Dosa Penghalang Rejeki?

Dosa Penghalang Rejeki? Ketika interview kerja saya beberapa kali berbohong menjawab pertanyaan seperti jumlah gaji dan lama saya bekerja di pekerjaan
DOSA DAN REJEKI

Seputar dunia kerja dan rezeki

Assalamualaikum Kyai, sebelumnya saya ingin berterima kasih dengan situs al khoirot yang sudah memberikan fasilitas Tanya jawab seputar islam.

Ada beberapa pertanyaan tentang dunia kerja dan rezeki yang ingin saya tanyakan yaitu

1. Ketika interview kerja saya beberapa kali berbohong menjawab pertanyaan seperti jumlah gaji dan lama saya bekerja di pekerjaan sebelumnya, saya biasa menjawab mendapat gaji yang lebih besar dan periode kerja yang lebih lama dari sebenarnya. Ini trik yang saya dan mungkin juga para pencari kerja saat lakukan saat interview agar menaikan posisi tawar kita. Apakah gaji yang saya saat diterima perusahaan tersebut berpengaruh pada halal haram nya karena saat interview saya berbohong?

Di situs al khoirot.net banyak pertanyaan tentang hubungan maksiat dan rezeki, mengapa orang yang suka maksiat rezeki lancar dan orang rajin ibadah rezeki susah. Jawaban dari Kyai di alkhoirot.net adalah intinya memang karena memang masalah rezeki adalah sunatulloh dan tidak ada hubungan langsung antara rezeki dan maksiat seperti di link-link berikut

http://www.alkhoirot.net/2016/03/rejeki-jodoh-mati-sudah-ditentukan.html

http://www.alkhoirot.net/2015/11/mengapa-kafir-kaya-raya-sedang-muslim.html

http://www.alkhoirot.net/2012/06/islam-tidak-membuat-orang-kaya-atau.html

http://www.alkhoirot.net/2012/12/sikap-anak-terhadap-orang-tua-yang.html

Lalu saya mendapat dalil dari situs yang mungkin wahabi karena ada semboyan mereka di situs tersebut “Belajar Berjalan Di atas Manhaj Salafus Shalih”, dan dari portal berita nasioanal bahwa maksiat memang berpengaruh pada rezeki seperti :

Allah ta’ala berfirman,

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”[QS. Ath-Thalaaq: 2-3]

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41)

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ (65) وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ (66)

“Dan sekiranya ahli kitab beriman dan bertakwa, tentulah kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan-nya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.” (QS Al-Ma-idah: 65-66)

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

لَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ، وَلَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

“Tidak ada yang menambah umur kecuali kebajikan, tidak ada yang menolak takdir kecuali doa, dan sungguh seseorang benar-benar dihalangi untuk mendapat rezeki karena dosa yang ia kerjakan.” [HR. Ibnu Majah dari Tsauban radhiyallahu’anhu, lihat Ash-Shahihah

“Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR. Ahmad).

2) Apakah dalil hadis-hadis tersebut shahih dan dalil-dalil tersebut sudah tepat bahwa maksiat memang bisa menahan rezeki?

3) Kalau sudah tepat mengapa banyak muslim yang maksiat dan kafir yang rezekinya berlimpah?

Mohon pencerahannya pak kyai, Terima kasih wassalamualaikum

JAWABAN

1. Gaji anda tetap halal dengan syarat asalkan jenis pekerjaan anda adalah pekerjaan yang halal dan anda bekerja sesuai dengan perjanjian yang disepakati dengan employer. Baca detail: Bisnis dalam Islam

Adapun kebohongan yang anda lakukan hukumnya haram dan dosa. Baca detail: Bohong dalam Islam

Tapi itu tidak berpengaruh pada halal-haram gaji yang anda dapatkan. Bohong saat wawancara dan gaji yang diterima adalah dua hal yang berbeda. Ini mirip dengan PNS yang diterima karena hasil KKN. Baca detail: Gaji PNS yang Diterima karena KKN

2. Dari sejumlah artikel di alkhoirot.net, yang linknya sudah anda sebutkan di atas, sudah jelas dan kuat berdasarkan dalil Quran dan hadits dan fakta di lapangan bahwa hukum sebab akibat yang terjadi di dunia sudah ditetapkan oleh Allah (sunnatullah): bahwa keberhasilan itu sekitar 95% berasal dari unsur usaha yang rasional dan sisanya berasal dari doa (prosentase ini hanya untuk mempermudah analisa saja). Artikel dan dalil yang anda kutip dari situs sebelah tidak berlawanan dengan prinsip itu.

Dalil [QS. Ath-Thalaaq: 2-3] yang anda kutip, misalnya, menjelaskan bahwa memang bertakwa itu akan ada pengaruhnya pada rejeki. Namun rejeki materi yang didapat dari ketakwaan itu tidaklah banyak dan tidak signifikan. Kalimat "memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya" secara tersirat menunjukkan bahwa (a) orang yang bertakwa tersebut adalah orang miskin; dan (b) rejeki yang diberikan Allah tidaklah banyak. Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan.

Begitu juga terkait ayat (QS. Al-A’raaf: 96) "... beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi" Yang dimaksud di sini, menurut Tafsir Al-Razi (Mafatih Al-Ghaib), adalah rejeki yang sifatnya sederhana dan tidak langsung yakni datangnya air hujan ("berkah dari langit") yang dapat menyirami dan menyuburkan bumi. Disebut tidak langsung karena si mukmin baru bisa mendapatkan rejeki apabila dia (a) punya sawah/ladang; (b) lalu bercocok tanam sesuai dengan ilmu pertanian yang baik dan (c) mendapatkan hasilnya saat panen. Dengan kata lain, apabila saat hujan turun itu si mukmin tidak memenuhi ketiga syarat itu, maka dia tetap tidak akan mendapatkan rejeki. Sebaliknya, kalau si kafir yang melakukan ketiga hal itu, maka dia akan mendapat rejeki sesuai dengan sunnatullah yang berlaku.

Karena keberhasilan rejeki itu adalah 95 persen usaha lahir dan 5% doa, maka seorang kafir tetap bisa sukses usahanya walaupun tanpa doa dan takwa karena dia telah melakukan yang 95 persen. Sedangkan seorang muslim yang cuma doa dan sedikit bekerja (tanpa skill dan jaringan yg cukup) maka akan mendapat rejeki yg sedikit karena hanya mengamalkan yang 5% dari kunci sukses yang telah ditetapkan Allah.

Hal yang tidak kalah penting dan perlu dicatat: seorang muslim yang sejati adalah orang yang memiliki pribadi dan akhlak yang berkualitas tinggi yang membuat dia dihormati dan disayangi oleh semua manusia. baik dia secara materi seorang yang miskin / sederhana atau sebagai orang yang kaya. Jadi, muslim yang baik tidak terkait dengan kaya atau miskin, tapi bagaimana dia tetap memegang teguh pada iman, Islam dan akhlaknya dalam keadaan apapun baik saat kaya atau saat miskin.

Status hadis:

Status hadits [HR. Ibnu Majah dari Tsauban] yang anda kutip adalah hadis dhaif menurut kalangan ulama ahli hadis Ahlussunnah Wal Jamaah. Hadits ini dianggap hasan hanya oleh Albani, tokoh Wahabi Salafi, yang otoritas keilmuannya tidak diakui oleh kalangan ulama di luar Wahabi.

Makna hadits:

Namun, seandainya pun hadits ini sahih, ulama berbeda pendapat dalam memaknai kalimat "Dosa menghalangi rejeki". Mulla Al-Qari dalam Mirqat Al-Mafatih menjelaskan dengan sangat baik sbb:
(وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ): وَالْمَعْنَى: لِيَصِيرَ مَحْرُومًا مِنَ الرِّزْقِ (بِالذَّنْبِ) أَيْ: بِسَبَبِ ارْتِكَابِهِ (يُصِيبُهُ) أَيْ: حَالُ كَوْنِهِ يُصِيبُ الذَّنْبَ وَيَكْتَسِبُهُ. قَالَ الْمُظْهِرُ: لَهُ مَعْنَيَانِ أَحَدُهُمَا: أَنْ يُرَادَ بِالرِّزْقِ ثَوَابُ الْآخِرَةِ. وَثَانِيهمَا: أَنْ يُرَادَ بِهِ الرِّزْقُ الدُّنْيَوِيُّ مِنَ الْمَالِ وَالصِّحَّة، وَالْعَافِيَة. وَعَلَى هَذَا إِشْكَالٌ فَإِنَّا نَرَى الْكُفَّارَ، وَالْفُسَّاقَ أَكْثَرَ مَالًا، وَصِحَّةً مِنَ الصُّلَحَاءِ. وَالْجَوَابُ أَنَّ الْحَدِيثَ مَخْصُوصٌ بِالْمُسْلِمِ يُرِيدُ اللَّهُ بِهِ أَنْ يَرْفَعَ دَرَجَتَهُ فِي الْآخِرَةِ، فَيُعَذِّبُهُ بِسَبَبِ ذَنْبِهِ الَّذِي يُصِيبُهُ فِي الدُّنْيَا. قُلْتُ: وَهَذَا أَيْضًا مِنَ الْقَضَاءِ الْمُعَلَّقِ; لِأَنَّ الْآجَالَ، وَالْآمَالَ، وَالْأَخْلَاقَ، وَالْأَرْزَاقَ كُلَّهَا بِتَقْدِيرِهِ وَتَيْسِيرِهِ.

Artinya: Kalimat "bahwa seseorang akan terhalang rejekinya" ... Al-Muzhir berkata: Kalimat ini mengandung dua arti. Satu, yang dimaksud rizki adalah pahala akhirat. Dua, yang dimaksud adalah rejeki dunia yakni harta dan kesehatan. Pengertian kedua ini mengandung masalah. Karena kita melihat orang kafir dan pendosa lebih banyak hartanya dan lebih sehat tubuhnya dari kalangan orang soleh. Ada yang menjawab bahwa hadis ini dikhususkan pada muslim yang oleh Allah dinaikkan derajatnya di akhirat. Maka Allah akan menyiksanya karena dosa yang dilakukannya di dunia. Menurut saya (Al-Qari) ini termasuk takdir kondisional (al-qadha al-muallaq). Karena ajal, harapan, dan rejeki itu atas takdir dan ketentuanNya.

3. Pengertian yang benar adalah dosa itu menghalangi pahala sebagaimana diterangkan Mulla Al Qari di atas.

Baca juga:
http://www.alkhoirot.net/2015/11/mengapa-kafir-kaya-raya-sedang-muslim.html

http://www.alkhoirot.net/2012/06/islam-tidak-membuat-orang-kaya-atau.html
LihatTutupKomentar