فحملتني عيني فرأيت النبي (صلى الله عليه وآله) فقال يا عتبي الحق الأعرابي فبشره أن الله قد غفر له.
يا خير من دفنت في الترب أعظمه ***** فطاب من طيبهن القاع والأكم
نفسي الفداء لقبر أنت ساكنه ***** فيه العفاف وفيه الجود والكرم
ثم أنصرف الأعرابي فحملتني عيني فرأيت النبي (صلى الله عليه وآله) فقال يا عتبي الحق الأعرابي فبشره أن الله قد غفر له.
- Kisah dari Al-Utbi di atas juga dikutip oleh Imam Nawawi dalam Al-Majmuk 9/274. Nawawi berkata: Lalu Al-Utbi kembali ke tempatnya yang pertama menghadap wajah Rasulullah lalu ia bertawassul pada Nabi untuk dirinya dan meminta syafa'at Nabi pada Tuhannya. Sebagian perkataannya yang terbaik adalah apa yang diriwayatkan oleh Mawardi, Qadhi Abu Tayyib, dan ulama Syafi'i yang lain tentang Utbi dan menganggapnya baik. ... lalu Imam Nawawi menuturkan kisah Al-Utbi di atas dengan lengkap seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Qudamah.
اللهمَّ إنك قلت وقولك الحق (( وَمَا أَرسَلنَا مِن رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذنِ اللَّهِ وَلَو أَنَّهُم إِذ ظَلَمُوا أَنفُسَهُم جَاءُوكَ فَاستَغفَرُوا اللَّهَ وَاستَغفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّاباً رَحِيماً )) , وقد اتيتك مستغفراً من ذنوبي مستشفعاً بك إلى ربك فأسألك يا رب أن توجب لي المغفرة كما أوجبتها لمن أتاه في حياته اللهمَّ اجعله أول الشافعين وأنجح السائلين
Sejumlah ulama fikih dalam kitab fikih mereka juga menuturkan kisah Al-Utbi di atas dan menganggapnya baik seperti As-Syarbini dalam Mughnil Muhtaj 1/512, Al-Bakri Ad-Dimyati dalam Ianatut Talibin 2/357, Al-Buhuti dalam Kashful Qina' 2/600.
Al-Buhuti berkata setelah meriwayatkan kisah Al-Utbi di atas: Dan Al-Utbi tidak meninggikan suaranya karena ada firman Allah QS Al-Hujurat :2 [يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَرفَعُوا أَصوَاتَكُم فَوقَ صَوتِ النَّبِيِّ وَلا تَجهَرُوا لَهُ بِالقَولِ كَجَهرِ بَعضِكُم لِبَعضٍ أَن تَحبَطَ أَعمَالُكُم وَأَنتُم لا تَشعُرُونَ]. Kehormatan Nabi saat sudah wafat, sama dengan kehormatan Nabi saat masih hidup. Lalu Al-Utbi menghadap kiblat, dan menjadikan kamar di sebelah kirinya supaya tidak membelakangi kubur Nabi dan berdoa dengan doa yang disukai.
Ibnu Katsir Ad-Dimashqi dalam Tafsir Ibnu Katsir, hlm. 1/532 menyatakan: Firman Allah dalam QS An-Nisa' 4:64 [وَلَو أَنَّهُم إِذ ظَلَمُوا أَنفُسَهُم] Allah menunjukkan bahwa pelaku maksiat dan pelaku dosa apabila melakukan kesalahan dan dosa maka hendaknya datang ke Rasulullah, lalu memohon ampun pada Allah di sisi Nabi dan meminta Nabi agar mengampuni mereka. Apabila mereka melakukan hal itu, maka Allah akan menerima taubat dan mengampuni mereka. Karena itu, Allah berfirman [لوجدوا الله تواباً رحيماً]. Segolongan ulama menuturkan, salah satunya adalah Abu Manshur As-Shabbagh dalam kitab As-Syamil, tentang kisah masyhur dari Al-Utbi di mana Al-Utbi berkata: Aku pernah duduk di samping kubur Nabi ...
PENDAPAT ULAMA AHLUSSUNNAH TENTANG TAWASSUL
Al-Alusi dalam Tafsirnya 6/126 berkata:
وقد شنع التاج السبكي - كما هو عادته - على المجد (ابن تيمية) فقال: ويحسن التوسل والأستغاثة بالنبي(صلى الله عليه وآله) إلى ربه ولم ينكر ذلك أحد من السلف والخلف حتى جاء ابن تيمية فأنكر ذلك وعدل عن الصراط المستقيم وابتدع ما لم يقله عالم وصار بين الأنام مثلة.
Artinya: As-Subki berkata: Tawassul dan istighosah dengan Nabi kepada Allah itu baik dan tidak ada satupun ulama salaf dan khalaf yang mengingkarinya. Kecuali Ibnu Taimiyah yang telah merubahnya dari jalan yang lurus dan mengada-ngada sesuatu yang tidak diucapkan oleh seorang alim...
CONTOH DOA DENGAN TAWASSUL
Contoh Tawasul dengan memakai asma atau nama Allah:
أسألك اللهم بكل اسم هو لك سميت به نفسك، أو أنزلته في كتابك Aku memohon padaMu Ya Allah dengan setiap namaMu yang Engkau beri nama untuk diriMu atau telah Engkau turunkan nama itu dalam kitabMu (lalu sebutkan permintaan anda)
Contoh Tawasul pada Allah dengan sifat Allah
(a) Sifat Allah yang umum
اللهم إني أسألك بأسمائك الحسنى وصفاتك العليا Ya Allah aku memohon padaMu dengan asmaul-husna-Mu dan sifat-sifatmu yang Luhur (lalu sebutkan permintaan anda)
(b) Sifat Allah yang khusus. Berikut contoh dengan sifat ilmu-nya Allah
اللهم بعلمك الغيب وقدرتك على الخلق أحيني ما علمت الحياة خيرًا لي، وتوفني إذا علمت الوفاة خيرًا لي
Ya Allah dengan ilmuMu yang ghaib dan kemampuanMu pada makhluk hidupkan aku selagi hidup itu lebih baik bagiku. Dan matikan aku selagi kematian itu lebih baik bagiku.
Contoh Tawasul pada Allah dengan iman pada Allah dan Rasul-Nya.
[اللهم إني آمنت بك، وبرسولك فاغفر لي أو وفقني] Ya Allah aku beriman padaMu dan RasulMu, maka ampunilah aku dan berilah aku pertolongan.
atau
[اللهم بإيماني بك وبرسولك أسألك كذا وكذا] Ya Allah dengan imanku padaMu dan RasulMu aku memohon ... [sebutkan permintaan anda]
Contoh Tawassul pada Allah dengan amal salih yang pernah dilakukannya.
Seperti kisah tiga orang yang terjebak dalam gua yang tertutup batu. Mereka bertawassul dengan amal saleh yang pernah dilakukan. Ada yang bertawasul dengan baktinya pada orang tua, yang satu dapat menjaga diri dari dosa, dan yang ketiga memenuhi hak buruhnya. Masing-masing lalu berdoa ["اللهم إن كنت فعلت ذلك من أجلك فافرج عنا ما نحن فيه] Ya Allah apabila apa yang aku lakukan itu ikhlas karenaMu, maka bukalah pintu gua di mana aku terjebak di dalamnya. Dengan ijin Allah, batu yang menutup gua itupun terbuka.
Contoh Tawassul pada Allah dengan menyebut keadaan dan kebutuhannya
Seperti perkataan Nabi Musa dalam QS Al-Qashas :24 [رب إني لما أنزلت إليّ من خير فقير] Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku
Contoh Tawassul pada Allah dengan doa dari orang salih yang diharapkan terkabul.
Para Sahabat Nabi pernah meminta Nabi agar berdoa pada Allah untuk mereka dengan doa yang umum dan doa khusus seperti disebut dalam sebuah hadits sahih riwayat Bukhari & Muslim tentang seorang laki-laki yang meminta Nabi agar berdoa diturunkan hujan karena muslim paceklik.
Contoh Tawasul pada Nabi Muhammad
اللّهم إني أسألك وأتوجّه إليك بنبيك محمد نبي الرحمة، يا محمد إني أتوجه بك إلى ربي في حاجتي لتقضى لي
Artinya: Ya Allah, aku memohon dan menghadap padamu dengan Nabi-Mu Muhammad Nabi pembawa rahmat. Wahai Muhammad aku menghadap denganmu kepada Tuhanku dalam keperluanku supaya engkau penuhi padaku
PENDAPAT MADZHAB EMPAT ATAS BOLEHNYA TAWASUL PADA NABI
Madzhab Hanafi
Dalam kitab Al-Fatawa Al-Hindiyah 1/266 "Kitab al-Manasik" bab ziyarah makam (kuburan) Nabi Muhammad dan setelah menguraikan tata cara ziarah ke kuburan Rasulullah, lalu diterangkan doa-doa yang sebaiknya diucapkan peziarah sbb: (a) peziarah berdiri di dekat kepala Nabi; (b) dan ucapkan doa berikut:
اللهم إنك قلت وقولك الحق "وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُوا أَنفُسَهُمْ جَاءُوكَ .." الآية، وقد جئناك سامعين قولك طائعين أمرك، مستشفعين بنبيك إليك
Dalam doa tersebut terdapat tawasul pada Nabi.
Mazhab Maliki
Ibnul Haj dalam kitabnya Al-Madkhal 1/259-260 menyatakan: Tawasul kepada Nabi Muhammad adalah tempat untuk menghapus tanggungan dosa dan kesalahan. Karena barokah syafaat Nabi dan keagungan Nabi di sisi Tuhannya tidak bisa dikalahkan oleh dosa. Karena syafaatnya lebih besar dari semuanya. Maka bergembiralah orang yang berziarah ke makamnya dan berdoa pada Allah dengan syafaat Nabinya. Adapun orang yang belum mengunjungi makam Rasulullah semoga Allah tidak menghalangi syafatnya dengan kehormatannya di sisimu. Siapa yang berkeyakinan berbeda dengan ini, maka dia orang yang terhalang (mahrum).
Madzhab Syafi'i
Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmuk, "Kitab Sifat Haji: Bab Ziyarah Kubur Nabi", hlm. 8/274 berkata: Peziarah (kubur Nabi) hendaknya kembali ke tempatnya yang pertama dengan menghadap wajah Rasulullah dan bertawassul dengannya dalam hak dirinya dan meminta syafaat Nabi pada Tuhannya. Teks Arab:
ثم يرجع إلى موقفه الأول قُبالة وجه رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلّم (((ويتوسل به))) في حق نفسه ويستشفع به إلى ربه
Mazhab Hanbali
Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri mazhab Hambali, membolehkan tawassul yang dinukil oleh Al-Mardawi dalam Al-Inshaf "Kitab Shalat Istisqo", hlm. 2/456: "Faidah: Boleh tawasul dengan orang soleh menurut pandangan yang sahih dari madzhab. Dikatakan: Disunnahkan. Imam Ahmad Al-Mardawi berkata: Boleh bertawasul dengan Nabi dalam doanya. Pendapat ini ditetapkan oleh Al-Mardawi dalam Al-Mustaw'ab dan lainnya.
PENDAPAT ULAMA WAHABI SALAFI TENTANG TAWASSUL
Secara umum ulama Wahabi membolehkan tawasul pada nama Allah dan sifat-sifatNya dan atas amal baik seseorang atau pada orang yang soleh yang masih hidup dan melarnag tawasul pada orang yang sudah mati walaupun kepada Nabi Muhammad sendiri apalagi tawasul kepada para wali. Pendapat kalangan Wahabi dalam soal ini mengikuti pada pandangan Ibnu Taimiyah.
Muhammad bin Sholeh Al-Uthaimin
Ibnu Usaimin membagi tawasul menjadi dua yaitu tawasul yang benar (sahih) berdasarkan syariah dan tawasul yang tidak benar atau bid'ah.
Pertama, tawasul yang benar yaitu tawasul yang menggunakan wasilah (perantara) yang benar yang dapat mengantarkan pada tujuan yang diinginkan. Tawasul yang benar menurut Ibnu Usaimin ada enam, yaitu:
(a) Tawasul dengan memakai asma atau nama Allah. Contoh: أسألك اللهم بكل اسم هو لك سميت به نفسك، أو أنزلته في كتابك Aku memohon padaMu Ya Allah dengan setiap namaMu yang Engkau beri nama untuk diriMu atau telah Engkau turunkan nama itu dalam kitabMu.
(b) Tawasul pada Allah dengan sifat Allah
(c) Tawasul pada Allah dengan iman pada Allah dan Rasul-Nya.
(d) Tawassul pada Allah dengan amal salih yang pernah dilakukannya.
(e) Tawassul pada Allah dengan menyebut keadaan dan kebutuhan orang yang berdoa.
(f) Tawassul pada Allah dengan doa dari orang salih yang diharapkan terkabul.
Kedua, tawasul yang tidak benar yaitu tawasul pada Allah dengan perantara atau wasilah yang tidak diakui syariah. Dalam hal ini ada dua, yaitu:
(a) Tawassul pada Allah dengan berdoa pada orang mati dengan harapan orang mati ini dapat berdoa untuknya.
(b) Tawasul dengan Nabi Muhammad.
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Dalam salah satu fatwanya, Bin Baz berkata: Tidak boleh tawasul pada dzat Nabi Muhammad, Nabi-nabi yang lain dan para orang sholeh yang sudah meninggal. Dan tidak boleh tawasul ke hadapan Nabi Muhammad dan lainnya karena hal itu adalah bid'ah yang tidak ada dalilnya dari Nabi atau Sahabat Nabi.
Yang boleh adalah tawassul dengan menunjukkan cinta pada Nabi Muhammad dan beriman padanya dan mengikuti syariatnya pada masa hidup dan wafatnya Nabi seperti firman Allah QS Ali Imron 3:31
PARA ULAMA BESAR BERTAWASUL PADA NABI DI AKHIR KITAB MEREKA
Banyak ulama mujtahid berpengaruh dan produktif menulis kitab di berbagai disiplin ilmu Islam selalu mengakhiri karya besar mereka dengan bertawassul pada Nabi. Berikut di antaranya:
1. Murtadho Az-Zubaidi, ulama mazhab Hanafi, dalam akhir kitab Tajul Arus berdoa dengan tawasul: [ولا يكلنا إلى أنفسنا فيما نعمله وننويه بمحمد وءاله الكرام البررة]
2. Ibnu Hajar Al-Haitami, ulama mazhab Syafi'i, menulis dalam kitab Tuhfah az-Zawwar ila Qobril Mukhtar dengan doa tawasul: [ختم الله لنا ولمن رأى في هذا الكتاب بالسعادة والخير ورفعنا وإياهم في الجنة إلى المقام الأسنى بجاه سيد الأولين والآخرين]
3. Al-Fayumi dalam Al-Mishbahul Munir berdoa: [ونسأل الله حسن العاقبة في الدنيا والآخرة وأن ينفع به طالبه والناظر فيه وأن يعاملنا بما هو أهله بمحمد وءاله الأطهار وأصحابه الأبرار]
4. Abdul Ghani Al-Ghunaimi, ulama mazhab Hanafi, dalam kitab Syarah Al-Aqidah At-Thohawiyah berdoa: [وصلِّ وسلم على سيدنا محمد فإنه أقرب من يُتَوسل به إليك]
5. Syamsuddin Ar-Romli, ulama mazhab Syafi'i, dalam kitab Ghoyah al-Bayan fi Syarh Zubad ibn Ruslan berdoa: [والله أسأل وبنبيه أتوسل أن يجعله (أي عمله في هذا الكتاب خالصاً لوجهه الكريم]
6. Ibnu Abidin, ulama Hanafi, dalam Ad-Durrul Mukhtar menulis: [وإني أسأله تعالى متوسلاً إليه بنبيه المكرم صلى الله عليه وسلم]
7. Muhammad Alauddin putra Ibnu Abidin dalam menyempurnakan kitab Hasyiyah ayahnya menulis: [كان الله له ولوالديه، وغفر له ولأولاده ولمشايخه ولمن له حق عليه بجاه سيد الأنبياء والمرسلين]
8. Muhammad Az-Zarqoni al-Maliki dalam Syarah Muwatta' berdoa: [وأسألك من فضلك متوسلاً إليك بأشرف رسلك أن تجعله (أي شرحه للموطأ) خالصاً لوجهك".]
9. Ahli hadits Ismail bin Muhammad Al-Ajluni Al-Jarrahi, ulama mazhab Syafi'i, dalam Kashful Khofa' wa Muzilul Ilbas 2/419 berdoa: [وَضعَ الله عنا سيئات أعمالنا بإفضاله الجاري، وختمها بالصالحات بجاه محمد صلى الله عليه وسلم سيد السادات]
10. As-Sakhowi dalam akhir Syarah Al-Fiyah Al-Iraqi fil Hadits menulis: [سيدنا محمد سيد الأنام كلهم ووسيلتنا وسندنا وذخرنا في الشدائد والنوازل صلى اللّه عليه وسلم]
KESIMPULAN HUKUM TAWASSUL PADA NABI
- Tawassul adalah memohon dikabulkannya doa kepada Allah dengan menyebut nama Nabi. Seperti: Ya Allah, ampunilah aku dengan kemuliaan Nabi Muhammad
- Tawassul pada Rasulullah itu boleh dan bukan syirik.
- Nabi mengajarkan tawasul pada sebagian Sahabatnya.
- Boleh melakukan tawassul pada Nabi pada saat hidup dan matinya.
- Mazhab yang empat yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali sepakat atas bolehnya tawassul pada Rasulullah.