Tafsir bil Ma'tsur (bil Riwayah)
Tafsir bi ar-riwayah ialah tafsir yang terdapat dalam alquran atau as-sunnah atau pendapat para sahabat, dalam rangka menerangkan apa yang dikehendaki Allah tentang penafsiran Alquran berdasarkan as-Sunnah an-Nabawiyah.
Daftar isi
- Pengertian Tafsir bil-Ma'tsur (bil Riwayah)
- Pandangan Ulama Klasik
- Pandangan Ulama Kontemporer
- Kelebihan dan Kekurangan Tafsir bil - Mat'sur
- Kontroversi Seputar Tafsir bil- Ma'tsur
- Menjauhi Kisah - Kisah Israliyat
- Status Hukum Tafsir bil - Ma'tsur
- Footnote
-
Metode Tafsir
- Pendekatan Tafsir
- Corak Tafsir
- Kembali ke: Ilmu Tafsir
A Pengertian Tafsir bil - Ma'tsur
Tafsir bil - ma 'tsur atau tafsir riwayah ialah tafsir yang berdasarkan pada al-Qur'an atau riwayat yang shahih sesuai urutan yang telah disebutkan dimuka
dalam syarat - syarat mufassir . Yaitu menafsirkan al -Qur'an dengan al Qur'an
( ayat dengan ayat ), Al Qur'an dengan sunnah , perkataan sahabat karna
merekalah yang paling mengetahui kitabullah , atau dengan pendapat tokoh
-tokoh besar tabi' in 1 . Pada umumnya mereka menerimanya dari para sahabat .
Mufasir yang mengambil metodologi seperti ini hendaknya menelusuri lebih dahulu atsar - atsar atau riwayat yang ada tentang makna ayat , kemudian atsar tersebut dikemukakan sebagai tafsir ayat bersangkutan . Dalam hal ini ia tidak boleh melakukan ijtihad untuk menjelaskan sesuatu makna tanpa ada dasar , juga hendaknya ia meninggalkan hal- hal yang tidak berguna untuk diketahui selama tidak ada riwayat yang shahih mengenainya .
Ibnu Taimiyah berkata , "kita wajib yakin bahwa Nabi telah menjelaskan kepada
para sahabatnya makna - makna al - Qur' an sebagaimana telah menyampaikan
lafadz- lafadznya . Firman Allah :
Artinya : "Agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah di turunkan kepada mereka" ( QS. An-Nahl :
44 )
Mencakup dua penjelasan itu . Menurut Abu Abdurrahman as -
Sulami, orang yang mengajar al - Qur'an kepada kami seperti Utsman bin Affan ,
Abdullah bin mas'ud dan lain - lain bercerita bahwa jika belajar dari Nabi
sepuluh ayat , mereka tidak meneruskannya sampai mengetahui semua ilmu dan
amalan yang terkandung didalamnya . Jadi , lanjut mereka kami mempelajari al -
Qur'an itu berikut ilmu dengan pengamalannya sekaligus . Oleh karna itu, untuk
menghafal satu surat pun mereka memerlukan waktu cukup lama . Anas berkata ,
''Jika seorang telah membaca surat al - Baqoroh dan Ali Imran , ia menjadi
mulia dalam pandangan kami . '' ( H.R. Malik dalam al -Muawatha ) itu semua
karna Allah telah berfirman :
Artinya : "(Ini adalah) sebuah kitab
yang kami turunkan kepadamu , penuh berkah , supaya mereka memikirkan ayat -
ayatnya" ( QS. Shad : 29 )
Artinya : "Maka apakah mereka tidak
merenungkan al - Qur'an ? ( an - Nisa' :82 )
Tadabbur (
Memperhatikan , merenungkan dan menghayati ) kalam tanpa memahami maknanya
adalah tidak mungkin . Selain itu menurut kebiasaan , tidak mungkin seseorang
membaca sebuah buku tentang ilmu pengetahuan seperti kedokteran dan matematika
misalnya , tanpa mereka pahami dan meminta penjelasannya. Maka bagaimana lagi
dengan Kalamullah yang merupakan pelindung mereka, kunci keselamatan dan
kebahagian serta tonggak bagi tegaknya agama dan kehidupan dunia mereka ?2
Diantara
tabi'in ada yang mengmbil seluruh tafsirnya dari sahabat . Menurut cerita
Mujahid , "Saya membacakan mushaf kepada Ibnu Abbas sebanyak tiga kali, dari
al - Fatihah sampai dengan penutup . Saya berhenti pada setiap ayat unuk
menanyakan hal - hal yang berkaitan dengannya"
Tafsir bil -Ma'tsur biasa
disebut juga tafsir riwayat. Dalam hal ini, Prof Dr. M. Ali Ash-Shabhunniy
memberikan pengertian, bahwa tafsir riwayat (ma 'tsur) adalah rangkaian
keterangan yang terdapat dalam al-Qur'an, Sunnah atau kata-kata sahabat
sebagai penjelasan maksud dari firman Allah, yaitu penafsiran al-Qur'an dengan
Sunnah Nabawiyyah. Dengan kata lain, maka tafsir bil-Ma'tsur adalah tafsir
al-Qur'an dengan al-Qur'an, penafsiran al Qur'an dengan
as-Sunnah atau penafsiran al-Qur'an menurut atsar yang timbul dari kalangan
sahabat.3 Dari sini dapat difahami bahwa tafsir bil-Ma'tsur merupakan
salah satu cara penafsiran ayat al-Qur'an dengan menggunakan sumber-sumber
lain yang telah dipercayai urutan hirarkis kebenarannya , yaitu
al-Qur'an sendiri, as-Sunnah, atsar sahabat dan perkataan para tabi'in.
Adapun
macam-macam tafsir bil-Ma'tsur dan contoh penafsirannya antara lain;
a) Tafsir al-Qur'an dengan al-Qur'an 4
1.
Firman Allah: (QS. AT-Tahariq: l)
Artinya: "Demi langit
dan yang datang pada malam hari" . Kata "Ath-Thariq" dijelaskan
dengan
firman-Nya lebih lanjut pada surat itu pula, yaitu (QS.
Ath-Thariq : 3): .
2.
Firman Allah: (QS. Al-Maidah: 1)
Artinya: "Dihalalkan bagimu
binatang ternak ... ... . ". Ayat ini diperjelas oleh ayat selanjutnya dalam
(QS. Al-Maidah: 3):
Artinya: "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,
daging, babi, dan sebagainya. "
3. Firman
Allah: (QS. Al-Baqarah: 37)
Artinya: "KemudianAdam menerima
beberapa kalimat dari Tuhan Nya, maka Allah menerima taubatnya, sesungguhnya
Allah maha penerima taubat lagi Maha Penyayang. " Kalimat yang
diterima
Adam ditafsirkan dengan ayat:
Artinya: "Keduanya berkata (Adam dan Hawa), "Wahai Tuhan kami,
kami telah menganiaya diri kami, andai kata Kau tidak memaafkan dan mengasihi
kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Al-A 'raf
23)
b) Tafsir al-Qur'an dengan as-Sunnah 5
1.
Rasulullah menafsirkan shalat wustha dalam firman Allah:
Artinya:
"Peliharalah segala shalat (peliharalah) shalat
wustha." (QS. Al-Baqarah: 238), Rasulullah
manafsirkannya dengan shalat "Ashar".
2. Rasulullah
menafsirkan lafadz dalam surat (QS. Al-Fatihah: 7)
Dengan
makna "Yahudi dan Nasrani"
3. Penjelasan
Nabi Muhammad tentang "quwwah" dengan panah
dalam firman Allah (QS. Al- Anfal: 60):
Artinya:
"Dansiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa sajayang kamu sanggup.
i"
c) Tafsir Sahabat
Sahabat Umar ibn
al-Khattab pernah bertaya tentang arti takhawwuf dalam firman Allah
(QS.
An-Nahl: 47): kepada seorang Arab dari Kabilah Huzail, dia
menjelaskan bahwa artinya adalah "pengurangan". Arti ini berdasarkan
penggunaan bahasa yang dibuktikan dengan syair pra Islam. Umar ketika itu
puas dan menganjurkan untuk mempelajari syair-syair tersebut dalam rangka
mamahami al-Qur'an 6
Sahabat yang terkemuka dalam bidang tafsir
adalah: Abu Bakar As-Shiddiq , Umar al Faruq, Utsman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, Abdullah bin Mas'ud , Abdullah bin Abbas, Ubay bin Ka' ab, Zaid bin
Tsabit, Abu Musa al-'Asy'ari dan Abdullah bin Zubair 7
d)
Tafsir Tabi'in
Sebagai bahan rujukan dalam penulisan Alquran, penjelasan
tabi'in tetap diperhitungkan untuk dapat menafsirkan Alquran. Sekalipun
mereka bukan generasi sahabat yang langsung mendapat penafsiran dari
Nabi, tetapi mereka memperoleh penjelasan dari para sahabat. Sebagai contoh
diantara Tabi'in ada yang mengambil seluruh tafsir dari sahabat. Mujahid
menceritakan , "Saya membacakan mushaf kepada Ibnu Abbas sebanyak tiga kali,
dari pembukaan (Fatihah) sampai dengan
penutupan. Saya berhenti pada setiap
ayat untuk menanyakan kepadanya hal-hal yang berkaitan dengannya." 8
Tabi'in
yang termasyhur adalah murid-murid Ibnu Abbas dan murid-murid Ibnu Mas'ud.
Yang meriwayatkan tafsir dari Ibnu Abbas antara lain: Mujahid Ibnu Jabir,
'Atha bin Rabah dan Ikrimah Maula ibnu Abbas. Sedangkan dari golongan murid
Ibnu Mas'ud adalah 'Alqamah an-Nakh'y, Masyruq ibn al-Ajda' , Al-Hamadany ,
Ubaidah ibn Amr as-Silmany dan al-Aswad ibn Yazid an-Nakha'y.
Adapun
kitab-kitab tafsir bil-Ma'tsur antara lain: 9
1. Tafsir
Jami'ul Bayan (Ibnu Jarir Ath- Thabary)
2. Tafsir
al-Bustan (Abu Laits as-Samaraqandy)
3. Tafsir Baqy
Makhlad
4. Tafsir Mu 'allimat Tanzil (al-Baghawy)
5.
Tafsir al-Qur'anul 'Adzim (Ibnu Katsir)
6. Tafsir
Asbabun Nuzul (al-Wahidy)
7. Tafsir al-Nasikh wa
al-Mansukh (Abu Ja'far an-Nahhas)
8. Tafsir Durrul
Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma'tsur (As-Sayuthy)
B. Pandangan Ulama Klasik
Para ulama klasik berbeda pendapat tentang pengggunan tafsir
bil-Ma'tsur ini. Di bawah ini akan disebutkan beberapa pandangan dari
para tokoh, antara lain:
a) Imam Ahmad. Beliau menilai
bahwa tafsir yang berdasarkan riwayat, seperti halnya riwayat- riwayat tentang
peperangan dan kepahlawanan , kesemuanya tidak mempunyai dasar (yang kokoh).
10 Ini menandakan bahwa Imam Ahmad tidak mengapresiasi penuh terhadap tafsir
ini, terutama pada Tafsir Tabi'in, karena dianggap sangat minim
kebenarannya.
b) Ibnu Jarir At-Thabari. Menurutnya
bahwa diantara kandungan al-Qur'an yang diturunkan Allah kepada
Nabi-Nya , terdapat ayat-ayat yang tidak dapat diketahui ta'wilnya kecuali
dengan penjelasan Rasulullah. Misalnya ayat yang terkait dengan macam-macam
perintah (wajib, anjuran, dan himbauan) , larangan, fungsi-fungsi, hak
hukum-hukum , batas kewajiban dan hukum lain di al-Qur'an yang tidak
diketahui kecuali dengan penjelasan Rasulullah kepada
umatnya. Hal ini tidak boleh secara sembarangan menafsirkannya tanpa
penjelasan resmi dari Rasulullah 11
c) Syaikh Abdul
Azim az-Zarqani. Ketika membahas Tafsir bil-Ma'tsur , ia menyebutkan bahwa
Tafsir bil- Ma'tsur adalah Tafsir yang datang dari al-Quran, sunnah atau
perkataan Sahabat yang menjelaskan maksud Allah swt dalam kitab-Nya.
Selanjutnya ia mengatakan tentang tafsir Tabi'in masih terjadi perselisihan
antara ulama; di antara mereka ada yang menilainya termasuk tafsir yang
ma'tsur, karena mayoritas mereka belajar langsung kepada para Sahabat, dan
diantara mereka ada yang memasukkannya ke dalam tafsir bir Ra 'yi.12
d)
Muhammad Husein Adz-Dzahaby mengkategorikan penjelasan para tabi'in terhadap
al-Qur'an sebagai Tafsir bil-ma'tsur , karena Ibnu Jarir At-Thabary dalam
Tafsirnya Jami'ul Bayan fi Tafsir al-Qur'an memasukkan kategori
tersebut ke dalam Tafsir bil-ma'tsur , walaupun ada yang
memperselisisihkannya. 13
C. Pandangan Ulama Kontemporer
a) Muhammad Ali Ash-Shabhunniy: Muhammad Ali
Ash-Shabhunniy mendukung penggunaan Tafsir bil-Ma'tsur , khususnya pada tafsir
al-Qur'an dengan al-Qur'an, tafsir al-Qur'an dengan as-Sunnah dan tafsir
sahabat, tetapi untuk tafsir Tabi'in beliau menyangsikannya. Menurutnya ,
Kedua cara penafsiran tersebut, yaitu penafsiran al-Qur'an dengan sunnah
merupakan jenis tafsir yang panjang, luhur dan tidak ragu lagi untuk diterima.
Bentuk penafsiran yang pertama (al-Qur'an dan al-Qur'an) karena Allah Ta'ala
lebih mengetahui maksudnya daripada yang lainnya. Kitab Allah Swt adalah suatu
berita yang paling benar dan tidak terdapat pertentangan antara yang satu
dengan yang lainnya. Sedangkan bentuk tafsir kedua (al-Qur' an dengan sunnah
Rasul), karena al-Qur'an itu sendiri menegaskan bahwa Rasul adalah berfungsi
sebagai penjelas al-Qur'an. Oleh karenanya segala sesuatu yang disampaikan
Rasul yang sanadnya shahih patuh untuk dijadikan pegangan. Untuk tafsir para
sahabat, menurut beliau tafsir ini termasuk dalam tasir yang mu'tamad (dapat
dijadikan pegangan) , karena para sahabat ini pernah bertemu dan berkumpul
secara langsung dengan Nabi Saw. mengambil dari sumbernya yang asli,
menyaksikan turunnya wahyu , serta mengetahui Asbabun Nuzul. Sedangkan pada
tafsir tabi' in, beliau lebih memilih berhati-hati. 14
b)
M. Quraish Shihab. Menurutnya , penafsiran ini hanya sesuai dipakai pada
zaman klasik. Karena mereka mengandalkan kekuatan rasa bahasa yang
dapat membuktikan kemukjizatan al-Qur'an. Tetapi tidak sesuai jika dipakai
pada zaman modern ini, karena orang Arab pu n sekarang sudah mulai kehilangan
rasa bahasanya, apalagi kita yang di Indonesia ini. Metode riwayat ini
istimewa jika ditinjau dari sudut informasi kesejarahannya yang luas,
serta objektifitas mereka dalam menguraikan riwayat itu, sampai-sampai
ada yang menyampaikan riwayat-riwayat tanpa melakukan penyeleksian yang ketat.
Kadang sebagian ditemui tanpa sanad, yang ditemui sanadnya pun membutuhkan
penelitian yang cukup panjang untuk menunjukkan kelemahan dan keshahihannya.
15
D. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir bil - Mat'sur
Pandangan para ulama bermacam-macam terhadap tafsir bil-Ma'tsur
ini. Itu terjadi tiada lain karena di dalamnya memang banyak sekali terdapat
kelebihan dan kekurangan. Antara lain;
a)
Kelebihan Tafsir bil-Ma'tsur
1. Dalam mengetengahkan penafsiran,
para sahabat Nabi dan kaum tabi' in selalu disertai dengan Isnad
(sumber-sumber riwayatnya) dan diperbandingkan untuk memperoleh penafsiran
yang paling kuat dan tepat.
2. Terdapat
kesimpulan-kesimpulan tentang hukum dan diterangkan juga bentuk-bentuk i'rab
(kedudukan kata-kata di dalam rangkaian kalimat) yang menambah kejelasan makna
dari ayat ayat al-Qur'an.
3. Memaparkan ayat-ayat yang
nasikh dan mansukh serta menjelaskan riwayat yang shahih dan yang
dha'if. 16
b) Kelemahan Tafsir bi al-Ma'tsur
1.
Banyak ditemukan riwayat-riwayat yang disisipkan oleh
orang-orang yahudi dan pers1 dengan tujuan merusak islam
melalui informasi yang tidak dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2.
Banyak ditemukan usaha-usaha penyusupan kepentingan yang dilakukan oleh
aliran-aliran yang dianggap menyimpang seperti kaum Syi'ah.
3.
Tercampur aduknya riwayat-riwayat yang shahih dengan riwayat-riwayat hadits
yang sanadnya lemah
4. Banyak ditemukan
riwayat Isra'iliyyat yang mengandung dongeng-dongeng yang tidak dapat
dipertanggungj awabkan. 17
E. Kontroversi Seputar Tafsir bil- Ma'tsur
Tafsir bil- ma'tsur berkait pada riwayat - riwayat yang di
nukil dari pendahulu umat ini. Perbedaan pendapat dari mereka sedikit sekali
jumlanya dibandingkan dengan yang terjadi pada generasi sesudahnya. Sebagian
besar perbedaan tersebut hanya terletak pada aspek redaksionalnya sedangkan
maknanya tetap sama ,atau hanya berupa penafsiran kata -kata yang umum denga
salah satu makna yang dicakupkannya.
Menurut Ibnu Taimiyah,perbedaan
dalam tafsir di kalangan salaf sedikit sekali jumlahnya.Dan pada umumnya
perbedaan itu hanya berkonotasi keberagaman pendapat ,bukan
kontradiksi.Perbedaan tersebut dapat diklasifikasi menjadi dua macam:
1.
Seorang mufassir diantara mereka mengungkapkan maksud sebuah kata dengan
redaksi berbeda dari redaksi lainnya. Masing - masing redaksi itu menunjukkan
makna yang berbeda , tetapi pada dasarnya memiliki maksud yang sama. Misalnya
penafsiran kata ash - Shirat al - Mustaqim sebagian menafsirkan dengan makna
"al- Qur'an." Maksudnya mengikuti al Qur'an sedangkan yang lain memaknainya
"islam " . Kedua tafsiran ini sama , sebab ber -Islam berarti mengikuti al -
Qur'an . Hanya saja masing - masing penafsiran itu menggunakan pola berbeda
satu dengan lainnya.
2. Masing - masing mufassir
menafsirkan kata - kata yang bersifat umum dengan menyebutkan sebagian makna
dari sekian banyak maknanya sebagai contoh , dan untuk mengingatkan pendengar
bahwa kata tersebut mengandung bermacam - macam makna, bukan hanya satu.
Misalnya penafsiran tentang firman Allah (QS. Fatir : 32)
Artinya:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka
sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada
(pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu
adalah karunia yang amat besar
Disebutkan bahwa "Sabiq" adalah orang yang menunaikan sholat di
awal waktu . " Muqtashid " adalah melakukan sholat ditengah waktu . " zhalim "
ialah orang yang untuk mengakhirkan shalat Ashar sampai langit berwarna kuning
- kuning . Mufassir lain mengatakan ,"Sabiq" orang yang berbuat baik yaitu
bersedekah di samping zakat. "Muqtashid " orang yang hanya menunaikkan zakat
wajib saja . Adapun " zhalim " adalah orang yang enggan membayar zakat.
Perbedaan pendapat seperti itu kadang - kadang disebabkan oleh satu
lafadz yang mengandung dua makna . Seperti kata 'as'as
mempunyai arti datangnya waktu malam dan kepergiannya. Atau karna beberapa
kata yang digunakkan menyampaikan pesan- pesan , memiliki makna yang saling
berdekatan . Misalnya kata "tubsal " sebagian menafsirkan dengan " tuhbas" (
ditahan ) dengan sebagian yang lain dengan " turhan" (tergadai, terhadap
dijadikan
jaminan ). Masing - masing penafsiran ini berdekatan satu
dengan yang lain. 18
F. Menjauhi Kisah - Kisah Israliyat
Perbedaan pendapat di kalangan mufassir terkadang terjadi pada
hal - hal yang pada dasarnya tidak perlu diketahui , seperti penukilan
sebagian mufassir terhadap kisah kisah Isra'iliyat dari Ahlul kitab yang
berhubungan dengan kasus Ashhab al - kahfi ( Orang yang bersembunyi di dalam
goa ). Mereka berbeda pendapat tentang nama- nama , warna anjing dan jumlah
mereka. Padahal tentang hal ini Allah telah berfirman ,"Katakanlan Tuhanku
lebih mengetahui jumlah mereka ; tidak ada orang yang mengetahui bilangsn
mereka kecuali sedikit" (Al - Kahfi : 22 )
Juga mereka berselisih tentang
ukuran kapal Nabi Nuh dan jenis kayunya , nama anak yatim yang dibunuh
oleh Khidir, nama - nama yang dihidupkan Allah untuk Nabi Ibrahim , jenis
tongkat kayu Musa dan lain - lain . Hal seperti itu hanya bisa diketahui
melalui metode periwayatan . Maka apa yang dinukil dengan riwayat shahih dari
Nabi boleh diterima , namu n jika tidak ada yang sahih hendaknya kita tawaqquf
( diam ). Meskipun hati kita meresa cenderung untuk menerima apa yang
diriwayatkan dari para sahabat , sebab periwayatan mereka dari
Ahli Kitab relatif lebih sedikit dari pada tabi' in.19
G. Status Hukum Tafsir bil - Ma'tsur
Tafsir bil - Ma'tsur adalah metode penafsiran yang harus diikuti
dan dijadikan pedoman dalam menafsirkan al - Qur'an, karna ia merupakan cara
yang paling aman dalam memahami kitab Allah. Diriwayatkan dari pada Ibnu Abbas
,ia berkata,ada empat corak tafsir:
1. Tafsir yang
dapat diketahui oleh orang arab melalui bahasa mereka , yaitu tafsir yang
merujuk kepada tutur kata mereka melalui penjelasan bahasa.
2.
Tafsir yang diketahui oleh orang banyak . Macam kedua ini ialah tafsir
mengenai ayat yang maknanya mudah dimengerti , seperti penafsiran nash - nash
yang mengandung hukum syari' at dan dalil - dalil tauhid secara tegas.
Contohnya setiap orang pasti mengetahui makna tauhid dari ayat , " Maka
ketahuilah , sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah. " ( Muhammad : 19 ) ,
sekalipun ia tidak tahu bahwa kalimat ini dikemukakan dengan pola " nafi " dan
" istisna " yang menunjukkan hashr ( Pembatasan).
3.
Tafsir yang hanya bisa diketahui oleh para ulama . Yaitu tafsir yang merujuk
kepada ijtihad yang didasarkan pada bukti - bukti dan dalil - dalil dengan
sejumlah ilmu terkait
, seperti Penjelasan ayat atau kata yang belum
jelas maknanya , pengkhususan ayat - ayat yang umum dan sebagainya
.
4. Tafsir yang sama sekali tidak mungkin diketahui
oleh siapa pun selain Allah . Tafsir ini berkisar pada hal - hal yang gaib,
seperti kapan terjadinya hari kiamat dan hakikat ruh dan lainnya.
FOOTNOTE
2 Manna Khalil al-Qaththan ,Pengantar Studi llmu al-Qur'an,terj ,hal 435
3 Muhammad Ali Ash-Shabunniy ,Studi llmu al-Qur'an,terj.
4 Muhammad Ali Ash-Shabunniy ,Studi llmu al-Qur'an,hal 248-250 .
5
Muhammad Ali Ash- Shabunniy ,Studi llmu al-Qur'an, terj.
6
M. Quraish Shihab ,Membumikan al-Qur'an,Bandung: Mizan,1999,hal 83. 7 Hasby
Ash-Shiddieqy ,Sejarah dan Pengantar llmu al-Qur'an,hal 227
.8 Manna Khalil al- Qaththan,Studi llmu
al-Qur'an,terj.Mudzakir .....op.cit,hal 484
9 Hasby
Ash-Shddieqy ,Sejarah dan Pengantar llmu al-Qur'an/Tafsir ....op.cit,hal
252-253 10 Muhammad Rasyid Ridha ,Tafsir al-Manar11Manna Khalil
al-Qaththan,Studi llmu al-Qur'an,terj
12 Contohnya
adalah Manahil lrfan karangan az- Zarqani :2/1213
13
Muhammad Husein al- Dzahaby,Al-Tafsir wal -mufassirun,Kairo:Maktabah
Wahbah,2000,jil.1,hal 112.
14 Muhammad Ali Ash-Shabunniy ,Studi llmu al-Qur'an,....op.cit.hal 255-256
15 M.Quraish Shihab,Membumikan al-Qur'an,....op.cit,hal
84-85
16 Subhi As-Shalih ,Membahas llmu-llmu
al-Qur'an,Jakarta :Pustaka Firdaus ,1990,hal.385.
17
Hasbi ash-Shiddieqy ,llmu-llmu Pengantar al-Qur'an,Jakarta :Bulan
Bintang,1972,hal.220.
18 Manna Khalil al-Qaththan,Pengantar Studi llmu
al-Qur'an,terj,hal 437. 19 Manna Khalil al- Qaththan,Pengantar Studi llmu
al-Qur'an,terj,hal 438.
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Manna al-Qaththan,2005,Pengantar Studi llmu al-Qur'an,Jakarta:Maktabah
Wahbah -Kairo
http://repository.uin-suska.ac.id/31
176/l/muatan%20aplikatif.pdf
https://
journals.ums.ac.id/index.php/suhuf /article/view/5090
KREDIT:
MAKALAH TAFSIR BIL MA'TSUR
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Metode Penafsiran Al-Qur'an)
Dosen Pengampu : Ustadz Anas
Mujahiddin M.Ag
Disusun oleh : Ika Rosmiati Iin Mutmainah
PROGRAM
STUDI ILMU AL- QUR'AN DAN TAFSIR SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN DARUL QURAN
GUNUNG SINDUR ,BOGOR TAHUN PELAJARAN 2021 - 2022