Memutus Silaturahmi Amalan Tidak Diterima

Memutus Silaturahmi Amalan Tidak Diterima Ustadz, saya pernah membaca hadits riwayat bukhari dan muslim yang dinyatakan sahih mengatakan bahwa barang

Memutus Silaturahmi Amalan Tidak Diterima

 MEMUTUS SILATURAHMI AMALAN TIDAK DITERIMA

Assalammualaikum ustadz

Ustadz, saya pernah membaca hadits riwayat bukhari dan muslim yang dinyatakan sahih mengatakan bahwa barang siapa yang memutus tali silaturahmi maka amalannya tidak diterima.  Pertanyaan saya, jika ada seseorang  yang memutus tali silahturahmi dengan saudara kandungnya, lalu kufur dan bersyahadat kembali, apakah syahadatnya diterima dan sudah dinyatakan islam kembali jika ia masih memutus tali silahturahmi dengan saudara kandungnya tersebut?

JAWABAN

1. Orang yang kufur atau murtad karena melakukan perbuatan atau perkataan yang mengakibatkan murtad, lalu dia bertaubat dengan membaca syahadat, maka syahadatnya diterima dan dia dianggap kembali ke Islam. Baca detail: Cara Baca Syahadat 

Dan apabila ia masih memutus silaturahmi, maka menurut hukumnya dirinci sbb:
a) Apabila dia masih mengakui atas keharaman memutuskan silaturahmi, maka dia berdosa tapi tidak sampai berdampak kafir;

b) Apabila dia menganggap bahwa memutuskan silaturahmi itu halal, padahal dia tahu itu haram, maka dia dianggap membolak-balik hukum syariah dan itu berdampak kafir. Namun, ada pendapat yang menyatakan bahwa dia tetap Islam tapi berdosa dan dia akan disiksa kelak sebelum masuk surga belakangan. Baca detail: Orang murtad salat otomatis Islam lagi

2. Terkait hadits ancaman bagi pemutus silaturahmi tidak diterima amalnya atau tidak akan masuk surga, maka berikut penjelasannya.

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِع رَحِمٍ.

Artinya: “Tidak masuk surga pemutus silaturrahim.”

Imam Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim, hlm. 16/113, menjelaskan:

(لا يدخل الجنة قاطع) هذا الحديث يتأول تأويلين سبقا في نظائره في كتاب الإيمان أحدهما: حمله على من يستحل القطيعة بلا سبب، ولا شبهة، مع علمه بتحريمها. فهذا كافر يخلد في النار، ولا يدخل الجنة أبداً.

والثاني: معناه ولا يدخلها في أول الأمر مع السابقين، بل يعاقب بتأخره القدر الذي يريده الله تعالى.

Artinya: "Hadits 'tidak masuk surga pemutus silaturahim' ditafsiri dengan dua penafsiran. Pertama, diartikan bahwa ancaman itu bagi yang menghalalkan memutuskan silaturahmi tanpa sebab padahal dia tahu keharamannya. Orang seperti ini hukumnya kafir dan abadi di neraka. Kedua, tidak masuk surga di urutan petama bersama orang-orang yang terdahulu tetapi akan disiksa lebih dulu."

HADITS TERKAIT KEUTAMAAN SILATURAHMI DAN ANCAMAN BAGI PEMUTUS SILATURAHMI

a) Tidak masuk surga

عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ قَالَ إِنَّ جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ رَحْمٍ. رواه البخاري ، ومسلم ، وأبو داود ، الترمذي .

Dari Jubair bin Muth’im ra. dari Rasulullah saw. Bersabda, “Tidak masuk surga pemutus silaturrahim.” (Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan At-Turmuzi).

b)  Keutamaan Silaturrahim

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ قَالَ مَا لَهُ مَا لَهُ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَبٌ مَا لَهُ تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ ” .رواه البخاري .

Dari Abu Ayyub Al-Anshori r.a bahwa ada seorang berkata kepada Nabi saw., “Beritahukanlah kepadaku tentang satu amalan yang memasukkan aku ke surga. Seseorang berkata, “Ada apa dia? Ada apa dia?” Rasulullah saw. Berkata, “Apakah dia ada keperluan? Beribadahlah kamu kepada Allah jangan kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tegakkan shalat, tunaikan zakat, dan ber-silaturahimlah.” (Bukhari).

c) Akan dilapangkan rezeki bagi orang yang menyambung tali silaturahim.

 عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه البخاري ومسلم)

Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rezekinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia melakukan silaturahim.” (Bukhari dan Muslim).

d) Barangsiapa yang menghubungkan silaturahim, Allah akan menghubungkannya dan siapa yang memutuskannya Allah pasti memutuskannya.

PEMUTUS SILATURAHMI DILAKNAT ALLAH

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ فَلَمَّا فَرَغَ مِنْهُ قَامَتْ الرَّحِمُ فَقَالَ مَهْ قَالَتْ هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنْ الْقَطِيعَةِ فَقَالَ أَلَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ قَالَتْ بَلَى يَا رَبِّ قَالَ فَذَلِكِ لَكِ ثُمَّ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ

Dari Abu Hurairoh ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Allah menciptakan semua makhluk hingga setelah selesai berdirilah rahim dan Allah bertanya, ‘Apa ini?’ rahim berkata, ‘Ini adalah tempat orang yang berlindung kepadamu dari pemutus hubungan tali silaturahim.” Allah pun berfirman, “Ya, relakah kamu jika Aku menyambung orang yang menyambungmu dan Aku putuskan orang yang memutusmu.” Rahim pun menjawab, “Mau, ya Rabbi.” Kemudian Abu Hurairah berkta, “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (Muhammad: 22). “Mereka Itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (Bukhari: 23)

DIPUTUS OLEH ALLAH

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرَّحِمَ شَجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ فَقَالَ اللَّهُ مَنْ وَصَلَكِ وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَكِ قَطَعْتُهُ


Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya rahim itu berasal dari Arrahman lalu Allah berfirman, “Siapa menyambungmu Aku menyambungnya dan barangsiapa memutusmu aku memutusnya.” (H.R : Bukhari).

AHLI SILATURAHMI DIPUJI RASULLAH

 عَنْ عَمْرَو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِهَارًا غَيْرَ سِرٍّ يَقُولُ إِنَّ آلَ أَبِي فُلاَنٍ لَيْسُوا بِأَوْلِيَائِي إِنَّمَا وَلِيِّيَ اللَّهُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنْ لَهُمْ رَحِمٌ أَبُلُّهَا بِبَلَاهَا

Dari Amru bin Ash ra berkata aku mendengan nabi saw. bersabda dengan terus terang tanpa dirahasiakan, “Sesungguhnya keluarga Abi Fulan bukanlah wali-waliku dan Allah adalah Waliku serta orang-orang sholeh dari kaum mukminin. Akan tetapi mereka kerabat yang aku menyambung silaturrahim dengan mereka.” (H.R : Bukhari dan Muslim).

LihatTutupKomentar